what do you mean?

41 3 0
                                    

Capter 10-

Setelah kurang lebih 4 hari aku tidak datang ke club teniss makannya hari ini aku meluangkan waktuku untuk datang dan berlatih.

"Hei nara. Lo kemana aja kok beberapa hari ini ga latihan?" Tanya bella begitu ia melihatku.

" jadi bella kangen sama gue?" Aku pun menaikkan sebelah alisku.

" kok lo jadi kepedean gini sih?" Jawab bella yang bingung atas Reaksiku. Lalu ia pergi meninggalkan ku begitu saja.

Aku mengganti seragam sekolahku dengan pakaian tenis kemudian memasuki lapang dan pemanasan bersama yang lain.

"Siapa dia?" Tanyaku kepada ka tari karena ada seseorang yang menurutku mukanya sangat asing bagiku, apa mungkin ia anak baru?

"Oh lo ga tau ya? Dia itu randyza anak baru di club kita tapi ia pindahan dari bogor, sebenernya sih dia udah bergabung sejak 3 hari yang lalu" bisik ka tari.

Aku pun hanya bisa menatapnya dengan tatapan bingung, kalau ku lihat-lihat randyza dia itu tinggi bahkan tingginya melebihi ralyan. Kulitnya hitam manis. Ia memiliki style rambut yang sangat modis. Senyumannya sangat manis. Aku rasa aku bisa berteman baik dengannya tidak seperti ralyan. Dia sudah seperti musuh bagiku.

Setelah pemanasaran kami pun memulai berlatih. Kali ini aku harus lebih giat lagi dalam berlatih jangan sampai melakukan hal yang memalukan menjadi loser seperti kemarin.

17.40
Om bayu mangakhiri latihan kami. Seperti biasa aku selalu berjalan menuju ruang ganti sendirian. Aku sih masih agak takut melihat hal-hal yang berbau mistis tapi mau bagaimana lagi.

Aku berjalan ragu menuju ruang ganti. Namun tiba-tiba hp ku berbunyi dan aku duduk di depan ruang ganti untuk mengecek notive iphone ku. Ternyata ada pesan line dari gustian.

Semenjak kami mengobrol di rumah ardhi waktu itu kami suka ngobrol lewat line. Gustian sering menghubungiku seperti sekarang ini

"Heh kodok!" Teriakan ralyan membuatku kaget, aku merasa kalau dilapangan ini sudah tidak ada siapa-siapa lagi dan aku menengok kearahnya.

"Lo disuruh om bayu buat beresin bola-bola tenis yang tadi masih berserakan dilapangan tuh" lanjut ralyan.

"Gue? Lo yakin??" Aku menunjuk diriku sendiri karena aku merasa tidak yakin.

"Iya lo kodok, emang disini ada kodok lain yang masih berkeliaran selain lo kodok bengek?!" Dan kini pun kata-kata ralyan menjadi bertambah pedas. Namun entah kenapa aku tak merasa sakit hati.hanya kadang-kadang merasa marah saja. setelah kami berdebat aku merasa biasa saja.

"What? Lo bilang gue apa tadi? Kodok bengek?!" Tanyaku dengan nada agak marah.

"Iya cepetan" ralyan mendengus kesal. "Oh ya lo masuki bola nya aja kekeranjang ga usah ditaro ke gudang, karena menurut gue gudang bakalan serem banget dimalem hari" ucap ralyan santai.

"Tunggu, kok jadi lo sih ngatur-ngatur gue?!" Aku pun tak terima dengan perlakuan ralyan.

"Bukan gue yang nyuruh, tapi om bayu! Udah cepet kerjain" ralyan pun menyuruhku, baiklah mau tak mau aku pun membereskannya.

"What?! Bolanya banyak banget"ucapku tak percaya dengan apa yang ku lihat. Baiklah aku pun mulai memasukkan semua bolanya kedalam keranjang besar.

"Nara kamu ngapain masih disini?!" Kedatangan ka dafa membuat ku sentak kaget.

"Aku lagi beresin bola kak, nanti baru pulang, kaka sendiri belum pulang?" TAnyaku bingung karena dilapangan ini sudah dangat sepi aku kira hanya aku saja yang ada disini ternyata masih ada ka dafa.

Everything oke...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang