D~Thirteen

106 8 0
                                    

Bella berlari kearah tempat yang lumayan sepi, disana dia bisa menangis sejadi-jadinya. Ternyata orang yang selama ini dia kagumi bahkan dia cintai, malah memilih sahabatnya. Sejenak Bella menengok kearah belakang dan dia melihat sekaligus mendengar jika Willi mengungkapkan perasaanya kepada Afianti dan yang paling menyakiti Bella adalah Afianti menjawabnya dengan anggukan dan tersenyun malu.

Seharusnya hari ini menjadi hari paling special bagi Bella, dan seharusnya yang berada diposisi Afianti adalah dirinya.

Seseorang menyodorkan tissue kearah Bella dan ikut duduk disampingnya. Tapi Bella hanya menerima tissue tersebut tanpa mengetahui orang yang memberikanya.

"Gue kira lo beneran pacaran sama Willi." Ucap orang itu dan berhasil membuat Bella menoleh.

"Brian, hiks.. Sakit" isak tangis Bella semakin pecah dan Brian mulai menenangkanya dengan cara memeluk Bella.

"Nangis aja sepuas lo." Ucap Brian, dia bisa merasakan apa yang dirasakan Bella. Ini sungguh menyakitkan melebihi rasa sakit Brian saat tau Willi mengaku-ngaku jika dia pacar Bella. Brian juga membatalkan rencanaya karna mengetahui kondisi Bella seperti ini.

Sudah satu jam Bella berada dipelukan Brian, dan melihat baju yang dikenakan Brian basah oleh air matanya. Dan beralih memandang Brian dengan tatapan sakit hati.

"Aku mau pulang." Pinta Bella dan segera berdiri dan dibantu oleh Brian. Mereka menuju tempat dimana Willi berkumpul untuk berpamitan, Brian mengeratkan rangkulanya dipinggang Bella.

"Will, kita pulang ya. Sekali lagi HBD dan Longlast." Brian menjabat tangan Willi . Bella enggan menatap wajah Willi dan memilih menunduk.

"Bella." Ucap Afianti yang juga berada disamping Willi. "Lo kemana aja? Balik-balik udah dirangkul aja sama Brian." Lanjut Afianti, Bella berusaha untuk mengangkatkan kepalanya dan melihat Afianti tersenyum bahagia. Namun membalasnya hanya dengan senyum tipis dan menyeret Brian untuk segera pulang. Willi dan Afianti merasa heran dengan perubahan sikap yang diberikan Bella.

Bella menunggu taxi yang melintas, sementara Brian mengambil motornya di tempat parkir dan menemui Brian untuk mengajaknya pulang bersama.

"Ayo naik." Ajak Brian. Bella mengerutkan keningnya karna masih kebingungan.

"Oh, gak usah. Gue naik taxi aja." Tolak Bella. Kali ini Bella mulai memaafkan Brian.

"Gue benci penolakan, Bella. Lagian kalo pulang sama gue aman ko, ayo!"

"Baiklah." Bella akhrinya pasrah dan menaiki motor Brian.

"Oiya gue belum tau alamat rumah lo dimana?" Tanya Brian yang baru mengingat jika dia tidak tau alamat rumah Bella.

"Di panti kasih bunda." Jawab Bella.

Sebenarnya Brian ingin bertanya, kenapa Bella memberi alamat panti asuhan. Namun diurungkanya karna mengetahui mood Bella sedang tidak bagus dan tidak ingin memperburuk mood Bella.

Brian telah sampai mengantarkan Bella. Tapi Bella belum juga masuk kedalam panti dan hanya diam memperhatikan Brian.

"Kenapa belum masuk?" Tanya Brian heran.

"Nunggu lo pulang, masa gue masuk gitu aja sih. Anyway, thanks ya buat semuanya baju lo jadi basah." Jawab Bella. Benar juga apa yang dikatan Bella.

Brian tersenyum "Iya sama-sama. No problem, ini belum seberapa sama permintaan maaf gue. Ya udah gue pulang ya, cepet masuk nanti masuk angun." Bella mengangguk dan tersenyum.

Ternyata pikiranya salah, Brian sudah menjadi pria yang baik tidak seperti dulu lagi. Ini sebuah kemajuan, dan sepertinya Bella harus membuka hati untuk pria lain masuk kedalam hatinya mungkin saja.. Brian.

Setelah memastikan Brian menghilang dari pandanganya, dia segera masuk kedalam panti. Brian masih mengingat jelas moment yang paling buruk dalam hidupnya dan sekaligus paling indah bagi sahabatnya itu terlintas kembali. Namun Bella segera menghapusnya tapi tidak semudah itu, lagi-lagi air mata Bella jatuh karna mengingat semua perlakuan Willi terhadapnya.

Bella membanting tas nya asal dan menjatuhkan dirinya keatas kasur. Perasaanya sangat kacau malam ini.

*

Rasanya Bella malas untuk pergi sekolah hari ini. Terlebih dia harus bertemu pasangan baru yang sangat ingin dia hindari. Biasanya Bella berangkat sekolah jam 06.15, tapi ini sudah jam 06.45 Bella belum berangkat juga. Dia masih termenung didepan teras panti dengan pakaian sekolah lengkap.

"Loh, kamu kok belum berangkat nak?" Bu Isa terkejut mendapati Bella masih diam tidak bergeming.

"Ya sudah Bella berangkat ya Bu." Bella berdiri dengan tidak bersemangat lalu mencium punggung tangan Bu Isa hendak pamit pergi ke sekolah.

"Kamu sakit? Kok gak samangat gitu? Biasanya kan selalu semangat." Bu Isa merapikan anak rambut Bella lalu menyelipkan ketelinga Bella agar terlihat rapi dan cantik.

"Gak papa Bu, Bella berangkat" Bella pun berangkat dan meninggalkan Bu Isa di teras panti yang menatapnya khawatir takut terjadi apa-apa.

Biasanya jika ada apa-apa Bella akan bercerita kepada Bu Isa. Tapi kali ini lain, mungkin Bella belum siap bercerita.

Baru saja Bella memasuki kelas, dia sudah disuguhi pemandnagan yang sangat menyesakan hatinya kembali Bellla melihat Afianti tengah berduaan dengam Willi dibangkunya. DI BANGKUNYA!

Bella berusaha mengacuhkan mereka dan memilih tempat duduk disamping Shiren.

"Loh Bell, kok lo duduk sama Shiren? Tempat duduk lo kan disini?" Tanya Afianti yang tengah menengok kearah belakang.

"Sorry, muai hari ini gue duduk sama Shiren, dan lo sama Callie aja." jawab Bella dingin.

'Karna gue gak sudi duduk sama pengkhianat kaya lo!' tambah Bella dalah hati. Shiren hanya menatap Bella bingung.

"Lo kenapa sih? Jutek banget hari ini. Lagi ada tamu yah?" Afianti berusaha mendekati Bella. Namun Bella sudah beranjak keluar kelas.

"Bukan urusan lo. Oh ya LONGLAST ya!"

"Bella, tunggu!" Afianti manahan Bella.

"Lepas!" Bella menghempaskan tanganya keras agar pegangan tangan Afianti terlepas, dan segera berlalu menuju halaman belakang.

"Bella kenapa sih?" Tanaya Afianti kepada Willi. Willi hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

Brian mencari Bella. Karna takut terjadi apa-apa kepada Bella semenjak kejadian semalam. Kali ini Brian menuju kelas Bella, dia mencari keseluruh sudut kelas tadi dia tidak mendapati sosok Bella. Yang dia dapatkan hanya tatapan bingung dari seisi kelas. Brian juga menatap tajam kearah pasangan Willi dan Afianti.

"Bella kemana?" tanya Brian menghampiri pasangan baru itu. Mereka hanya saling pandang.

"Tadi gue liat dia keluar." Jawab Afianti gugup karna melihat kilatan kebencian kepada dirinya. Brian segera melesat menuju halaman belakang, satu-satu nya tempat yang belum dia kunjungi.

Brian mendapati Bella tengah memeluk lututnya dan menghampiri Bella untuk menenangkanya.

"Bella?" Sapa Brian menepuk pundak Bella pelan. Bella segera menghambur kepelukan Brian dan menangis sejadi-jadinya.

Brian mengerti akan keadaan Bella sekarang. Dia berusaha menenangkan perasaan Bella dengan cara mengelus punggung Bell memberi ketenangan. Brian berniat akan membalas apa yang dirasakan oleh gadisnya itu. Dia harap memberi perhitungan kepada Willi.

Bersambung

Love
Silvers^^

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang