Wanto sepenuhnya benar. Tomy tidak menempuh jalan ke rumahnya, melainkan menuju rumah Fandi. Darah Rayan menggelegak. Hatinya terbakar.
"Shit! Ternyata selama ini.. haahhhh..."
Tomy menepikan motornya di luar pagar rumah Fandi. Rayan pun berhenti agak jauh dari tempat Tomy. Ia terus mengawasi dari dalam mobilnya. Terlihat Tomy menekan bel di pintu pagar. Tak berapa lama kemudian, keluarlah seorang perempuan yang Rayan kenal sebagai bi Minah, pembantu keluarga Fandi, membukakan pintu pagar. Tomy pun langsung memasukkan motornya.
Rayan buru-buru keluar dari mobilnya. Ia berjalan cepat menuju rumah Fandi. Di samping rumah bercat biru muda itu ia berhenti dan bersandar. Ia mencoba menenangkan diri.
Sekitar lima menit berselang, tak ada tanda-tanda Tomy akan keluar. Rayan sudah memikirkan yang tidak-tidak. Ia langsung membuang ludah. Akhirnya ia menelpon Fandi. Ia ingin tahu kejujuran orang yang sudah dianggapnya sahabat terbaik itu.
"Halo Yan? Ada apa?" tanya Fandi langsung to the point.
"Nggak. Gue cuma pengen tau aja lu lagi ngapain? Udah dua hari lu gak ke rumah gue...lagi sibuk ya?"
"I..iya. Gue sibuk bantu nyokap ngurusin kerjaannya...."
"Ooo.. sekarang masih?"
"Iya... ini lagi masukin data-data ke exel..."
'Shit!' umpat Rayan dalam hati.
'Masukian data apaan? Palingan lu lagi dimasukin sama Tomy...!!'
"U.. udah dulu ya bro. Ntar gue telpon lu lagi..." kata Fandi memutuskan obrolan.
"Oh iya..."
Tut!
Rayan menghela nafas berkali-kali.
"Sial! Mereka udah begoin gue!!"
Rayan berkali-kali mengurut dadanya. Setelah itu ia menekan bel di pagar dengan kuat. Lagi-lagi bi Minah yang membukakan pintu.
"Den Rayan... masukk..."
Rayan menangguk.
"Den Fandi ada di dalam..."
"Iya. Biar gue yang ke sana bi!"
Bi Minah mengangguk lalu kembali ke belakang. Rayan dengan langkah gemetaran karena marah berjalan cepat menuju kamar Fandi. Ia sudah mengenal betul rumah ini, sebaik ia mengenal seluk-beluk rumahnya sendiri.
Pintu kamar Fandi tertutup rapat. Rayan berhenti sejenak di depan pintu kamar. Tak ada suara apa-apa dari dalam kamar. Rayan menempelkan kuping ke daun pintu. Ada suara desahan nafas pelan.
Rayan buru-buru menjauhkan telinganya dari sana, karena ia sudah tahu apa kira-kira yang tengah diperbuat dua anak manusia yang tengah diintainya itu. Rayan perlahan memutar gagang pintu. Untungnya tak terkunci.KREKK...BRUKK!!
Rayan langsung melangkah masuk. Pandangannya langsung tertuju pada dua orang yang sangat dikenalnya itu. Fandi tengah duduk dengan dua tangan ditopang ke belakang, sementara Tomy tengah berdiri di samping ranjang sambil menutupi bawah pusarnya. Mereka berdua sama-sama dalam keadaan tanpa sehelai benangpun melekat di badan.
"RAYAN??!!" seru Fandi.
"BEIB?!" gumam Tomy.
Tubuh Rayan langsung bergoncang. Ia benar-benar marah. Tanpa ia sadari, jari-jemarinya langsung terkepal. Meskipun ia sudah tahu apa yang akan ia lihat, tapi hatinya masih sangat sakit saat melihat sendiri kenyataannya.
"Beib.. kamu kok..." gumam Tomy sambil melangkah menghampiri Rayan.
Rayan menghela nafas berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Datang dan Pergi
Romance✔ANOTHER REPOST GAY STORY ✔ORIGINAL WRITER : @lockyyyy ✔DON'T LIKE DON'T READ! ✔LGBT HATERS GO AWAY!!