01

1K 14 0
                                    

Pemula, agak deg-degan nulis yang kaya ginian. Semoga bisa, penat juga tiap hari yang diurusin kerjaan mulu hitung hitung menguji daya imajinasi yang ternyata masih cetek ini.

Bakal lanjut atau tidak tergantung situasi

==>17+
================================

"Sayang kita makan yuk!" Suara wanita separuh baya di luar pintu kamar Anindiya mengajak putri kesayangannya untuk makan siang disusul dengan terbukanya pintu tersebut.

"Anin gak laper mam, tanggung juga lagi nyelesaiin tugas dari sekolah" Sahut Anin tanpa menoleh kearah mamanya, jemari tangannya yang lentik sibuk menekan beberapa tombol keyboard laptopnya.

"Ayolah sayang!, jarang-jarang loh kita makan bareng. Ada papa kamu dan Liu juga"

Anindiya menyatukan kedua belah telapak tangannya merenggangkan otot-ototnya untuk mengurangi rasa pegal dipinggangnya. Alih-alih bangun mengikuti kemauan mamanya, gadis cantik berkulit kuning langsat ini malah meneggelamkan wajahnya di atas meja.

"Males mam, bilangin ke kak Liu kalau kangen Anin kesini aja gitu!" rengeknya.

Hening tidak ada sahutan, beberapa detik kemudian Anin mengangkat kepalanya kemudian menoleh kearah mamanya yang ternyata sudah pergi dari sana, pintu kamar kembali tertutup. Merasa sudah aman Anin kembali menatap layar laptopnya mempertajam pandangannya pada salah satu ilustrasi yang sejak di sekolahan tadi ingin dilihatnya setelah mendapat gunjingan dari teman-temannya.
Anin yang sudah berpacaran lebih dari setahun dengan Ervin Ivandra tapi setiap mereka tanya apa itu romantis? Anin hanya bisa menggeleng seperti gadis lugu.

"parah loe Nin, cowok seganteng Ervin, jago basket, bintang kelas dan paling populer di sekolahannya loe anggurin".

"Kalau gw ada di posisi loe Nin udah digarap tu bibir seksi si Ervin, hmmmm... pasti menyenangkan~menggairahkan".

Anindiya menggeleng, mengingat gunjingan Wita dan Zarya teman sekelasnya "Enggak boleh kaya gini terus, pokoknya aku harus segera mendapat itu dari Ivan, hmmm Ivanaaan aku merindukanmu hari ini kita tidak ketemuan. Pokoknya gw harus buktiin ke mereka kalau gw tahu gituan itu nikmat" gumannya, menyebut nama kekasihnya Ervin Ivandra dengan panggilan Ivan.

Diclosenya ilustrasi dua orang yang berlainan jenis sedang berciuman sambil berpelukan dan itu belum pernah Anin lakukan dengan cowok manapun terlebih dirinya baru sekali pacaran dan cowok yang terpilih menjadi pelabuhan cinta pertamanya adalah Ervin Ivandra, Bintang kelas di sekolahan tetangga.

Dengan muka lesu Anin bangkit dari kursi yang didudukinya kemudian menjatuhkan tubuh ke ranjang queen size miliknya, tengkurap menutupi kepala dengan guling dan mendesah gelisah. Tidak sanggup lama dengan kondisi seperti itu Anin berbalik menatap langit langit kamar, bayangan Wajah tampan Ervin nampak di sana senyumnya yang manis memperlihatkan deretan giginnya yang berbaris rapi, mengernyikan bola mata sayunya seperti sedang menggoda Anin.

"Ivan!" Anin bangun nendadak, sial' seiring gerakannya bayangan Ervin pun menghilang begitu saja.

"Bullshit" desisnya kecewa, keningnya berkerut hingga kedua alinya saling bertautan ketika berpikir sesuatu.

"Ah~ha'" Anin melonjak ingat sesuatu yang diberikan Zarya padanya secara sembunyi-sembunyi saat bubaran sekolah. Ia pun bangkit dan menyambar tas sekolahnya yang digantung di dalam lemari tempat menyimpan buku-buku pelajarannya.

Barang terbungkus kain hitam kini dalam genggamannya, tergesa-gesa ketika membukanya membuat 1 buah piringan DVD tanpa cover jatuh kelantai. Anin pun jongkok memungut piringan DVD itu kemudian meraih remote control yang tergeletak di atas meja belajarnya sekaligus menekan tombol power hingga DVD playernya nyala.

PerangkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang