ketauan.

34 0 0
                                    

capter 28-

saat gue keluar dari rumah sakit, sebenernya gue males latihan gitu, jadi gue memutuskan pergi ke toko buku favorite gue dan membaca beberapa buku yang menurut gue layak untuk gue baca.

"nara?" saat gue duduk di tempat favorite gue, tiba tiba ada seseorang yang menurut gue suaranya familiar banget dikuping gue.manggil nama gue pas gue nengok ternyata itu suara ralyan. dengan paniknya gue menutup muka gue dengan buku. niatnya sih biar ralyan ga liat tapi percuma aja.

"bagus ya, ga latihan malah nongkrong disini??" ucapnya sambil berjalan mendekat kearah gue.

"eh siapa bilang gue nongkrong, orang gue duduk juga" bantah nara sambil menurunkan posisi bukunya yang awalnya menutupi wajahnya.

"ya terus lo disini ngapain kalau bukan bolos latihan" tanya ralyan dengan sabarnya.

"lo sendiri ngapain disini bukannya latihan??" kali ini gue balik bertanya.

"lo ga liat sekarang jam berapa?? 18.15 sore. tandanya latihannya udah selesai! lo disini dari jam berapa sih sampe waktu aja ga tau" sekarang gue yang hujani banyak pertanyaan olehnya.

"Entah lah" jawab gue dengan acuh.

"Cari makan yuk gua laper" ajak ralyan,namun nara belum memberikan jawaban.tapi karna ralyan orangnya sangat keras kepala jadi ia langsung menarik tangan nara secara paksa.

"Kita mau makan apa sih??" Tanya nara saat mereka baru saja keluar dari toko

"Lo ikut gue aja gausah banyak nanya deh"ucap ralyan yang kemudian langsung menyalakan motornya.

Sepanjang perjalanan nara hanya terdiam ia hanya sesekali bersenandung sambil mendengarkan musik.

"sampe" ucap ralyan saat kami sampai disebuah kedai kopi. yang terlihat cukup ramai dari luar.

"gue ga suka kopi " jawabnya singkat

"tapi gue lagi pengen minum kopi"

"bodo amat, cepet anterin gue balik"protes nara.

"enak aja kita udah jauh jauh ke sini masa harus pulang lagi??" ralyan pun langsung memarkirkan motornya dan meninggalkan nara yang masih duduk diatas motor nya.

"kenapa sih gue harus kenal sama orang egois kaya dia" dengan terpaksa nya nara turun dari motor dan membuntuti ralyan yang memasuki kedai tersebut.

"mba espresso con panna satu sama emm" ralyan terlihat sedang berfikir " café Con Hielo satu ya" ucap ralyan pada pelayan.

kedai coffe yang satu ini terlihat sangat klasik yang menimbulkan suasana seperti tahun 70-an, tapi bukan berarti pengunjungnya para lansia kebanyakan yang datang rata-rata anak muda pecinta coffe

"gimana keadaan gustian?" ralyan membuka pembicaraan sambil menyeruput espresso con panna yang baru saja di hidangkan oleh pelayan.

"baik" jawab nara singkat.

"gue denger dari vina lo ke rumah sakit ya,makanya ga latihan??"

"gausah sok tau"

"cobain deh café Con Hielo itu minuman favorit di kedai ini" ralyan berusaha mengalihkan pembicaraan.

"gue kan udah bilang, gue ga suka coffe"

"cobain dulu,seteguk aja"

"tapi abis itu langsung balik ya??"

"iya deh" ralyan pun menyodorkan gue coffe, dengan terpaksanya nya gue meneguk coffe tersebut.

"udah kan?? ayo pulang" sehabis meneguk coffe tersebut gue langsung berdiri dan menarik tangan ralyan supaya cepat-cepat keluar dari kedai.

"lo tuh buru-buru mau kemana sih??" protes ralyan.

"gue capek yan,pengen istirahat jadi ayo buruan pulang" ga tau kenapa gue jadi kesel sendiri rasanya ada yang mengganjal dihati tapi ga tau apa itu.

ralyan hanya menatap gue bingung, gue bener-bener merasa sesak dan merasa muka gue sudah mulai panas gue pengen menahannya tapi ga bisa alhasil air mata gue tumpah begitu saja.

"nara,lo kenapa??" ralyan mencengkram kedua lengan gue hanya bisa menundukkan kepala.

seakan tau maksud gue ralyan langsung mengambil motornya dari parkiran.

"ayo cepet naik" perintahnya saat ia sudah berada didepan gue.

ralyan pun memberhentikan motornya di taman kota yang kebetulan sedang sepi.

"gue ga mungkin nganterin lo pulang sekarang, yang ada mamah lo nuduh gue yang engga engga lagi"

tanpa mendengar perkataannya lebih panjang gue turun dari motornya dan duduk disalah satu kursi di taman tersebut.

"udah kalo lo mau nangis, nangis aja keluarin semuanya disini" bisik ralyan lembut ditelinga gue.

nyaman,itu lah yang saat ini tengah gue rasakan. gue terus menangis dan justru tangisan gue kini semakin menjadi-jadi

bisa gue rasakan kalau ralyan sedang bingung dan tidak tau harus berbuat apa sampai akhirnya dia memutuskan untuk melepas jaketnya untuk menyelimuti gue.

"plis udah ya nangis nya, gue ga bisa liat lo nangis" bisik nya

anehnya kata-kata dia barusan cukup membuat tangisan gue agak mereda, dan kami memutuskan untuk pulang kerumah.
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everything oke...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang