Endra mengetuk pintu rumah yang keadannya jauh dari kata mewah. Bangunan ini sudah berumur lama, semenjak kecil dia menempati tempat ini bersama Ayahnya yang sekarang sudah tiada, ibunya yang sering sakit-sakitan dan satu-satunya adik laki-laki yang harus berpisah setelah mereka besar mencari kelayakan hidup masing-masing.
Pintu terbuka ibunya berdiri menatapnya penuh kerinduan, sudah seminggu Endra tidak menemuinya, dia cukup tahu kabarnya lewat telephone saja.
"Ibu..." Endra menarik tangan ibunya, menciumnya lumayan lama "Ervin udah datang bu?" Lanjutnya menanyakan adiknya.
"Memang kalian janjian mau pulang?" Ibunya malah balik bertanya.
"Iya, aku pulang karena Ervin yang ngajak aku"
"Mungkin dia masih di perjalanan, ayo masuk, ibu kangen kamu... kebetulan hari ini ibu masak banyak"
"Wah, aku juga udah kangen banget dengan masakan ibu tapi kenapa Ervin telat ya? Katanya mau kasih aku kejutan" ungkap Endra sambil mengekori ibunya dari belakang.
"Kejutan? Kok Ervin tidak cerita sama
Ibu, anak itu suka aneh-aneh ya" sahut Ibunya dibumbui tawa kecilnya."Aku telphone aja dulu kali ya" Endra mengeluarkan HPnya dan langsung menghubungi Ervin. Namun HP Ervin tidak active.
"HPnya ditutup bu, mau kasih kejutan apa si tuh anak sampai tutup-tutup HP segala" dumelnya kesal.
"Udah tunggu aja sampai dia datang"
Mereka sudah duduk di ruang tengah " tidak ada kalian rumah ini terasa sepi sekali" ucap Ibunya Endra.
"Ma'afkan kita bu, berat ninggalin ibu sendirian tapi apa boleh buat, aku harus kerja dan Ervin juga harus sekolah" Endra memegang kedua lengan Ibunya. Sedih melihat keadaannya yang kurus dan harus tinggal sendirian dan sering bolak balik rumah sakit.
"Justru Ibu bangga sama kalian. Di usia yang masih muda kalian harus belajar hidup mandiri, mencari nafkah untuk kebutuhan Ibu dan rumah sakit Ibu" air mata menggenang di sudut mata cekungnya, tangannya mengusap lembut rambut Endra.
"Sudah lama aku tidak ketemu Ervin, udah gak kuat ingin noyor kepala tuh anak"
"Iya semenjak pindah kostan Ervin belum pernah jenguk Ibu, biasanya tiap 2 minggu sekali dia datang dan memberi Ibu uang. Ibu juga gak tahu darimana dia dapatin itu uang. Apa dia kerja"
"Sepertinya begitu bu tapi aku juga gak tahu dimana dia kerja"
Sambil menunggu kedatangan Ervin Ibu dan anak ini ngobrol banyak hingga tidak terasa 1 jam sudah terlewati dan Ervin belum menunjukan tanda-tanda akan datang.
* * *
Bukan hanya Endra dan Ibunya saja yang menunggu kehadiran Ervin. Liu juga, sudah maghrib, Ervin belum juga masuk kerja dan saat dihubungi HPnya gak active. Mencoba menanyakan pada Anin lewat telephone dan mendapat jawaban kalau hari ini Ervin tidak masuk sekolah dengan alasan akan menengok ibunya. Coba kalau dia tahu alamat Ibunya Ervin pasti Liu akan menyusulnya untuk memastikan apa benar cowok itu sedang menjenguk Ibunya.
"Hai Li!" Tiba-tiba Jowana datang menepuk bahunya.
" Jo! Apa kabar?"
"Baik, kemana calon ipar lo? gw gak lihat dia" Jowana mengedarkan pandangan ke selilling ruangan caffe.
"Gak tahu, gak biasanya dia ngebolos tanpa ngabarin gw dulu, gw hububungin HPnya gak active" jelasnya.
"Ah hambar dong, padahal gw ke sini karena kangen dia Li" Jowana nyengir geli melihat tampang Liu yang menanggapi ucapannya dengan begitu serius "gw canda Li, bentar-bentar kok lo kaya cemburu? Haha kakak yang sayang adik, segitunya jagain calon iparnya" lanjutnya dibarengi kekehan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perangkap
RomanceSungguh menyebalkan, kalau saja bukan karena gengsi tentu saja aku sudah memutuskan status pacaran dengan cowok sedingin salju itu. Coba sekali saja dia penuhi hasratku, sekedar ciuman apa sih susahnya? Kadang aku iri pada teman-teman yang sering me...