D~Five

149 16 0
                                    

Semua mata sekarang tertuju pada pintu kelas termasuk afianti, Bella belum menyadari jika seisi kelas hening seketika. Lalu Bella mendongakan kepalanya kearah pintu masuk dan terlihat jelas orang yang paling dia hindari berada di depan kelasnya dengan sebuah seringaian yang mengerikan. Sedari tadi Afianti hanya mengguncan-guncang lengan Bella saat melihat Brian dan temanya mengahampiri bangku yang mereka tempati, seketika itu juga Bella mengambil ancang-ancang apabila jika Brian melakukan pembalasanya setelah kakinya diinjak oleh Bella.

"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi." Brian menaikan sebelah alisnya didepan Bella, berharap Bella akan tertarik. Semua mata menatap Bella penuh tanda tanya. Sepertinya setelah keadaan kembali normal Afianti akan memborong beberapa pertanyaan kepada Bella.

"Pe.. Pertanyaan yang mana?" tanya Bella pura-pura tidak tahu. Kelas masih dalam keadaan hening.

'Pasti si Bella bakalan kena tanda X hitam oleh genk X-Three' Pikir sebagian teman yang lain.

Yang mereka tau jika seseorang yang berurusan dengan X-Three pasti akan mendapatkan X hitam yang artinya orang itu dalam bahaya.

"BRIAN!!"

Semua orang menoleh kearah pintu kelas yang telah didapati pak Joni guru Fisika yang akan mengajar dikelas ini. Dewi fortuna telah berpihak kepada Bella, sehingga bisa bernafas lega.

"Ngalain kamu disini? Kamu itu kelas 12! Apa kamu mau bapak turunin kelasnya?! Cepat keluar!" usir pak Joni. Mereka bertiga pun pergi keluar kelas tanpa mengatakan apapun.

"Jangan merasa lega dulu. Setelah pelajaran ini selesai kamu harus jelasin sejelas-jelasnya kenapa kak Brian ngincer kamu untuk jadi mangsa berikutnya. Apa yang sudah kamu lakuin sama mereka?" bisik Afianti tapi matanya masih fokus kearah pa Joni yang sedang mencari-cari halaman buku.

"hmm" Bellahanya bergumam pelan.

Akhrinya pak Joni keluar kelas karna jam pelajaranya sudah habis. Bella juga segera mengeluarkan novel yang akan dia baca. Tapi, Afianti merebut novel tersebut dan meletakanya diatas meja.

"Lo harus jelasin kenapa lo bisa diincer sama kak Brian?" tanya Afainti yang begitu penasaran.

"Duh, iya-iya. Jadi gini sewaktu tadi pagi pas mau naik tangga, aku dihadang sama mereka. Tapi kata kak Brian ada syaratnya.."

"Syaratnya apa?" potong Afianti

"Diem dulu kek tuh mulut. Syaratnya, gue harus jadi pacar dia. Gue sih ogah! Terus gue injek deh kakinya." ujar Bella masih terlihat santai, sementara Afianti menutup mulutnya karna shok.

"Lo ditembak kak Brian? Seriusan?! Terima aja Bell!" Afianti begitu antusias untuk meminta Bella agar mau jadi pacar Brian.

"Gak ah! ngapain pacaran sama bad boy. Uh! Makan hati pacaran sama dia. Mendingan gue pacaran sama.." ketika Bella akan menyebutkan nama seseorang, dia menutup mulutnya rapat-rapat. Hampir saja dia mengatakan orang yang dia suka.

"Sama siapa hayo?! Ya udah kalo gak mau, kak Brian buat gue aja."

"Udah sana ambil!"

Ternyata lo bener-bener gak mau jadi pacar gue. Tapi tenang, gue bakalan bikin lo suka sama gue. Apapun itu caranya.ujar seseorang dibalik pintu kelas Bella. Karna bangku Bella terletak didekat pintu masuk.

Bella mengambil novel yang ditahan oleh Afianti secara paksa. Karna dia sudah menjelaskan semuanya kepada Afianti. Lalu Afianti meminta ijin untuk bergabung bersama genk rumpinya meninggalkan Bella sendirian di bangkunya. Bella memang suka menyendiri, karna menurutnya sendiri itu lebih tenang dan menghayati novel yang dia baca. Seseorang duduk dikursi Afianti, dan Bella belum menyadarinya. Karna telinga Bella disumpal oleh headseat.

"Ehem.." Willi mencoba menyadarkan Bella akan kehadiranya. Tapi Bella masih asik membaca novelnya.

Lalu Willi mengibaskan kedua tanganya didepan mata Bella, sehingga membuat Bella terperanjat.

"Eh Willi, sejak kapan ada disitu?" ucap Bella sedikit kaku.

"Sejak tadi. Asik banget baca novelnya" ujar Willi membuka pembicaraan.

Yang Bella rasakan saat ini jantungnya bekerja lebih cepat jika berdekatan dengan Willi. Keringat mulai membasahi telapak tangan Bella, lalu di lap nya ke rok yang dia kenakan.

"I.. Iya. Gue suka sama novelnya. Ada apa ya?" tanya Bella masih terasa gugup.

"Oh gitu. Nggak kok, gue lagi bosen aja di bangku gue. Boleh kan gue duduk disini?" tanya Willi dan memberikan senyuman yang mampu membuat Bella meleleh seketika.

Bella hanya mengangguk, dan kembali beralih membaca novel. Tapi pikiranya tidak bisa berkonsentrasi karna Wili ada disampingnya. Bella ingin sekali mengusir Willi tapi hati kecilnya berkata jangan. Dia masih ingin berlam-lama berada didekat Willi. Karna Wili orangnya sangat sulit untuk didekati. Maka dari itu Bella tidak bokeh menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Em, kamu gak manggil guru?" tanya Bella karna sudah merasa canggung.

"Kamu lupa? Guru kan lagi rapat. Buat ngadain party anniversary sekolah kita." jawab Willi tenang. Bella menepuk jidatnya sendiri karna dia memulai obrolan yang sudah membuat dirinya malu.

"Oiya keasiakan baca novel jadi lupa." kali ini Bella sudah merasa bisa menguasai dirinya agar tidak canggung.

"Pulang sekolah mau bareng gak?" tawar Willi melipat tanganya diatas meja.

'MAU!'

"Em, tapi gue bawa motor. Sorry ya, lagian gue pulang sekolah ada urusan. Lain kali aja ya." tolak Bella. Sebenarnya (namakamu) ingin pulang bareng
Willi. Tapi mengingat dirinya sudah punya pekerjaan harapan hanyalah tinggal angin lewat.

"Oh gitu, sayang banget ya. Ya udah deh gak papa."

"Ciee.. Yang lagi pacaran!!" teriak genk rumpi yang sedang bergosip dan kini meledeki Willi dan Bella. Mereka pun segera menoleh kearah genk rumpi.

"Berisik lo pada!" ujar Bella melempar penghapus milik Afianti kearah mereka.

"Sorry ya, gara-gara gue duduk disini. Lo dikira pacaran sama gue" ucap Willi.

"No problem. Mereka kan suka gitu"

'Pengenya sih pacaran beneran' batin Bella menggerutu.

~~~~~~

Love
Silvers

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang