Chapter 4

2.1K 224 244
                                    

Sebulan sudah berlalu dan hari sabtu ini waktu yang dijanjikan Amar pada temannya Si She untuk mengambil tugas makalah di perpustakaan. Setelah setengah jam mencari perempuan itu di setiap lorong perpustakaan, akhirnya Amar menemukannya di kursi paling pojok. Perempuan itu sedang tertidur dengan kepala yang disandarkan di atas meja yang ditutupi buku hingga menutupi wajahnya.

"Woi!" Amar menggoyangkan bahu perempuan itu, tapi dia tak kunjung bangun, hanya menggerakkan bahunya sebagai tanda kalau jangan mengganggu tidurnya. "Bangun," bisik Amar tepat di telinganya, tapi tetap saja perempuan itu tak kunjung membuka matanya. "Gue bilangin ke petugas kalo ada yang tidur di perpus."

"Hemmm...," perempuan itu malah merancau.

Amar membuang napas kesal. Apa yang harus dia lakukan untuk membangunkan perempuan itu. Ini salahnya karena dia datang terlambat dua jam dikarenakan harus latihan basket dulu untuk persiapan tanding nanti sore, dan Amar baru ingat saat dia sudah menunaikan salat dzuhur, dia ada janji dengan perempuan itu. Amar mengambil botol air mineral dingin yang baru dibelinya di kantin lalu menempelkan botol itu ke pipi perempuan itu yang langsung berdiri berteriak.

"Arghhh...!" sontak teriakkannya memancing semua mata untuk menatapnya.

Orang-orang menatap perempuan itu dengan tatapan kesal karena telah mengganggu konsentrasi mereka yang sedang membaca dan mengerjakan tugas.

"Maaf," Amar mewakili perempuan itu meminta maaf pada orang-orang yang ada di sana karena itu juga merupakan kesalahannya, kemudian dia menarik tangan perempuan itu untuk duduk.

"Lo mau bunuh gue?" bisik perempuan itu dengan nada sinis sambil mendelik marah pada Amar.

"Maaf, gue cuma mau bangunin lo."

"Gue tidur juga gara-gara lo."

"Maaf," lagi-lagi Amar minta maaf.

"Oke, gue maafin, tapi lo harus traktir gue. Gue laper nunggu lo," perempuan itu melihat jam tangannya, "Gila... gue nunggu lo dua jam."

"Maaf."

Perempuan itu menatap kesal Amar. "Gue gak butuh maaf lo, tapi gue butuh makan, karena maaf gak bisa bikin perut gue kenyang. Ayo!" perempuan itu menarik tangan Amar keluar perpustakaan menuju kantin.

Sepanjang perjalanan, banyak mahasiswa yang menatap kagum pada perempuan yang berada di samping Amar dan tak jarang banyak yang menyapanya, dan berbanding terbalik saat mahasiswa itu menatap Amar, mereka melihat Amar dengan pandangan sinis dan tajam.

"Lo kenapa?" tanya perempuan itu melihat Amar yang tak nyaman berjalan dengannya.

"Mereka kayaknya gak suka liat gue jalan sama lo."

"Maksud lo?" perempuan itu menatap Amar bingung.

"Lo nggak nyadar?"

"Apaan?" perempuan itu semakin tak mengerti karena Amar menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lagi.

"Mahasiswa yang tadi nyapa lo kayaknya mereka gak suka gue karena jalan sama lo."

Perempuan itu mengibaskan rambutnya. "Lo gak tau gue?"

"Penting?"

Perempuan itu menatap kesal Amar. "Penting karena gue idola di kampus ini."

"Hahaha...," Amar terbahak. "Idola cilik?" dia semakin terbahak, tapi tak berapa lama Amar mengaduh kesakitan karena kakinya diiinjak perempuan itu yang terus berjalan meninggalkan Amar.

"Gitu aja marah," cibir Amar saat duduk di depan perempuan itu yang sudah duduk terlebih dahulu di kursi kantin paling pojok.

"Mbak!" bukannya membalas perkataan Amar, dia malah memanggil penjaga kantin, "Pesen nasi goreng tanpa telur dan minumnya lemon tea aja."

Si SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang