Siwon masih saja mendengus dan terus mengerutu. Setelah selesai meeting pagi yang membuatnya harus berangkat lebih awal dan mengetahui kue coklat pemberian Hye Rin tadi malam ketika dia mengantar gadis itu pulang lenyap. Siapa lagi pelakunya kalau bukan bocah tengik sialan itu. Harusnya dia bisa sarapan dengan kue itu di jalan, mengingat dia harus berangkat pagi-pagi sekali, tapi berkat Cho Kyuhyun terpaksa dia harus mengikuti meeting dengan perut kosong. Karena sudah tidak ada waktu lagi untuk membeli apapun pagi tadi, melihat keadaan jalanan yang padat. Bisa terlambat nanti.
Sudah beberapa hari ini Jung Ahjuma yang biasa membersihkan apartement nya dan juga memasak di tempatnya tidak bisa datang. Jung ahjuma meminta ijin menemani anaknya yang akan melahirkan beberapa hari kedepan. Karena Siwon bukan majikan yang jahat dengan tidak memberikan ijinya pada wanita paruh baya yang bahkan sudah di anggapnya seperti Eommanya sendiri.
"Ini, laporan terakhir ku Oppa. Mulai besok aku mungkin tidak akan di sini lagi. Kau tahu, lima bulan bekerja disini membuat wajahku cukup mengeriput dan otakku rasanya mau pecah saja."
Hye Rin menunjukkan bagian - bagian wajahnya dengan kedua tanganya lengkap dengan wajah polosnya, membuat Siwon tertawa. "Rasanya setelah ini aku akan bisa menghirup udara dengan benar."
Hye Rin duduk di kursi yang berhadapan dengan Siwon. Melipat kedua tanganya di depan dada dan memasang wajah angkuh, khas seorang Park Hye Rin.
"Iya, itu karena kau tidak menyukai pekerjaanmu saja." Siwon mencondongkan tubuhnya, memukulkan bolpoint di tanganya pada kening mulus Hye Rin.
"Yeah,"
Hye Rin mendengus sambil mengusap - usap keningnya. Mana Hye Rin tahu ternyata dunia bisnis sangat membosankan, berkutat seharian di depan computer dan memandang deretan angka-angka yang membuat mata buta serta kepala pecah di saat yang bersamaan selama seharian penuh. Cih, mengerikan.
"Hahahahaha, ku kira kau akan membalas perkataan ku Nona Park, tak kusangka kau langsung mengakuinya."
Siwon bangga akan kemenangan mutlaknya kali ini dengan seorang Park Hye Rin, bukankah seharusnya dia mendapatkan nobel atau penghargaan apapun itu.
"Aku sedang malas berdebat dengan orang yang sedang kelaparan."
Park Hye Rin lebih suka menusukan jarum, berkutat di ruang UGD atau apapun itu yang berbau rumah sakit di bandingkan terjebak dalam perusahaan yang membuatnya seperti wanita kuper yang hanya berhadapan dengan computer, kaca mata tebal dan para tetua - tetua yang selalu saja bertanya akan perkembangan investasinya setiap hari.
"Ne!?" Siwon memangdang Hye Rin tak faham."Menggelikan, tidakkah kau merasa mendengar ada suara-suara menjijikan saat meeting, kalau ku tidak salah tebak seperti suara perang perut. Di perusahaan ini ada yang sedang kelaparan, tidakkah kau mendengarnya Sajangnim, apa tadi rekan bisnis kita mendengarnya juga? Kalau iya pasti sangat memalukan. Bagaimana jadinya ya, beritanya? Apa lagi kalau sampai di cetak di surat kabar. Salah seorang dengan jabatan vice president Volks cooporation menahan lapar di waktu meeting dengan perusahaan-perusahaan yang mengajukan perjanjian kontrak kerja. Bagaimana bisa mengingat perusahaan ini selalu memberikan gaji yang luar biasa besar pada setiap pegawainya. Sampai membeli makanan saja tidak mampu." Hye Rin mencibir dengan nada luar biasa menyebalkanya dan ekspresi menjijikan di mata Siwon.
"Ahhh, apalagi kalau sampai orang itu pingsan atau lebih parahnya lagi meninggal di meeting tadi. Pasti lebih seru. Iya kan Oppa?"
Park Hye Rin, memang selalu menyebalkan dan akan selalu seperti itu.entah apa yang ada dipikiran Siwon hinga saat ini, sampai masih saja bertahan disisinya. Bukanya tidak menyadari perubahan air muka Choi Siwon, hanya saja menggoda seorang Choi Siwon akan sangat menyenangkan dan menjadi hiburan tersendiri untuk Hye Rin. Apalagi yang di goda hanya mendelik, dan memerah menahan malu dan amarah akan kenyataan yang baru saja dia ucapkan. Sepertinya ini harus di hentikan, tentunya kalau Hye Rin masih ingin hidup dan melihat indahnya hari esok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Sunshine
Romance“Apa mereka masih saling mencintai Oppa?” “Sepertinya.” “Kenapa dulu mereka berpisah?” “Aku tidak tahu.” Hye Rin menyandarkan kepalanya pada bahu Siwon, tidak merasakan udara dingin di sekitarnya. Mereka berdua duduk tanpa memperhatikan sekitarnya...