Sudah setengah jam Bella menunggu bis di halte. Namun bis yang ditunggu belun datang juga sesekali Bela melirik jam yang ada dipergelengan tanganya. Bella bisa telat bekerja kalau begini caranya, setengah jam lagi dia harus segera sampai di tempat kerja. Sebuah mobil sport keluaran terbaru berhenti didepan Bella, kaca mobil itu pun turun dan menampakan pemiliknya yang berada dibangku kemudi.
Bella melirik kebelakang dan kesekailingnya untuk memastikan ada orang atau tidak selain dirinya di halte tersebut.
"Ayo naik!" Ajak Brian, Bella hanya mengerutkan keningnya. "Kok malah diem? Ayo gue anterin. Apa perlu gue bukain pintu buat lo?" Tanya Brian, Bella masing menimbang-ninmbang tawaran Brian. Jika dia menolak mungkin dia akan telat ke tempat kerja dan bisa saja dia dipecat. Ketika Brian hendak turun dari mobil, dengan cepat Bella masuk kedalam mobil Brian.
"Gitu kek dari tadi. Dimana rumah lo?" Tanya Brian melajukan mobilnya.
"Anterin gue ke Kihana Japanesse Restaurant ." Jawab Bella, dan membuat Brian menatap Bella bingung.
"Emangnya mau ketemu siapa?"
"Gue mau kerja. Udah jangan banyak nanya! Bisa tambah lagi kecepatanya? Gue udah sedikit telat." Sesuai permintaan Bella. Brian menginjak pedal gas dan mempercepat laju mobilnya.
Tidak sampai 20 menit mobil Brian sudah sampai ditempat tujuan, Bella segera turun tapi tanganya ditahan oleh Brian.
"Pulangnya mau gue jemput?" Tawar Brian.
"Gak usah, thanks ya." Dengan cepat Brian keluar dari mobil Brian. Sebenarnya ada satu lagi yang ingin Brian tanyakan. Apa ini restoran milik Bella dan dia sebagai manager nya? Itu lah yang ingin Brian tanyakan. Tapi berhubung Bella sedang terburu-buru maka pertanyaan itu disimpanya.
Brian belum jua pergi dari pelataran parkir sebelum Bella benar-benar memasuki tempat kerjanya, lalu setekah bayangan Bella menghilang dibalik pintu, barulah Brian pulang.
"Maaf bu, saya telat" Bella meminta maaf kedapa bu Dea yang tengah berbicara kepada seorang pelayan. Bu Dea hanya memberi senyuman kepada Bella dan memegang pundaknya.
"Gak papa Bella. Ayo cepat sekarang ganti baju." Bella segera melesat keruang ganti baju.
Setelah 10 menit mengganti pakaian, Bella menghadap cermin di wastafel untuk mematut diri dan merapikan pakaianya.
"Eh, Bella. Kamu beruntung banget sih gak dimarahin sama bu Dea waktu kamu telat." Ujar Sinta teman kerja barunya.
"Masa sih? Emang biasanya bu Dea suka marah-marah ya kalo ada yang telat?"
"Iya, malah ada yang sampe di pecat."
"Oh gitu ya. Mungkin beliau lagi good mood. Sudah ya, aku kerja dulu." Pamit Bella, dan pergi menuju meja kasir.
*
Brian berniat untuk menjemput Bella di malah hari. Sambil menunggu malam tiba, Brian lebih memilih pergi ke tempat tongkrongan. Di sana sudah banyak teman-temanya. Brian segera keluar dari mobil dan ber tos ria dengan teman-teman yang lain.
"Loh mana si Fandy?" tanya Brian yang merasa kekurangan satu temanya.
"Katanya sih lagi nemenin cewe nya jalan."
"Iya nih, perasaan semenjak si Fandy punya pacar dia jarang gabung sama kita." Timpal Rezan.
Brian hanya terkekeh "Tapi gue gak kaya gitu tuh. Gue lagi bosen nih sama Sesha"
"Tenang bro. Gue punya cewe cakep nih. Lu mau kagak?" Tanya Fadly teman satu tongkronganya yang juga menjadi jasa mencari mangsa untuk Brian.
"Kali ini gue tobat bro. Gue udah nemuin yang bener kali ini." Tolak Brian. Semua orang menatapnya heran, berbeda dengan Rezan yang sudah mengetahui semuanya.
"Jadi lo beneran tobat baal? Ah! Gak seru lo! Terus si Sesha mau dikemanain?" Tanya temanya yang lain.
"Buat lo aja dah! Sumpah ya, si Sesha makin kesini dia makin agresif." Dan mengalirlah obrolan-obrolan yang lain. Sampai-sampai Brian lupa akan rencanaya menjemput Bella.
*
Setengah jam lagi pekerjaan Bella mulai selesai pengunjung restoran masih terlihat ramai pengunjung. Tidak ada pernah ada rasa lelah di dalam diri Bella. Yang dia pikirkan hanya kerja dan sekolah. Bella sangat ingin bertemu dengan orang tuanya. Kenapa mereka tega membuangnya di panti asuhan, apa salah Bella sehingga mereka membuangnya. Saat Bella sedanga asik melamun salah satu pengunjung menghamprinya, mungkin untuk membayar semua makananya.
"Loh? Bella?" Sapa pengunjung itu. Bella menengadah untuk melihat siapa yang menyapanya.
Bella tampak terkejut melihat siapa orang itu. Rasanya Bella ingin lari sekarang juga. Tapi keadaan tidak memungkinkan, Bella hanya bisa mengeluarkan keringat dingin dan wajahnya terihat pucat seketika.
"Willi?" Ya orang itu Willi. Seseorang yang Bella kagumi. Apa yang harus dia lakukan. Willi telah mengetahui profesinya, dan pasti Willi akan membencinya itu tidak boleh terjadi.
"Lo kerja disini?" Tanya Willi, terlihat dari raut wajah Willi tidak ada rasa benci ataupun tidak suka kepada Bella. Yang dia tunjukan adalah senyum mempesona.
"I.. iya gue kerja disini. Kamu mau bayar makananya?"
"Ouh iya nih. Tapi sebelumnya kamu pulang jam berapa?"
"Bentar lagi kok. Abis ini gue ganti baju terus pulang. Apa apa?"
"Gue tunggu di mobil ya."
"Gak usah. Gue naik angkutan umum aja." Tolak Bella karna tidak ingin merepotkan Willi.
"Gak papa. Pokoknya lo cepetan ganti baju. Terus susulin gue di parkiran." Apa boleh buat jika Willi memaksa, Bella hanya mengangguk. Setelah Willi membayar makannya pekerjaan Bella sudah selesai. Dia segera mengganti pakaiannya karna tidak ingin membuat Willi menunggu lama.
Tidak sampai sepuluh menit Bella selesai mengganti pakaianya, dan segera menuju parkiran untuk mencari Willi. Setekah mendapati mobil Rezan, Bella mengetuk kaca mobil untuk memberi taunya jika dia sudah datang. Dengan cepat Willi memberi kode kepada Bella untuk memasuki mobilnya.
"Maaf ya nunggu lama" ujar Bella dan sedikit merapihkan pakaianya yang belum sempat rapih karna terburu-buru.
"No problem. Di mana rumah lo?" Tanya Willi sebelum melajukan mobilnya.
"Turunin gue di panti kasih bunda aja." Jawab Bella menatap lurus kedepan.
"Kok kepanti? Manu ngapain malem-malem gini?" Willi semakin bingung dan melajukan mobilnya perlahan.
"Ya rumah gue disitu sejak bayi." Ucap Bella lirih.
"Jadi lo-"
"Iya gue anak buangan. Gue harap setelah ini lo gak menjauh dari gue. Karna temen yang gue punya cuma lo sama Afianti disekolah. Dan jangan permah kasih tau siapa-siapa tentang semua ini. Ya, lo tau kan anak Elementari pada kaya, banyak uang, sebagian juga ada anak pejabat." Bella tidak ingin Willi menjauh darinya dan tidak mau berteman denganya lagi.
Willi hanya terdiam mendengarkan ucapan Bella. Dia merasa simpati terhadap Bella. Semua orang mengira bahwa Bella anak pengusaha terkenal seperti mereka. Tapi sebenarnya tida, dan bahkan sebaliknya. Willi juga baru mengetahui jika Bella berhasil lolos dalam seleksi penerimaan murid baru lewat jalur beasiswa.
~~~~~
Love
Silvers^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
RomanceDANDELION kebanyakan orang mengabaikanya dan hanya menganggapnya sebagai tumbuhan liar belaka, tapi dibalik itu semua tenyata DANDELION memiliki makna luar biasa