Tergesa-gesa Endra memasuki kamarnya, mencuci mukanya kemudian mengganti pakaiannya. Setelah samuanya selesai dia pun bergegas keluar menuju garasi mobil.Sudah setengah jam Endra menunggu Anin. Namun gadis itu belum keluar juga. Dilihatnya seorang asisten rumah tangga yang sedang menyapu halaman depan, maka Endra pun turun menghampirinya.
"Embak, selamat pagi!" sapanya.
"Oh pagi...!" sahut si Embak, menghentikan aktivitasnya.
"Anin sudah bangun ba?" tanya Endra sambil menoleh ke arah pintu utama.
Perempuan itu menggeleng "belum"
"Sudah siang loh ba, cepet bangunin... nanti
telat sekolahnya!""Tadi sudah saya bangunin. Tapi non bilang katanya tidak akan ke sekolah"
"Ya ampun ba, kenapa gak ngasih tahu aku? tahu gini ngapain aku repot-repot nunggu dia" dumel Endra kesal.
"Ma'af saya lupa" ucap si embak merasa bersalah.
"Embak masih muda kok pikun" celoteh Endra lagi sembari melengos pergi.
"Saya tidak pikun, cuman saya terus kepikiran itu. Non Anin kok bisa-bisanya tidur sama pacarnya itu. Haduh Zaman sekarang anak masih sekolah saja sudah berani melakukan yang begituan. Kalau tuan dan nyonya tahu pasti si enon akan kena marah". Batin si embak Witri.
* * *
"Bi laper" rengek Anin sambil berdiri di samping meja makan. Jam 3 sore ia baru keluar kamar karena perutnya terasa lapar.
"Iya non, sebentar bibi angetin dulu makanannya ya"
"Cepet ya bi, Anin udah laper banget" Anin duduk di kursi menunggu Witri selesai menghatkan masakannya yang sejak siang disiapkan tapi tidak yang memakannya.
10 menit makanan sudah tersaji di hadapan Anin.
"Non itu laki yang tadi malam nginap di sini pacarnya bukan?" Pertanyaan Witri membuat Anin terkejut, ia berpikir Asistennya itu tidak tahu kedatangan Ervin tadi malam apa lagi sampai nginap.
"Iya. Bibi tahu sesuatu?"
"Saya melihat pacar non keluar dari kamar non Anin" Witri mengakui apa yang dilihatnya dan membuat pipi Anin memerah karena malu juga takut Witri akan laporan pada orang tuanya.
"Bi jangan kasih tahu mama dan papa yah!"
"Tenang saja non, non gak minta pun bibi gak akan lapor kok, bibi kan sayang ma enon"
"Makasih bi" Anin bangun dari duduknya kemudian merangkul Witri "Anin nanti akan kasih bibi hadiah"
"Jangan non, bibi iklas kok membantu non, bibi mah kalau lihat enon teh suka ingat sama anak bibi di kampung" ungkap Witri sekalian curhat.
"Bi Endra di mana?"
"Paling di kamarnya, non mau ke mana?"
"Enggak kok, cuman itu pintu lemari selek begitu mau minta dibenerin, panggilin ya bi!"
"Iya tapi non lanjutin makannya, katanya lapar" Witri menuntun Anin duduk kembali di kursinya melanjutkan makan.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Perangkap
RomanceSungguh menyebalkan, kalau saja bukan karena gengsi tentu saja aku sudah memutuskan status pacaran dengan cowok sedingin salju itu. Coba sekali saja dia penuhi hasratku, sekedar ciuman apa sih susahnya? Kadang aku iri pada teman-teman yang sering me...