DDP 13

11.2K 710 49
                                    

Tomy masih menggerutu tak jelas saat menuruni teras. Hawa dingin kampung Bermani Ulu yang dikelilingi Pegunungan sanggu membuat tubuhnya menggigil.

"Akh, kemana sih tuh anak.. ngapain juga mesti ngejar anak kampung itu segala..." gerutu Tomy kesal. Ia benar-benar kesal pada Diki. Kedatangan lelaki kampung yang tiba-tiba sudah menghancurkan malam indahnya bersama Rayan.

Tomy melangkah dengan setengah hati sambil menyepak beberapa kerikil yang ia temui. Ia tak pernah membayangkan akan berjalan sendirian di tengah kesunyian desa yang hanya diterangi lampu jalanan seukuran 5 watt.

"Mau ke mana lu? Mau balik sekarang ya?" tegur sebuah suara.

Tomy terperanjat dan mundur sedikit.

"Rayan... Akh, anjrit! kamu ngagetin aku!"

"Hh.. siapa suruh lu jalan merunduk kayak maling di sini? Kelihatan sama warga bisa digebuk Lu!" kata Rayan sadis.

"Aku nyusul kamu..."

"Nyusul gue? Gak salah? Bisa-bisa lu ntar yang kesasar!" cemooh Rayan.

"Tapi buktinya nggak kan, Beib?"

Rayan mencebikkan bibirnya. Tanpa berkata-kata lagi ia langsung melangkah melewati Tomy yang nampak menggigil. Rayan bersenandung kecil sambil melangkah menyuarakan perasaannya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba dipenuhi bunga.

"Apa yang udah itu orang kasih ke kamu sampai kamu sesumringah ini?" tanya Tomy.

Rayan tak memperdulikan pertanyaan Tomy. Ia terus saja bersenandung sesuka hatinya.

"Baju yang kamu pake itu punya dia juga kan?" tanya Tomy lagi. Ia menarik belakang baju Rayan dan menciumnya.

"Hhh... bau kapur barus!"

Rayan berhenti bernyanyi. Ia tak suka Tomy mengomentari aroma tubuh Diki.

"Sembarangan aja Lu! Bau Lu tuh kayak kerbau!"

Tomy mendesah. Kebenciannya makin bertambah pada Diki. Rayan yang lima belas menit yang lalu terasa sangat manis, sekarang kembali berubah galak. Dan semua itu karena Diki, pemuda kampung yang tak pantas jadi saingannya.

"Oh ya, btw, Lu mau tidur di sofa atau di ranjang?" tanya Rayan sambil membuka pintu.

"Di ranjang lah..."

"Oke. Kalo gitu biar gue tidur di sofa." kata Rayan cepat.

"Emang kenapa?"

"Bira gue gak diganggu sama lu malem ini! Gue gak mau lu mulai ngegombalin gue kayak tadi!!"

"Heh.. jadi itu masalahnya? Kamu gak tahan sama pesona aku, eh?"

"Sok kepedean lu! Gue cuma gak mau terjebak pada situasi yang akhirnya cuma merugikan gue. Gue gak mau cuma jadi pelampiasan nafsu lu!"

Tomy terdiam. Rayan berjalan ke kamar dan mengambil selimut serta bantal.

"Biar aku aja yang tidur di luar..." kata Tomy.

"Gak usah. Biar gue aja! Sebagai tuan rumah yang sudah disakiti sama tamunya, gue cukup baikkan masih mengizinkan lu buat menempati ranjang gue? Silahkan nikmati aroma wangi tubuh gue di ranjang malam ini. Besok pagi, you must go out from here, u know?!" kata Rayan tegas sambil berjalan menuju sofa.

***

Pagi-pagi sekali Tomy sudah bergegas akan kembali ke kota. Ini semua atas perintah Rayan. Ia tak bisa berkutik dan membuat alasan untuk tinggal di rumah Nenek Rayan lebih lama lagi, karena saat subuh tadi Rayan sudah mencuranginya duluan. Di depan Kakek dan Neneknya yang tengah menonton siraman Rohani di Televisi, tiba-tiba saja Rayan mendapat telepon dari Mamanya Tomy. Dengan suara keras Rayan berkoar-koar di telepon mengenai permintaan Mama Tomy agar Tomy kembali pagi besok, sebab Beliau akan berpergian keluar kota, sementara rumah mereka tak ada yang menjaga. Tomy yang percakapan Rayan di telepon geram bukan kepalang. Ia tahu kalau Rayan sedang memainkan sebuah peran yang bertujuan memulangkanya dari sini secepatnya.

Datang dan PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang