"Jadi bener kata Brian? Lo suka sama Willi?" Tanya Afianti dengan air mata yang sudah berurai. Bella hanya diam tak bergeming yang bisa dia lakukan hanyalah menundukan kepalanya.
"Jawab gue?! Kenapa lo diem aja? Dan sejak kapan lo suka sama Willi?" Afianti mulai memegang pundak Bella. Dan Bella juga sudah berani menatap Afianti.
"Udah lama. Udah lah lupain. Toh, lo juga udah jadian sama Willi." Bella melepaskan tangan Afianti dari pundaknya.
Afianti memeluk Bella. "Gue minta maaf. Gue ngerasa bersalah banget sama lo. Maafin gue Bell. Kalo gitu gue bakal putusin Willi, asal lo mau jadi sahabat gue lagi." Afianti menangis sejadi-sejadinya perlahan Bella mulai membalas pelukan Afianti.
"Gue udah maafin lo, dan lo gak perlu putusin Willi. Lanjutin hubungan kalian." Bella berhenti sejenak. "Karna gue udah ada pengganti Willi. Brian." Afianti terkejut, Bella hanya tersenyum.
"Apa bener yang barusan kamu bilang?" Tiba-tiba Brian datang sehingga membuat Bella dan Afianti terkejut. Bella merasa gugup dan menyalahkan dirinya karna ini waktu yang tidak tepat untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Bi-bilang ap?" Tanya Bella gugup dan salah tingkah.
"Jangan pura-pura gak tau. Ayo katakan sekali lagi." Pinta Brian menaikan sebelah alisnya.
"Brian. A-aku, aku suka sama kamu" kata-kata Bella barusan berhasil membuat Brian tersenyum begitu juga Afianti. Lalu Afianti segera berlalu dari hadapan mereka.
Brian segera menghambur kepelukan Bella. "Aku sayang sama kamu."
Bella membalas pelukan Brian. "Aku juga sayang sama kamu."
*
Hari ini Willi sudah mulai bisa bersekolah setelah mendapati perawatan rumah sakit selama 1 minggu. Walaupun luka lebam masih sedikit terlihat. Dia memasuki kelas dan mendapati Afianti tengah bercanda gurau bersama Bella. Pandangan Afianti beralih ke arah pintu masuk dan melihat keberadaan Willi.
"Hai sayang. Kamu kok udah masuk sekolah? Katanya 3 hari lagi?" Tanya Afianti dan membantu Willi untuk duduk dibangkunya.
"Mungkin takut lo selingkuh kali, Fi. Hahaha" ucap Bella.memutar kursinya kebelakang.
"Apaan sih lo. Ya gak lah" Afianti menyikut lengan Bella membuat Bella meringis mengusap sikutnya.
"Bella" nada pembicaraan Willi mulai terlihat serius. "Gue minta maaf atas ketidak pekaan gue sama perasaan lo." lanjutnya.
Bella tersenyum dan mengusap punggung tangan Willi. "Udah gak papa. Itu udah masa lalu. Pesan gue, jaga Afianti, oke!"
"Pasti!" Jawab Willi semangat dan itu membuat kedua pipi Afianti merona merah.
"Sayang.." sapa Brian yang memasuki kelas Bella semua yang ada dikelas menoleh.
"Eh, hai. Ada apa?" Tanya Bella menghampiri Brian. Tapi Brian hanya memandang Willi tajam.
Bella khawatir jika Brian akan memukuli Willi lagi. Melihat kondisi Willi yang belum sembuh total. Bella memegamg tangan Brian untuk menahanya.
"Gue minta maaf ya." Tiba-tiba Brian memeluk Willi ala pelukan sahabat. You know?
Willi tersenyum. "Iya sama-sama. Gue juga minta maaf. Denger-denger kalian jadian nih?" Tanya Willi. Brian hanya mengangguk dan Bella tersenyum malu. "Traktiranya gue tunggu ya. wajib pulang sekolah!"
Bella menatap kearah Briam. Memberitaunya jika dia tidak bisa ikut karna harus bekerja melalui.
"Gimana kalo di Restaurant di tempat Bella kerja aja. Sekalian kan." Usul Brian dan berhasil membulatkan kedua mata indah Bella. Brian memberi sedikit ketenangan melalui tatapan lembutnya.
"Wah.. boleh tuh!" Wili dan Afianti menjawab bersamaan. Mereka terlihat bahagia.
Bel sudah berbunyi, dan itu mengharuskan Brian untuk kembali ke kelasnya. Tapi Brian masih menahan dirinya disamping Bella yang sudah duduk manis menunggu guru yang akan mengajar.
"Brian keluar! Sekarang ada kelas pak woto. Kamu ga takut dimarahin?" Usir Bella karna cemas. Brian masih diam dan seisi kelas mulai berbisik-bisik mmbicarakan Brian.
"Biarin aja. Aku masih kangen sama kamu." Itu lah alasan Brian setiap hari. Dan tibalah pak Woto memasuki kelas Bella.
"Pagi class!" Sapa pak Woto lantang dan mengejutkan seisi kelas. Kecuali Brian yang sudah menutup telinganya dengan kedua tanganya.
"Pagi pak!" Balas siswa-siswi bahkan lebih lantang. Pak Woto melihat ke penjuru kelas dan mendapati Brian yang berdiri di samping Bella.
"Eh Brian! Kamu ngapain disitu? Kaya patung pancoran aja. Ayo cepat kembali ke kelas!!" Bentak pak Woto.
"Ya udah deh berhubung pak Woto yang nyuruh. Aku balik ke kelas dulu ya, bye."
CUP!
Tanpa punya rasa malu lagi Brian mengecup pipi Bella. Membuat seisi kelas terkejut termasuk pak Woto. Bella hanya menatap dengan tatapan -ku bunuh kau nanti-. Brian segera berlalu dari kelas Bella
Mereka sudah berkumpul diparkiran, dan mereka sedang menunggu Brian yang tak kunjung keluar dari kelas juga. Ini sudah 30 menit mereka menunggu, tapi belum ada tandah-tanda Brian keluar dari sekolah.
"Gue susul ke kelas nya aja ya." Ujar Bella karna khwatir terjadi apa-apa. Mereka berdua menganguk.
Baru saja Bella hendak melangkah dia melihat Brian keluar dari gedung sekolah dengan wajah kusut.
"Maaf ya nunggu lama." Ucap Brian. Bella bisa bernafas lega karna kemunculan Brian.
"Dari mana aja sih?" Kini Afianti mulai protes karna sudah menunggu lama.
"Biasa lah kelas 3. Pasti ada pelajaran tambahan. Ya udah yuk berangkat!" Brian memberikan helm kepada Bella. Begitu juga Willi kepada Afianti.
Mereka telah sampai di Restaurant tempat Bella bekerja. Sebelumnya Bella harus meminta ijin terlebih dahulu kepada bu Dea untuk tidak langsung bekerja. Mereka memilih tempat duduk yang nyaman untuk mereka.
Tok.. Tok.. Tok.
Bella mengetuk pintu ruangan bu Dea. Terdengar sahutan "masuk!" Dari dalam. Bella membuka pintu tersebut secara perlahan.
"Ada apa Bella?" Tanya bu Dea setelah mempersilahkan Bella duduk.
"Gini bu. Saya mau minta ijin untuk tidak bekerja terlebih dulu. Karna ada teman-teman saya yang harus saya temani, mereka ingin makan siang disini. Jadi saya tidak bisa jaga kasir sementara waktu." Ujar Bella. Dia terlihat sangat gugup.
"Boleh, saya ijinkan." Jawab bu Dea seraya tersenyum. Enatah kenapa setiap Bella meminta sesuatu. Beliau tidak bisa menolak jika sudah menatap mata Bella. Mata mereka sangat mirip.
"Terima kasih, bu. Terima kasih."
"Iya sama-sama." Bella segera keluar setelah berpamitan. Bu Dea hanya bisa tersenyum jika Bella terlihat gembira.
Bella menghampiri Brian, Afanti, dan juga Willi yang sudah memesan makanan. Mereka terlihat berbincang-bincang.
"Hai. Maaf nunggu lama" Bella ikut bergabung dengan mereka dan duduk disamping Brian.
"Gimana? Di ijinin?" Tanya Brian. Bella menjawabnya dengan tersenyum.
"Yess!!"
Mereka larut dalam perbincangan konyol mereka. Tidak ada di antara mereka yang berhenti tertawa karna mendengar cerita konyol dari Willi.
Bersambung..
Love
Silvers^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
RomanceDANDELION kebanyakan orang mengabaikanya dan hanya menganggapnya sebagai tumbuhan liar belaka, tapi dibalik itu semua tenyata DANDELION memiliki makna luar biasa