Chapter 1

2.1K 77 2
                                    

Valleri.

  Setelah pertemuanku dengan Marcus dilift tadi, wajah ku terus tertekuk sebal membayangkan tawa pria itu tadi dilift, aku gak habis pikir dengan Daddy ku yang menerima Marcus untuk bekerja di kantor daddy, sehabis lulus SMA dulu aku benar benar menghindari Marcus dengan cara bersekolah di America, ternyata sia sia, akhirnya aku dan dia bertemu kembali.

    Aku masih ingat betul bagaimana ekspresi pria itu saat aku baru saja pulang dari America, saat kita bertemu dikantor daddy, dia memasang ekspresi bodohnya sambil terpekik senang melihatku, pekikan senang yang aku yakini senang karna ada bahan ledekan lagi untuknya.

"Yaampun Va! Lo udh pulang dari Amerika? Astaga lo masih aja ya kayak toko berjalan dan sekarang malah lebih keliatan kayak toko grosir baju berjalan" ujar Marcus saat itu yang melihat aku yang tengah berdiri diruangan daddy, tuh kan bener, dia mau ngeledek aku.

    Saat itu aku memakai baju yang aku beli diamerika, baju baju merek terkenal yang terkadang diindonesia pun tidak ada, mungkin di Amerika pakaian ini pantas digunakan tetapi tidak diindonesia mengingat iklim indonesia sangat panas dan si Marcus norak manusia purba ini merasa aneh melihat style seperti ini.

    Terkadang aku bingung sebenarnya dia lahir dijaman apa sampai style seperti ini dibilang norak?

"Oh ya? Udah lama ya kita gak ketemu, berapa tahun ya? 5 tahun ya? Astaga gue beruntung banget gak ketemu manusia purba macem lo" balas ku sambil terkekeh sinis.

    Ah lupakan, lupakan saat waktu aku bertengkar dengan si manusia purba aneh yang norak bin pelit, setau ku orang tua nya tidak sepelit itu tetapi anaknya mempunyai sifat pelit bin ajaib plus menyebalkan dan bawel sebagai bonus juga ganteng sebagai anugrah Tuhan karna kasian sama Marcus.

    Aku menghempaskan tubuhku keatas sofa diruang kerja daddy, tanganku membolak balik halaman majalah, aku terus mendengus kesal mengingat kelakuan menyebalkan Marcus dilift tadi.

"Huftt... Kenapa lagi sih putrinya Daddy?" tanya Nash Valentino---daddy ku yang tercinta juga ganteng.

"Aku sebel tau gak si Dad! Kenapa sih Daddy nerima Marcus kerja disini? Kayak gak ada orang lain aja" cebik kesal aku.

"Hahaha rupa nya karna hal itu, Marcus itu anak yang cerdas, baik, sopan dan kreativ, sangat disayangkan jika tidak dipekerjakan"

    Cih... Ternyata si manusia purba juga bermuka dua, jadi aku harus menyebutnya apa? Two face pithechantropus erectus? Atau homo sapiens in two face?

"What? Baik? Sopan? Aku rasa Dad harus liat tingkahnya saat didekat aku"

"Dia emang baik dan sopan, ayolah Valleri! Dia itu cuma bercanda, lagian kan kalian sudah mengenal dari umur 6 tahun"

"Yes dan selama itu juga Marcus selalu ngeledek aku" aku bersedekap dada kesal, daddy harus tau kelakuan kejam Marcus pada putrinya.

"Sudah sudah, dari pada kamu marah marah lebih baik kamu belanja sana"

"Aku bosen" gumam pelan aku sambil memainkan ponsel.

"Beneran? Dad dengar ada seorang wanita cantik yang membuka pameran barang barang Branded miliknya di Pondok Indah Mall"

"Benaran?" tanya ku antusias.

"Yap, jadi apa kamu bener bener bosen belanja?" goda daddy pada ku.

"Tentu aja enggak!" aku bangkit berdiri lalu berlari kecil keluar dari kantor daddy, "aku pergi dulu Dad, good bye!"

    Aku melihat Daddy hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah ku yang manja dan tukang belanja, aku tau daddy suka memikirkan bagaimana cara menghentikan sifat buruk ku, tapi rasa sayang daddy pada aku begitu besar hingga terkadang ia tidak tega melihat putri kesayangannya sakit bila tidak menggesekan kartu unlimited milik ku.

My Shopaholic GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang