D~ONE

358 20 0
                                    

Haiii.. Salken yaa, ini cerita pertama aku lohh.. semoga suka, Happy Reading, guys^^

~~~~~~

Dandelion kebanyakan orang mengabaikanya dan hanya menganggapnya sebagai tumbuhan liar belaka, tapi dibalik itu semua ternyata dandelion memiliki makna yang luar biasa.

Namun, tidak menurut gadis ini, dia sangat menyukai bunga dandelion. Walaupun bunga itu terlihat rapuh tapi mempunyai sejuta makna.

Dia bernama Bella Anastanya, seorang gadis biasa yang terobsesi dengan bungan dandelion. Bella selalu menyempatkan untuk mendatangi tanaman bunga itu dibelakang sekolah yang tidak terawat. Karna tidak banyak orang yang tau keindahan dibagian belakang sekolah mereka. Namun mereka hanya menganggapnya tumbuhan liar yang harus dimusnahkan.

Dengan ditemani sebuah novel, Bella tampak terlihat tenang dibawah pohon rindang yang dikelilingi oleh bunga dandelion. Jika angin berhembus kencang benih-benih bunga itu akan berterbangan.

Bel berbunyi, ini saatnya bagi Bella untuk kembali kekelas . Sebenarnya dia tidak rela jika harus meninggalkan tempat nyaman ini.

"Bella gawat! Ini gawat!" seseorang mengguncang-guncang bahu Bella, saat ia baru duduk dikursinya.

"Ada apa sih?" Bella menanggapinya dengan tenang. Dia melihat kesekelilingnya, semua orang tampak sibuk mengeluarkan sebuah buku dengan tergesa-gesa.

"Hari ini ulangan dadakan Kimia! Kita dikasih waktu 5 menit buat ngapalin. Dan itu tidak cukup!" teriak teman Bella yang sangat-sangat terlihat panik.

"Oh" Bella hanya ber oh ria menanggapi teriakan Afianti.

"Kok 'Oh' doang? Ah, pokoknya lo harus kasih tau gue, gimanapun caranya. Itu kan pelajaran favorit lo, pastinya bisa dong."

"Iya deh."

"Makasih Bella. Lo emang sahabat gue yang terbaik! " Afianti memeluk Bella dengan erat. Sehingga membuat Bella mangap-mangap mencari pasokan oksiken. Afianti yang menyadarinya segera melepas pelukan yang mematikan itu.

"Eh, sorry-sorry. Abis kelewat seneng sih. Jadi gue gak perlu ngapalin dong." Afianti mengambil posisi duduk paling manis dikala semua orang tengah sibuk menghapal.

"Enak aja! Lo harus tetep ngapalin cepetan! Waktunya tinggal 3 menit lagi. Gak lucu kan kalo nanti nilai kita sama."

Afianti hanya menggaruk kepalanya sambil cengengesan, dan dia beralih ke buku Kimia yang ada diatas meja. Tidak lama bu Safira muncul dari arah pintu masuk dan sebagian muka murid kelas XI IPA 1 memucat seketika.

"Tutup buku kalian! Dan tidak ada satu buku pun diatas meja!" Bu Safira segera membagikan soal-soal kepada murid-muridnya.

Semua murid menghela nafas lega karna ulangan Kimia tadi telah usai. Seperti dugaan, Afianti selalu meminta jawaban dari Bella dan itu hampir semua soal. Namun sebagian tidak Bella tanggapi.

Setelah pelajaran Kimia selesai, mereka harus menunggu guru berikutnya untuk mengajar. Bella terlihat membaca novel nya kembali selagi tidak ada guru. Sedangkan Afianti dia lebih memilih untuk berumpi ria bersama teman-teman yang lain.

"Free class woy! Gurunya gak masuk, lagi sakit. Jadi kita disuruh ngerjain tugas hal 35!" teriak Willi seksi pendidikan dikelas XI IPA 1 ini. Ada yang sebagian mengerjakan seperti Bella, ada juga yang keluyuran keluar kelas untuk pergi kekantin.

Kini dikelas tersisa Bella, Willi, Jena, dan Rahma. Mereka tergolong anak-anak yang rajin. Hanya Willi satu-satunya cowo yang rajin dikelas ini. Jadi jangan heran.

Ketika mereka berempat sedang asik mengerjakan tugas masing-masing sekelompok anak laki-laki memasuki kelas mereka. Tapi mereka bukan anak kelas ini, melainkan satu kelompok genk populer di High School Elementary ini, yang notabenya kakak kelas mereka.

"Wow, pada kemana nih? kok cuma ada 4 orang?" ucap salah satu mereka yang mempunyai badan lebih berisi. Tapi tidak ada yang menjawabnya.

"Hai cantik, lagi ngerjain apaan sih, serius banget?" tanya sang ketua genk, yang diketahui bernama Brian Nicholas, anak dari pemilik yayasan sekolah ini. Bella haya menatapnya sekilas, lalu sibuk kembali dengan tugasya dan menghiraukan Brian.

"Orang lagi nanya tuh di jawab dong." salah satu teman Brian menggebrak meja Bella, dia pun terkejut dan menatap tajam kearah Fandy. Brian segera mendorong Fandy pelan agar sedikit lebih tenang.

"Lebih baik kalian keluar deh! Kita lagi ngerjain tugas matematika! Jadi gak ada waktu buat ladenin kalian!" Bella mulai angkat bicara karna terusik oleh mereka sehingga tidak dapat berkonsentrasi.

"Apa hak kamu buat ngusir kita, huh?!" tanya Brian dan mendekatkan wajahnya tepat didepan Bella.

Sebenarnya Bella sudah tidak kuat untuk menahan nafas karna jarak wajahnya dengan Brian hanya beberapa centi. Namun, Bella berusaha bersikap tenang didepan Brian. Tapi, hatinya sedang berolahraga.

Saat itu juga Willi berdiri dan menghampiri mereka. Mungkin dia juga merasa terusik oleh kehadiran genk X-Trie.

"Bella bener, lebih baik kalian keluar. Lagian ini masih jam pelajaran. Apa kelas kalian tidak ada guru atau kalian bolos? Oke, apapun alasan kalian, sekarang kalian keluar, dan urusin fans-fans alay kalian." usir Willi. Brian hanya menaikan sebelah alisnya dan mengintrupsikan kepada anak buahnya untuk keluar.

"Thanks ya, Will." ucap Bella tersenyum kearah Willi. Dia hanya membalasnya dengan senyuman. Lalu kembali lagi ke tempat duduknya.

"Bella tadi gue liat kak Brian keluar dari kelas ini. Kok lo gak manggil gue?" tiba-tiba Afianti datang dengan membawa makanan kedalam kelas. Bella mengedikan kedua bahunya.

"Gue nyesel deh kekantin. Kalo gue tau kak Brian mau kesini gue gak bakal kekantin." protes Afianti dan memasukan semua makananya kedalam mulut. Walaupun makana itu belum sepenuhnya tertelan.

"Ya, mana gue tau kalo kak Brian and the genk mau kesini. Lagian ngapain sih kamu ngefans sama mereka? Mereka kan bad boys. Apa yang mau dibanggain dari mereka? Gak ada kan?" tanya Bella dan memasukan tugas yang sudah dikerjakan barusan.

"Bella tuh ya, cewe paling aneh yang pernah gue kenal. Masa gak ada rasa suka pun sama kak Brian. Dia tuh ganteng, tajir, cool, pokoknya gue suka yang ada didiri kak Brian" jelas Afianti. Bella hanya menghela nafasnya karna Afianti terus saja memberikan alasan yang sama.

Sebenarnya apa yang harus dibanggakan dari sosok Brian Nicholas, semua wanita tergila-gila sama dia. Dia hanya bermodalkan tampang saja untuk memikat semua wanita. Membayangkanya saja sudah membuat Bella mual.

Brian terus saja melamun walaupun sudah ditegur beberapa kali oleh temanya. Apa yang dia lamunkan? Apa dia keurangan stok wanita atau dia bingung mengatur jadwal kencan bersama wanita-wanita kegatelan itu. Bukan Brian namanya jika dia tidak bisa mengaturnya.

"Kalian tau gak? nama cewe yang ada di kelas IPA 1 tadi?" tanya Brian kepada teman-temanya. Mereka mengernyitkan dahinya untuk mengingat-ingat siapa wanitanya.

"Maksud lo yang mana? Please, lo jangan nambah satu cewe lagi, yan. Lo gak cukup sama 5 cewe?"

"Yang tadi gue godain terus dibela sama si Willi. Elah banyak bacot lo, gue cuma pengen kenal aja"

"Kalo gak salah namanya Bella deh. Gue liat dibuku catatan dia." ucap Rezan.

"Bella. Tuh cewe nantangin juga ya. Dan sama sekali gak tertarik sama gue, kalian liat kan tadi. Biasanya cewe lain suka klepek- klepek gue godain. Lah ini?" Brian merasa heran dengan Bella yang sama sekali tidak tertarik denganya. Brian berniat untuk mendekati Bella.

~~~~~~~~

Love
Sillvers

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang