"Hmmm" Liu menggeliat malas kedua tangannya ditarik ke atas kepanya, mengumpulkan nyawa selepas tidur lelapnya.
Dahinya mengkerut, tangannya pindah ke samping meraba kasur yang menurutnya tidak empuk seperti biasanya.
"Ah gw lupa, ini bukan kamar gw" Gumannya setelah ingat di mana sekarang dirinya terbaring. Sambil bangun Liu menurunkan selimut yang menutupi tubuhnya.
"Lengket gini kulit gw" Liu berdiri meneliti tubuhnya yang hanya mengenakan boxer saja "perlu mandi" desisnya seraya melangkah menyambar handuk milik Ervin yang menggantung di belakang pintu kamar.
Liu memasuki kamar mandi. Walau pun dengan keadaan yang jauh dari yang namanya mewah tapi cowok ini cukup merasa segar setelah seluruh tubuhnya diguyur air dingin yang mengucur dari kran shower. Liu tidak sungkan memakai sabun dan shampo miliknya Ervin.
"Seleranya tinggi juga ni anak. Sabun dan shamponya sama dengan yang biasa dipake sama gw" ucapnya sambil menggosok punggungnya dengan sabun.
Setelah selesai mandi Liu keluar dari kamar mandi dan menjumpai pakaiannya yang dilipat rapi di atas meja belajarnya Ervin.
Liu melirik jam tangannya, sudah pukul 11:34 dia merasakan perutnya keroncongan minta diisi "kemana Ivan? pergi gak bilang gw" rutuknya agak kesal karena Ervin meninggalkannya sendirian di kostan.
Merasa perutnya perlu diisi Liu segera bergegas meninggalkan kostan Ervin. Ketika sedang mestater mobilnya Liu melihat Ervin turun dari anggkot. Liu turun dan menghampiri pemuda itu.
"Loe dari mana Van? apa loe menemui Anin?" seronohnya
"Aku gak menemui Anin, aku pergi karena ada kepentingan mendadak dengan teman sekolahku" Ervin menjawab dengan kepala menunduk dia tidak berani menatap mata Liu takut tahu kalau dirinya sedang berbohong "maaf aku pergi tampa kak Li tahu".
"Oke, sekarang loe cepet masuk, lanjutkan tidur loe! semalam loe kecapaian dan nanti sore loe harus kembali bugar, gw gak izinin loe membolos dari kerjaan"
"baik kak, lagian aku gak enak kalau sering membolos" Ervin melangkahkan kakinya.
"Sebentar" tahan Liu. Ervin menyeringai.
"Leher loe masih merah, gw gak mau orang lain ngeliat ini, loe tutup pake plester!" Liu mendekat menujuk tanda bersemu biru yang ada di leher Ervin, matanya nenatap benci perbuatan Anindiya yang menyisakan bekas pada kulit leher Ervin.
"Oh" rona wajah Ervin memerah, tangannya pun reflex meraba lehernya.
* * *
Minggu yang membosankan, sudah 3 jam lamanya Anindya mengeram di kamarnya. Sepulangnya dari apartement Liu tidak ada hal yang dilakukan kecuali terbaring di atas kasur sembari menatap langit langit, menerawang jauh membayangkan kejadian tadi malam bersama Ervin.
Fikiran yang selalu disibukan dengan keinginan segera melakukan hubungan intim dengan cowok itu membuat dirinya hilang konsentrasi pada pelajaran sekolahnya bahkan tidak mau peduli lagi dengan beberapa peringatan dari kepala sekolah sehubungan dengan nilai pelajarannya yang menurun drastis.
Anin menutup mukanya dengan bantal, mengantar ruhnya menjelajah masuk ke kostan Ervin.
Tubuh sexy nan mungil, mengenakan handuk kimono, digerainya rambut hitam panjang yang basah bekas keramas, berdiri di ambang pintu kamar mandi dengan senyum bahagia tatkala pandangan terpantul pada pemandangan indah di atas ranjang. Sosok cowok tampan dengan tampilan memikat birahi, terbaring dengan telanjang dada di atas kasur bersepraikan kain halus biru, setengah tubuh bagian bawahnya tertutup selimut.
Anin mendekat dengan langkah pelan, memantapkan langkah menuju wahana shorga yang membuatnya semakin haus dan dahaga. Akan ia teguk madu cintanya secara perlahan, mencoba bermain cantik berlaku sabar.
Ia duduk di tepian ranjang, jemari lentiknya mulai menyentuh dada bidang yang belum ditumbuhi bulu, membuat garis horizontal dari atas kebawah hingga berakhir di pusar kemudia dimasukan jari tengahnya pada lubang dangkal dan menekannya hingga sang pemiliknya membuka mata.
Pandangannya tidak seperti biasanya, pasrah membiarkan gadisnya melakukan apapun yang diinginkannya.
Anin merunduk, rambut basahnya menyapu dada Ervin menghantarkan rasa dingin di sana yang menimbulkan desisan halus dibibirnya.
"Aku meridukanmu Ivandra" guman Anin. Dengan hati-hati ia lancarkan ciuman mesra di pertengahan hidung Ervin, tangan kirinya meramet jemari tangan cowok itu, membuat gelitikan di telapaknya.
Keduanya terpejam saling merasakan nafas masing-masing, saling menyalurkan benih-benih cinta yang telah mereka jajaki selama setahun lebih tanpa sentuhan pembawa petaka.
Sepersekian detik kemudian, wajah Anin bergerak ke bawah dan ciuman penuh gairahpun tak terelakan lagi. Ervin memberi celah atas apa yang diinginkan gadisnya tanpa memberi perlawanan dan anehnya Anin menyukainya. Ia bebas melakukan apapun, ia suka jika dirinyalah yang pegang kendali.
Anin sangat-sangat puas saat memandang wajah Ervin ketika terpejam menikmati sentuhan bibirnya di dada atau puting payudara Ervin, bibirnya dan suara rintihannya sexy membuat gadis itu semakin asyik dengan permainannya tanpa membuang pandangannya dari wajah Ervin.
Prang, suara benda jatuh di luar kamar Anin, menghambat alur permainan imajinasi Anin. Gadis itu menggeram jengkel setengah loncat ia membuka pintu kamar dan mendapati salah seorang pelayan rumah tangga sedang berdiri kaku diantara pecahan-pecahan pas bunga yang baru ia jatuhkan.
"Ya ampun bi, itu pas bunga kesayangan mama" seru Anin, ia pun ikut kaget. Anin tahu pas bunga itu harganya sangat mahal dan dibelinya juga di luar negri. Walaupun mamanya tidak akan sampai hati memarahi pelayan itu tapi ia pasti akan sangat kecewa.
"Bibi tidak sengaja non, bagaimana ya nyonya pasti akan sangat marah pada saya?" suara pelayan itu terdengar begitu ketakutan.
"Mama pasti kecewa bi, harusnya bibi hati-hati kalau lagi kerja. Pas bunga ini paling mahal loh bi dan belinya juga di luar negri" ungkapnya
"Bibi akan menggantinya non, potong saja gaji bibi setiap bulannya".
"Nanti bibi bicarain aja dengan mama! aku gak mau ikut campur lagian belum tentu mama mau uang gantinya. Yah semoga aja mama gak marah" Ujar Anin lalu dia memasuki kamarnya lagi.
Anin membuka cupboard, mengambil swimsuit berikut handuk kimono. Yah, mendadak ia ingin berenang untuk merielaksasikan fikirannya yang akhir-akhir ini sangat kalut berantakan.
Ketika ke luar kamar si bibi sudah tidak ada, mungkin sedang ke belakang mengambil sapu untuk membersihkan bekas pecahan pas bunganya "Untung nyokap gue orangnya baik, kalau enggak, habis tuh pelayan dipecat. Tapi mana mungkin mama kan sangat pemaaf, bersyukur gue punya mama sebaik dia" celoteh Anin sambil melanjutkan langkahnya.
Untuk menuju Swimmingpool Anin harus melewati halaman depan rumahnya lalu memutari samping rumah dan tempatnya di belakang rumah sejajar dengan bangunan kecil tempat yang ditinggali Endra sekarang. Namun ketika lewat depan rumah Anin sempat memperhatikan Endra yang tengah sibuk mencuci mobil sambil basah-basahan. Kenapa baru akhir-akhir ini menyadari betapa tampannya dia?.
Melihat Endra seperti menikmati apa yang sedang dikerjakannya, Anin tertarik untuk mencoba pekerjaan Endra. Maka ia letakan swimsuit dan handuk kimononya di teras rumah.
Dituntun dengan rasa penasarannya untuk mencoba mengambil alih pekerjaan Endra. Anin pun menghampiri Endra dan tanpa permisi langsung merebut selang air dari tangan cowok itu.
TBC===>
KAMU SEDANG MEMBACA
Perangkap
RomanceSungguh menyebalkan, kalau saja bukan karena gengsi tentu saja aku sudah memutuskan status pacaran dengan cowok sedingin salju itu. Coba sekali saja dia penuhi hasratku, sekedar ciuman apa sih susahnya? Kadang aku iri pada teman-teman yang sering me...