D~Seventenn

102 5 0
                                    

Bella merapikan baju-bajunya kedalam koper dan memasukan semua barang-barang pemberian anak panti sebagai kenang-kenangan. Sebenarnya Bella berat untuk meninggalkan panti yag sudah menjadi tempat berlindungnya selama 17 tahun. Bu Isa turut membantu Bella membereskan barang-barangnya.

Setelah selesai, mereka berkumpul di ruang tamu. Bu Dea juga berada di sana untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada Bu Isa. Beliau berniat ingin menjadi donatur tetap di panti tersebut.

Acara perpisahan Bella telah selesai. Kini saatnya Bella untuk ikut dengan bu Dea untuk tinggal di rumahnya. Kehidupan Bella sudah terlihat membaik setelah dia menemukan ibu kandungnya.

Suasana rumah yang minimalis membuat Bella berdecak kagum. Rumah ini terlalu besar untuk di tempati mereka berdua di tambah lagi 2 orang pembantu. Bella memasuki kamarnya yang sudah di sipakan bu Dea. Kamar ini juga 3X lipat lebih besar dsri kamar sebelumnya.

"Ma, apa ini gak terlalu berlebihan buat Bella?" Tanya Bella. Dan duduk di samping tempat tidurnya.

"Tidak sayang. Ini belum cukup buat kamu. Mama berhutang banyak sama kamu. Maafin mama ya, selama 17 tahun ini mama gak bisa menuhin dan mendampingi kamu." Bu Dea ikut duduk di samping Bella dan mengelus lembut rambut panjang Bella.

"Makasih, Ma. Bella sayang mama" Bellaa memeluk mamanya erat seakan tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya.

*

Seperti biasanya kedua anak manusia yang sedang memadu kasih disekitar hamparan bunga Dandelion. Bella dan Brian mereka lah pasagan itu. Mereka sedang berbincang-bincang sesekali tertawa. Bella seperti menemukan kehidupan barunya, begitu kuga denga Brian. Kehidupan yang tidak pernah mereka bayangkan.

"Pulang sekolah. Bunda, minta aku bawa kamu ke rumah. Aku udah cerita banyak tentang kamu. Kamu mau kan?" Pinta Brian, ia berniat ingin menjalin hubungan yang serius dengan Bella.

Bella tersenyum, lalu mengangguk dengan malu. "Memangnya ada apa Bunda kamu ngundang aku buat datang?"

"Bunda aku cuma pengen tau kamu aja. Sekalian kita makan siang di rumahku." Jawab Brian

"Woyy!! Malah mojok di sini!" Teriak seseorang tidak jauh dari mereka. Mereka berdua menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Willi dan juga Afianti.

"Ada apaan sih kalian? Ganggu aja!" Seru Brian yang tidak terima di ganggu kebersamaanya bersama Bella.

Willi dan Afianti menghampiri mereka berdua dan menarik Bella menjauh dari Brian. Bella terkejut dan berusaha melepaskan tangan Afianti dari lenganya.

"Kalian gak denger bel uda bunyi 30 menit yang lalu. Kalian masih di sini. Ya ampun!" Bella yang mendengarnya segera melihat jam yang ada di pergelangan tangnya.

"Ya ampun. Bener. Kok gue gak denger ya kalo bel udah bunyi." Bella juga terlihat gelisah begitu juga dengan Brian. Willi dan Afianti hanya memasang wajah datar mereka melihat tingkah laku dua sejoli ini. Cinta memang tuli.

"Ayo cepet! Kita masuk kelas. Belum ada guru kan?" Tanya Bella dan terburu-buru memasuki kelas dan masih ada dua tangga yang harus mereka tempuh.

"Belum kok. Aduh Bell, pelan-pelan kek. Kaki gue kan pendek." Bella terus saja menarik tangan Afianti dan diikuti oleh Willi.

Setelah sampai di kelas. Kelas masih terlihat riuh oleh murid-murid yang menghuninya. Bella segera duduk di kursinya begitu juga dengan Afianti dan Willi.

"Freeclass woyy! Gurunya lagi rapat!" Teriak salah seorang teman Bella. Dan berhasil membulatkan mata Bella. Bella langsung menjatuhkan kepalanya di atas meja karna lelah.

Sesuai apa yang di ucapkan Brian. Dia membawa Bella untuk di kenalkan kepada orang tuanya. Brian benar-benar serius dengan Bella. Dia menunggu Bella didepan kelasnya dan melihat Bella tengah membereskan buku-bukunya setelah itu Bella memghampiri Brian yang sudah menunggunya.

"Maaf ya lama. Jadi kan?" Tanya Bella memastikan.

Brian tersenyum. "Gak papa. Jadi dong, yuk!" Brian mengaitkan jemarinya di jemari Bella. Mereka menuju parkiran untuk mengambil motor Brian.

Brian memberikan Bella helm cadangan khusus untuknya. Lalu mereka segera menuju rumah Brian.

Tidak membutuhkan waktu lama mereka telah sampai di rumah Brian. Bella tampak gugup saat sudah berada didepan pintu. Keringat dingin sudah keluar di sela-sela jari tanganya. Brian segera memberi ketengangan kepada Brian dengan cara merangkul pundaknya.

"Brian, apa aku sudah terlihat rapi?" Tanya Bella merapikan rambutnya yang tergerai dan juga sedikit merapikan penampilanya.

"Tenang sayang, kamu bukan mau bertemu dengan seorang presiden. Ayo kita masuk." Ajak Brian. Dan menuntun Bella memasuki rumahnya.

Saat Bella memasuki rumah yang terlihat mewah dan elegan ini. Rasanya dia memasuki istana-istana kerajaan yang permah dia dengar dari dongeng-dongen pengantar tidurnya semasa kecil. Bella melihat setiap sudut rumah ini. Begitu sunyi.

"Kamu tunggu di sini ya. Aku panggil ornag tua ku dulu." Brian menyuruh Bella untuk duduk di sofa ruang tamu.

Bella hanya menurutinya dengan mata masih melihat ke sekelilingnya.Tidak membutuhkan waktu lama untuk Bella menunggu. Orang yang dia tunggu akhirnya datang bersama kekasihnya. Bella berdiri untuk menyambut dan mencium tangan orang tua Brian. Lalu mereka duduk di sofa.

"Bun, Yah. kenalin ini Bella, pacar Brian." Ucap Brian penih keyakinan. Bella hanya mengulurkan tanganya dam menatap Bunda Brian, dia tidak berani menatap Ayah Brian.

"Bella" ucap Bella. Dan dia sekarang mengulurkan tanganya ke arah Ayah Brian dan mengulang menyebutkan namanya. Saat Bella mendapat jabatan tangan dari Ayah Brian. Dia merasakan kehangatan. Entah itu apa, dan Bella mulai berani menatap Ayah Brian.

'Wajah itu. Begitu mirip seperti yang ada di foto Ayah. Apa mungkin dia Ayah ku? Tidak mungkin!' Batin Bellanl dan segera melepaskan jabatan tanganya.

"Kamu cantik sekali Bella. Pantesan aja Brian ngotot meminta pada kami untuk cuti bekerja. Ternyata dia ingin memperkenalkan putri cantik sepertimu" ucap Bunda Brian. Bella hanya tersenyum tipis.

"Makasin tante."

"Bunda apaan sih! Malu tau!" Ucap Brian kesal karna kebohonganya terbongkar untuk mengajak Bella kesini adalah dirinya, bukan Bunda nya.

"Kalo di pikir-pikir hidung Bella mirip ya sama Ayah." Ucap Bunda Brian. Brian tergelak begitu juga mereka.

'Benar. Dia Ayah ku. Aku sudah menemukan dia. Dia Ayahku! Tapi Brian?! Bagaimana ini' Perasaan Bella semakin rumit. Air matanya sudah jatuh dan dia segera menepisnya. Lalu ikut berbaur lagi bersama mereka.

Bersambung

Love
Silver

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang