so hard

79 4 0
                                    

Capter 5-

Untuk mempersiapkan pertandingan kali ini aku benar-benar serius untuk berlatih secara mati-matian dan tentunya lebih serius.

Dan akhir-akhir ini juga om bayu suka marah-marah karena kami yang latihannya tidak serius atau kurang benar, karena aku baru pertama jadi aku masih belum terbiasa di marah-marahi apalagi sama orang lain/pelatih.

Dimarahi bunda saja aku masih suka menangis. Sebenarnya aku tidak ingin bila terus-terusan melakukan kesalahan dan dimarahi seperti sekarang tapi kau gimana lagi om bayu sedang ganas.

Aku mencoba kuat dengan semua caci makian dari om bayu. sampai akhirnya sekarang jam 17.00 dan saat yang lain sudah melaksanakan cooling down (pendinginan) namun om bayu masih menambah latihanku sehingga aku belum selesai melaksanakan programku.

Aku sadar aku memang masih pemula diclub ini dan memang benar aku harus berlatih ekstra dan aku tidak keberatan melakukan itu.
.

.

.

.
Aku terus memukul bolaku sampai tak terasa matahari mulai terbenam, dan aku masih harus menyelesaikan programku.

"Gimana mau jadi juara lo kalo mukul bola dari tadi siang aja ga becus!!" Teriak Ralyan dari pinggir lapangan.

Dan itu semakin membuatku emosi dan aku pun bertambah kencang memukul bolanya.

"Bukan gitu cara memukul bola!! Lo udah berapa lama sih latihan disini masih aja bego" apa coba maksudnya ralyan dia mencaci maki ku seperti itu dari pinggir lapangan.

Sungguh aku benar-benar kesal sama dia, hari ini aku sudah cukup mendapat tekanan dari om bayu dan sekarang dia mau ikut-ikutan memarahi ku?? Yabg benar saja.

Ini pukulan terakhirku dan aku menatap kearah ralyan. Dia menatapku dengan tatapan kaget, aku mengambil posisi untuk memukul bola dan

Bruk...
Bola tenis ku tepat mengenai botol air mineral yang sedang dipegang ralyan, dan aku lihat dia membelalakan matanya karena kaget.

"Ra lo gila ya?? Klo lo salah mukul jidat gue bonyok gimana?! Sedangkan tanggal 18 tuh sebentar lagi dan kalo gue ga bisa tanding gimana?" Kini ralyan tengah nyerocos ga jelas.

"Emang itu yang gue harapkan, lagian emang lo main pake jidat?!" Jawabku ketus.

"Ehh engga bisa gitu dong, pokoknya lo harus tanggung jawab! Nanti kalo gue ga bisa main kan bahaya"ocehan ralyan semakin menjadi-jadi kini ia berteriak tepat dikupingku. Karena suara berat ralyan yang kencang cukup membuat kupingku pengang.

"Kok lo berisik banget sih? Sejarang mah gini aja lo udah lecet atau bonyok belum??" Aku langsung membalikan badanku dan membekap mulut ralyan.

"Udah. Jantung gue yang dari tadi masih deg degan karena lo. Nanti kalo gue jantungan gimana??" Sumpah ralyan tuh berisik banget, aku baru nemuin cowo sebawel dia yang kalo udah ngomong tuh mulut ga bisa direm.

"Stop!!" Aku meletakkan telapak tanganku tepat dimuka ralyan " tau ga?? Lo tuh A.L.A.Y!!" aku mengeja satu persatu huruf alay tepat didepan mukanya.

"Ehh ini tuh bukan masalah alay tapi kalo emang bener gue kena penyakit jantung gimana??" Bukannya berhenti ralyan masih terus nyerocos kaya kaleng rombeng.

"Gue bingung sebenernya disini tuh yang cewe siapa sih?? Lo apa gue? Kenapa lo uang lebih bawel dari gue?" Karena aku lelah aku pun duduk di pinggir laoangan sambil menenggak air mineralku.

"Eh bodo amat. Pokoknya gue harus bener ga boleh salah!" Ucap ralyan.

Kalau aku meladeni sifat ralyan bisa-bisa aku ga pulang-pulang. Makannya aku pun berjalan menuju ruang ganti dan berganti lakaian.

Setelah keluar aku melihat lapangan sudah gelap dan sepi, namun aku baru ingat kalau sepatu ku masih tertinggal di ruang ganti. Aku pun kembali mengambil sepatu ku yang tertinggal.

Entah kenapa sekarang aku merasakan merinding dan dingin yang menusuk kulit. Awalnya aku ragu untuk memasuki ruang ganti tetapi aku tetap memberanikan diri untuk mengambil nya.

"Nahh ini dia ketemu!" Ucapku karena aku sudah menemukan sepatuku yang tertinggal sekaligus untuk menghilangkan rasa takut yang sedang ku alami.

Setelah aku mengambil sepatuku. Aku mendengar di kamar ganti paling ujung ada suara krasak krusuk yang membuatku penasaran untuk melihatnya.

Namun sekali lagi disini sudah sepi dan ku fikir disini hanya ada aku sendiri di ruang ganti ini.

Namun karena rasa penasaran yang teramat sangat aku pun memberanikan diri untuk melihat kearah ruang ganti bilik paling ujung.

Aku berjalan mengendap endap dan tanganku yang sudah mulai dingin akibat takut yang kurasa.

Srett...
"AAAAA!!!!....." Aku berteriak kaget saat aku melihat seperti ada seseorang yang berperawakan sangat tinggi dan berbadan hitam. Ia berbalik menatap kearahku.

Tatapannya sangatbtajam menusuk hingga mulutku terbungkam tak bisa berkata apa-apa lagi. Tubuh ku lemas tak bisa digerakkan sama sekali.

"Ra...nara lo gapapa??" Aku sungguh tidaa tau ralyan datang dari mana yang jelas sekarang ia sudah berada disampingku.

Ia langsung membuka bilik paling ujung dan ia juga terlihat kaget dengan apa yang dia lihat, namun sepertinya ralyan tidak terlalu merasa takut dan ia kembali menghampiriku.

Membantu ku untuk berdiri dan menuntunku keluar dari ruang ganti, ia menyuruhku duduk di kursi yang terletak di pinggir lapangan dan ia mengeluarkan air mineral dari dalam tas nya.

"Minum nih! Gue tau lo pasti syok banget ngeliat yang tadi kan?!" Ucap ralyan, karena aku merasa badanku masih lemas kini aku hanya bisa melamun aku sungguh tak percaya dengan apabyang ku lihat barusan. Begitu menyeramkan.

Dan entah kenapa air mataku mengalir begitu saja tanpa aku inginkan. Sebenarnya apa yang telah terjadi??

"Heyy lo kok nangis??" Kini ralyan menanyakan ku dengan nada suara yang benar-benar lembut. Dan aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.

"Yaudah ayo gue anter lo pulang, ini udah malem" ralyan pun membantuku untuk berdiri dan ia menuntunku hingga ke tempat parkir.

Ia mengambil motor yamaha R15  nya yang berwarna merah  dan menyuruhku untuk naik..

"Tunggu!!" Ia melepas jaket yang ia kenakan dan memakaikannya padaku, dan tak lupa menyeletingkannya "kenapa sih lo tetep aja bego, udah tau bakalan pulang malem masih aja jaket yang tipis gini dipake!"

Aku sungguh bingung dengan sifat ralyan yang sangat-sangat aneh. Kadang nyebelin dan kadang ia bisa bersikap baik seperti ini.

Aku naik keatas motor nya dan ia langsung mengendarainya dengan kecepatan yang menurutku lumayan cepat. Huft...walau bagaimana pun dia tetap menyebalkan!

Setelah sampai dirumah aku pun bersalaman dengan bunda "malam bun" ucapku.

"Mba tadi pulang dianter sama siapa??" Ledek ilham adikku.

"Sama orang lah" ucapku cuek.
"Mba kamu kalo punya pacar jangan diumpet-umpetin gitu kenapa kenali lah ke bunda" bunda mengedipkan sebelah matanya padaku.

"Ya ampun bunda apaan sih?? Enggah aku ga punya pacar. UDah ah aku mau mandi dulu" aku pun berjalan memasuki kamarku dan membersih kan badanku.

Kalo menurut kalian gimana?? Cerita yang ini seru ga??

Jangan lupa dan jangan pelit lho buat tinggalin like + comenan kalian ;)

Thx guys!

Everything oke...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang