D~Two

204 20 0
                                    

Sekolah sudah bubar 5 menit yang lalu. Bella segera menghampiri tempat parkir untuk mengambil motor kesayanganya hadiah dari ibu angkatnya. Bella tinggal disebuah panti asuhan dari bayi, doa diterlantarkan oleh kedua orang tuanya. Sampai sekarang dia tidak mengetahui orang tua kandungnya.

Sejak diperjalann tadi, Bella merasakan ada yang mengkutinya, tapi dia hiraukan karna mungkin itu hanya perasaan dia saja. Terlihat dari kaca spion motornya, sebuah mobil mewah berwarna putih tepat dibelakang Bella.

Sesampainya dipanti, Bella segera berlari memasuki rumah yang dihuni oleh banyak anak yang bernasib sama sepertinya. Sesekali ada beberapa anak kecil yang menyapanya lalu dibalas dengan senyuman.

"Assalamualaiku Ibu." Bella mencium tangan ibu Isa. Ibu yang sudah merawatnya dari bayi.

"Waalaikumsalam. Bella ada apa ko lari-lari?" tabya ibu Isa lembut dan mengusap rambut panjang milik Bella.

"Eng.. gak papa bu. Bella kekamar dulu ya mau ganti baju." Bella pamit kekamarnya setelah mendapat anggukan dari ibu Isa

*

Brian sedari tadi mengikuti Bella pulang. Hanya untuk mengetahui dimana dia tinggal. Dan sekarang Brian melihat Bella memasuki sebuah panti asuhan. Ada beberapa pertanyaan yang ada dikepala Brian.

"Apa ini panti asuhan miliknya atau dia ingin memberi sumbangan? Sebaiknya gue tunggu disini sampai dia pulang." ucap Brian dan menyandarkan tubuhnya dikursi kemudi.

Sudah dua jam tidak ada tanda-tanda jika Bella akan pulang dari panti asuhan itu, Brian sudah merasa kesal. Acara menguntitnya kali ini gagal, padahal dia sudah mmbatalkan janjinya dengan salah satu pacarnya. Brian berniat untuk menyerah dan pulang.

Seperti dugaan, rumah megah ini selalu terlihat sepi bagai tidak berpenghuni, sebenarnya Brian malas jika harus pulang kerumah ini. Orang tuanya selalu sibuk mengurus bisnis mereka masing-masing. Isi rumah ini hanya ada 3 pembantu dan 2 tukan kebun, Brian mempunyai seorang sepupu perempuan bernama Fiani. Sekarang Brian mendapati sepupu nya tengah menonton drama korea sambil memakan cemilan.

Brian ikut duduk disamping Fiani, lalu merebut cemilan Fiani.

"Balikin cemilan gue kampret!" suara melengking milik Fiani menggema dirumah ini. Brian segera menyumpalnya dengan cemilan tersebut.

"Berisik ah!" Fiani segera menelan makanan yang dikunyahnya, sebelum dia siap memaki Brian.

"Ih ngeselin banget sih. Kenapa gak main aja sama pacar-pacar lo!" usir Fiani. Karna tidak biasa melihat Brian ada, biasanya Brian akan pulang kerumah hanya untuk mengganti pakaian.

"Bosen gue! Sekarang gue lagi berusaha deketin someone, angkatan lo juga anak IPA 1" ujar Brian santai dan memindah-mindah chanel televisi.

"Gila lo! Cewe udah ada 5 juga masih mau nambah. Belum puas sama mereka?" tanya Fiani yang masih shok atas perkataan Brian yang berniat ingin menambah satu perempuan lagi dalam hidupnya.

"Tapi kali ini beda Fi, dia beda dari yang lain. Keliatanya dia gak tertarik sedikitpun sama gue. Lo taukan semua cewe yang ada disekolah gimana kalo ada gue. Gue pengen deket dulu sama dia" ucap Brian tersenyum kearah televisi.

"Terserah lo deh! batu!" Fiani lebih memilih meninggalkan Brian yang masih asik senyum-senyum didepan televisi.


Bella tengah asik membantu bu Isa yang sedang memasak makan malam untuk malam ini. Dia tampak bersenandung ria seperti orang yang tengah bahagia. Bu Isa yang melihatnya hanya bisa ikut tersenyum melihat anak angkatnya yang sudah genap 17 tahun tengah bahagia, walaupun beliau tidak tau apa yang menyebabkan Bella merasa bahagia.

"Bu, aku kan udah 17 tahun. Boleh gak aku kerja? Buat biaya kuliah nanti." Bella meminta ijin kepada bu Isa untuk mecari pekerjaan. Karna Bella tidak ingin terus menerus bergantung pada bu Isa.

"Ibu sih ngijinin. Tapi gimana sama sekoah kamu?" mereka lebih memilih untuk duduk dikursi supaya lebih enak mengobrolnya.

"Aku bisa ngatur waktunya ko bu, tenang aja." ujar Bella meyakinkan bu Isa

"Kalo itu mau kamu. Ibu bisa apa, emangnya kamu udah dapat pekerjaanya?"

"Belum sih. Rencana nya besok pulang sekolah aku mau cari kerja yang cocok buat aku" ucap Bella memegang kedua tangan bu Isa.

"Ibu doain supaya kamu dapet pekerjaan yang baik" pesan bu Isa. Lalu kembali dengan masakanya yang sudah matang.

*

"Apa?! Lo mau kerja part time? dimana?" teriakan Afianti membuat seisi kelas menengok kearah mereka yang sedang mengadakan sesi curhat.

"sstt.. Volumenya kecilin dikit bisa gak? Iya, gue mau kerja tapi lo bantu nyari ya, please. Gue gak mau terus- terusan bergantung sama bu Isa" jawab Bella sedikit pelan. Bahkan Afianti harus mendekatkan telinganya di mulut Bella.

"Yah sayang banget, gue gak bisa bantu. Pulang sekolah gue ada bimbel, maaf ya." Afianti sedikit menyesal karna tidak bisa membantu sahabatnya ini.

"Ya udah gak papa kok." Bella mencoba tersenyum saat Afianti tidak bisa membantunya.

"Sebagai permintaan maaf gue, kekantin yuk! gue traktir deh. Gak boleh nolak" aja Afianti, Bella terlihat menimbang-nimbang tawaran Bella dan akhirnya..

"Boleh deh."

Mereka pergi kekanti berdua. Hari ini Bella belum sempat mengunjungi halaman belakang sekoah karna banyaknya tugas yang harus dikerjakan dikelas. Saat sampai dikantin, Afianti melihat Brian yang juga berada dikantin dan akan berteriak histeris jika Bella tidak segera membekap mulutnya.

"Gak usah teriak. Ini bukan hutan" ucap Bella tenang, dan melepas tanganya dari mulut Afianti.

"Pokoknya gue harus cari kursi yang deket sama kak Brian. Dan itu bangku yang tepat!" Afianti segera menarik lengan Bella untuk segera menempati kursi yang belum terisi itu sebelum ada yang menempatinya. Bella terhuyung atas tarikan Afianti, jika dia tidak bisa menahan tubuhnya pasti dia akan jatuh tersungkur.

Sebelum duduk Afianti sempat memberikan senyuman termanisnya kearah Brian yang tengah memperhatikan mereka lebih tepatnya kearah Bella. Sementara Bella dia harus menahan rasa dongkolnya karna harus bersebelahan dengan bad boy yang sedang dia hindari.

"Kalo mau pesen, pesen duluan aja." ucap Afianti. Bella segera beranjak kembali untuk memesan makanan meninggalkan Afianti yang terus saja memandangi Brian.

"Hai, gue boleh duduk disini?" seseorang datang menghampiri Afianti dan dia tersadar jika ada yang menyapanya.

"Hei, boleh duduk aja." Afianti mempersilahkan orang itu duduk disebelahnya.

"Eh, ada Willi. Dari tadi?" Bella terlihat senang yang tadinya rasa dongkol sudah mencapai ubun-ubun nya kini telah diganti dengan rasa senang karna Willi ikut bergabung. Sehingga Bella tidak merasa diasingkan seketika oleh Afianti.

"Baru aja." Willi menjawabnya singkat dengan senyum tipisnya. Ini yang disukai dari Willi oleh Bella, sikap cuek dan pendiamnya membuat Bella merasa tertantang untuk mendekati Willi.

"Kalin duduk disini karna ada si Brian ya?" tanya Willi setengah berbisik.

~~~~~~~

Love
Sillvers^^

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang