DDP 17

9.5K 702 31
                                    

Pagi harinya, Rayan dan Diki terjaga saat hari sudah terang. Sinaran mentari pagi menerobos masuk dari sela-sela dinding pondok. Kicauan burungpun terdengar dari pucuk pepohonan. Kicauannya terdengar riang ditingkahi dengan 'embukan' Siamang.

Saat terbangun Rayan menyadari ia tertidur dalam pelukan Diki. Ternyata tanpa sepengetahuannya, Diki sudah merubah posisi tidur mereka. Diki memeluk tubuh Rayan dari belakang dan membiarkan seluruh tubuhnya bersandar di dada Diki. Sementara Diki sendiri bersandar di dinding yang keras.
Rayan tersenyum. Ia menatap wajah Diki yang damai. Ia nampak tertidur pulas dengan kepala terkulai ke kiri. Rayan jadi kasihan untuk mengganggu tidurnya.

Rayan menguap dan merentangkan kedua lengannya lebar. Tulangnya berkeretakan. Ia pergi keluar dan membuka pintu. Ia lantas duduk di teras dan menikmati pemandangan di sekitar kebun yang hijau.

Rayan sedikit bergidik saat menyadari di mana ia terdampar kini. Ia bermalam di gubuk yang dikelilingi pepohonan tinggi. Rayan yakin pastilah masih banyak hewan buas berkeliaran di sekitar sini yang sewaktu-waktu bisa saja mengintai nyawanya.

"Kok nggak bangunin aku?" tegur Diki yang muncul dari dalam sambil mengucek matanya.

"Kamu udah bangun? Aku nggak tega bangunin kamu. Kayaknya nyenyak banget..." jawab Rayan.

Diki menghampiri Rayan.

"Jam berapa ya sekarang?" tanya Rayan.

"Aku taksir jam delapanan lewat."

"Wah kita harus pulang sekarang. Pasti Nenek-Kakek sangat khawatir."

"Nggak mau mandi dulu?"

"Ummm..."

"Ya udah, kita mandi di telaga aja nanti." pungkas Diki sambil berjalan masuk ke rumah.

Rayan mengangguk sambil membuntuti Diki.

***

Hari yang masih pagi dengan sinar Mentari yang bersahabat ditambah tenaga yang masih kuat membuat Rayan dan Diki mampu mencapai Telaga lebih cepat dari kemarin.Sesampainya di telaga, keduanya pun berhenti.

"Jadi mau mandinya?"tanya Diki.

"Dingin banget. Tapi badanku rasanya apek banget. Okelah, kita mandi."

Diki mengangguk setuju. Rayan pun tanpa sungkan melepaskan semua pakaiannya. Hal itu membuat Diki melongo.

"Kenapa?" tanya Rayan santai.

"Kamu..."

"Kenapa?"

"Kenapa dilepas semua?"

"Namanya juga mau mandi. Masa pake pakaian lengkap? Nggak lucu kali!" kata Rayan sambil melompat ke dalam telaga.

Diki geleng-geleng kepala.

"Ayo! Kok bengong?" seru Rayan sambil memukul air dengan tangannya.

"Kau kan la besak. Maso masih mandi telanjang? (kamu kan sudah besar. Masa sih masih mandi telanjang?)"

Rayan terkekeh.

"Kalo ketahuan sama warga kampung, kamu bisa dikira gila."

"Oh ya?"

"Iya! Ayo pake lagi celananya!"kata Diki.

"Nggak ah! lagian jam segini pasti nggak ada orang." tolak Rayan.

"Tapi..."

"Ayolah!" potong Rayan. "Kamu juga sebaiknya lepasin celana kamu itu!" seru Rayan lalu membenamkan kepalanya ke air.

Datang dan PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang