pernahkah kau ingat aku, kala langit terlampau abu?
saat angkasa mengancam untuk menangis
ingatkah kau tirta yang mengecap atap, lalu jatuh melesap?
aku ingat, ya, kau bersiap menjumpa peraduan di sana, aku memijak anak tangga, dan kita tertawa.
pernahkah kau ingat aku, kala jingga mencoret dirgantara sore itu?
baskara lelah menari, terhuyung di balik cakrawala bumi
ingatkah kau layung, bersama sisa biru bertarung, menanti gulita melambung?
aku ingat, ya, kau memegang kendali di depan, dan aku di belakangmu
berusaha menyisakan distansi mungil, untuk meminimalisasi degup yang kian berlari
pernahkah kau ingat aku, dan kenangan di antara buku-buku?
kau yang memilih ragu, melirikku di meja tengah menunggu
lalu kau datang dengan buku pilihanmu, jemariku mengukir laun aksara namamu
kau tinggalkan seulas kurva sebelum pintu kayu menelann
pernahkah kau ingat aku, kala kau bersama si jelita yang baru?
bahkan meski aku yang semu, masih menunggu, dan juta kenangan kita yang layu
pernahkah kau ingat aku? pernahkah?
( kau tak pernah ingat aku; dan aku nyaris tiap waktu )
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Selaksa Kata
Poetry[antologi puisi] ;tentang aku, kamu, dan selaksa kata. tentang dusta-dusta euforia maya. tentang hati yang merindu baskara, namun tiada sanggup menjamahnya. tentang afeksi yang tahu destinasinya, namun tak pernah diberi arah.