08

560 3 0
                                    


Ervin merangsek, keringat dingin merambat di keningnya, sudah tiga kali dia melakukan penetrasi dan penis belum berhasil menembus lobang sempitnya Anin. Apa karena dirinya sama sekali tidak ada pengalam dalam berhubungan intim sehingga hentakannya meleset lagi.

"Sayang aku enggak bisa" lontarnya putus asa, padahal ulu hatinya sejak tadi terasa mandeg tertekan oleh gairahnya yang makin meledak sampai ke ubun-ubun. Mukanya memerah dan napasnya tersengal-sengal.

Anin nampak kesal, apa yang diinginkannya belum tercapai juga padahal tinggal selangkah lagi pusaka Ervin akan bersarang pada tubuhnya.

Gadis yang sudah liar itu mendorong tubuh cowoknya kuat sekali, tubuh Ervin betolak ke arah yang berlawanan terbaring di ujung kaki Anin. Tidak sabaran Anin menindih tubuh Ervin tepat di pangkal pahanya dengan jemari tangan kirinya meraba daerahnya yang lembab oleh cairan cintanya dan tangan kanannya mencekram batang venis Ervin, meremasnya gemas. Mata lebarnya menyipit dan bibirnya mengumbar senyum kepuasan tatkala memandang wajah tampan Ervin. Barisan giginya yang putih mengkilap mengatup dengan bibir sedikit terbuka, desisan suaranya penuh kenikmatan, Anin menambah ritme remasannya pada barang yang sedang dipegangnya.

"Ssshhh haaaahhh... oouuuwwuuughhh.." desahan menggema memenuhi seluruh ruang kamarnya Anin, dia tidak dapat menahannya... remasan jemari Anin telah menyalurkan rasa nikmat yang sulit untuk diutarakan.

"Sexy..." puji Anin kemudian menghentikan remasannya dan ia rapatkan tubuhnya dengan tubuh Ervin kemudia dijilatinya telinga, pipi, bibir cowok yang sedang ada di bawah kekuasaannya itu.

Aku akan buat kamu ketagihan  dan tidak melupakan pengalaman pertama ini Ivan. Setelah ini, di hari-hari berikutnya kamu  yang akan merengek duluan padaku.

Ivan yang semenjak tadi sudah tidak tahan dengan nafsu birahinya semakin kewalahan mendapat perlakuan Anin yang tambah liar. Keadaan terbalik Anin benar-benar ingin mambuat Ernin gila, ia biarkan Ervin merintih menjerit dengan tingkahnya. Setelah puas menelusuri seluruh tubuh kekar Ervin dengan lidahnya kini Anin telah siap memposisikan penis Ervin dibagian inti tubuhnya.

"Hhh...he'" desahan Ervin tertahan di tenggorokan ketika ujung penisnya menyentuh kerikil yang kenyal yang silewatinya.

"Aahk.." Anin merintih "sakiiit" jerit batinnya"

"Kamu kenapa nangis?" Ervin kaget, dengan bantuan kedua tangannya diaberhasil bangun dan duduk.

"Aku bahagia" lontar Anin berbohong sambil memeluk erat tubuh Ervin... kencang sekali. Dagunya tersanggah pundak Ervin.

Pertama kali melakukannya lo pasti kesakitan. Tetapi itu hanya sementara Nin, karena selanjutnya kamu akan dibuai kenikmatan yang luar biasa yang belum lo rasain sebelumnya.

Ucapan Wita temannya di salah satu obrolannya kembali terngiang di benak Anin. Ia tepis rasa sakit yang masih menjalarinya, sambil mencekram punggung Ervin Anin menggerakan pinggulnya dan setelah beberapa hentakkan ia membenarkan pernyataan Wita.

"Hah hah... hah, sayang ini enak banget" Ani  mempercepat gerakannya. Ia tidak menyadari tangan Ervin meraba bagian di pangkal penisnya yang tersisa belum amblas. ada yang hangat disana.

"Darah?" Pekiknya di sela-sela kenikmatan yang diberikan Anin, penisnya terasa dijepit dan tersedot oleh otot-otot vagina Anin.

"Iyah sayang, ini darah virginku" ucap Anin seraya meraup bibir Ervin tanda ucapan terima kasihnya.

"Bukannya.... Aaaah Nin", rasa penasaran Ervin tertindih nikmat, Anin memutar pinggulnya melilit abis batang penis Ervin di dalamnya.

"Ivan.... hhhhhh aku.... aaah"

"Nin... uuuuhhh"

Keduanya saling melenguh dan terdiam, orgasme pertama secara bersamaan telah membawa kedua melayang dan terhempas dalam nikmat yang tiada tara.

"Makasih sayang" Anin mengecup bibir Ervin

Ervin membalasnya dengan mengecup kening kekasihnya.

"Kamu diam, apa kamu marah padaku sayang?" Tanya Anin seteleh turun dari pangkuan Ervin.

"Aku merasa bersalah Nin" ungkap Ervin.

"Aku menginginkannya Van dan kita sama-sama menikmatinya. Untuk apa penyesalan toh ini sudah terjadi, lagian sekarang atau nanti sama aja kan?"

"Kamu mau janji satu hal Nin"?.

"Tentu, apa?" Anin merangkul pundak Ervin.

"Aku mohon, jangan sampai kak Liu tahu ini, aku takut dia marah dan memecatku".

"Aku janji akan merahasiakannya dari kak Liu" sanggup Anin, ia meringis merasakan sakit di selangkangannya.

"Bukan hanya kak Liu, rahasiakan juga dari teman-teman kamu, pastikan siapa pun tidak ada yang tahu kecuali kita berdua" lanjut Ervin, melirik Handphonenya tergeletak di nakas, ada yang menelphone di pagi buta ini.

"Kak Liu Nin" Lirikannya pada Anin penuh rasa takut.

"Angkat agar dia gak curiga!"

Ervin meraih handphonenya.

"Ha... halllllo kak..." Ervin memaraukan suaranya, seperti sedang tidur

"........."

"Iya aku udah pulang, tadi jam 12" menyahutnya lagi dengan berbohong.

"......."

"Oke kak Li... bye"

"Tuh kan kamu bisa" ucap Anin setelah Ervin meletakan kembali handphonenya di nakas.

"Udah jam 5, aku harus pulang, aku gak mau telat ke sekolah" Ervin bringsut. Namun sebelumnya ia menyempatkan menghisap dulu bibir ranumnya Anin.

"Sepertinya aku akan bolos, cape banget rasanya" Anin menggeliat malas dan menarik selimut menutupi tubuhnya.

"Bentar, ini apa Nin?" Tunjuk Ervin pada noda yang menempel di sprei.

"Itu gincu sayang" jawab Anin"Pasti kamu berpikir itu darah virginku, darah virginku kamu dapet barusan disaat kamu sadar melakukannya"

TBC






PerangkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang