Bab Satu

130 6 1
                                    

Hye Rin masih bertahan di halaman rumahnya memikirkan hal - hal yang belum lama ini terjadi, sesuatu yang bahkan Hye Rin sendiri tidak pernah memikirkan hal semacam itu akan dialaminya, dan terus bertahan sambil mengamati langit di sekitarnya yang mulai menggelap, hingga cahaya dari lampu - lampu tampak mulai memberikan sinarnya saat matahari selesai mengerjakan tugasnya. Hye Rin kembali terdiam, menatap kosong bangunan mewah dihadapanya. Terlalu banyak kejadian - kejadian yang dialaminya beberapa waktu belakangan, setelah dirinya meyelesaikan pendidikanya beberapa bulan yang lalu, setelah akhirnya Park Jaeshin, Appanya berhasil memaksanya untuk menolak tawaran bekerja di salah satu rumah sakit ternama di London.

Hye Rin mengetuk - ketukan sepatunya pada setiap langkahnya, perlahan dengan memandang bebatuan alam yang mulai diselimuti salju. Kepalanya mulai terangkat saat tidak sengaja langkahnya terhenti karena undakan tangga yang tidak lagi menggunakan bebatuan alam, diatasnya pun sudah terdapat atap yang melindungi kepalanya dari butiran - butiran salju yang terus berjatuhan satu per satu menyelimuti semua yang ada dibawahnya tanpa terkecuali. Langkahnya semakin dalam memasuki bagian rumah yang selama ini ditempatinya. Bagunan yang selama ini selalu sunyi tanpa keberadaan orang tuanya yang terlau sibuk mengerjakan entah apa yang dulu sering dibencinya karena selalu membuatnya terabaikan. Memandang dengan takjub bangunan mewah di hadapannya, bangunan dengan banyak ukiran-ukiran hasil karya arsitektur terkenal yang menambah kesan mewah pada setiap sudutnya, kini terasa hangat saat kedua orang tuanya sudah tidak berambisi dengan segala hal seperti dulu, saat mereka bahkan merasa perlu untuk kembali untuk putrinya yang selama ini terlalu sering mereka tinggalkan.

Hye Rin mengalihkan pandangannya pada jalan setapak yang terbuat dari bebatuan alam tidak jauh dari tempatnya berdiri, yang sengaja di buat untuk mengarahkan siapa saja ke taman belakang rumahnya tanpa harus melewati bagian dalam rumahnya. Langkahnya kemudian diputar menjauhi pintu utama rumahnya dan memutuskan untuk terus mengikuti jalanan yang sejak awal sudah begitu menarik perhatianya.

Dari sini Hye Rin bisa melihat lampu kamarnya yang sudah menyala, mungkin eommanya atau para pelayan yang menyalakan lampu kamarnya. Jendela kamarnya menghadap tepat pada halaman belakang rumahnya, ada sebuah pohon besar tumbuh yang tingginya melampaui lantai dua rumahnya, dulu Kyuhyun memaksa Han Ahjeoshi pelayan dirumah Hye Rin agar dibuatkan tangga hingga dia bisa memanjat pohon itu untuk menyelinap keluar-masuk kamar Hye Rin kapanpun tanpa sepengetahuan pemilik kamar atau pun mempermudah Kyuhyun untuk menggangunya, saat Hye Rin sedang bergumul dengan ranjang kesayanganya ditemani selimut tebal di malam dan pagi hari pada saat hari libur. Mengajaknya bertanding game, menonton film atau apapun itu kegiatan laki - laki dan sialnya Hye Rin selalu diseret untuk ikut serta didalamnya tanpa memperdulikan bahwa sebenarnya dia seorang perempuan bukan laki - laki yang selalu saja melakukan hal - hal menyebalkan seperti itu.

Di taman belakang rumahnya ini, Hye Rin biasa menghabiskan waktu bersama Eommanya sambil menikmati coklat panas, memperhatikan Appanya bermain golf saat kedua orang tuanya memilih mengabaikan segala pekerjaanya, ataupun menghabiskan waktunya bersama siapa saja yang bersedia menemaninya untuk mengusir segala jenis kesepian dan kesunyian yang selalu saja didapatkanya saat lagi dan lagi Appa dan Eommanya harus meninggalkanya seorang diri karena urusan pekerjaan. Hye Rin menghempaskan tubuhnya pada kursi kayu tua sambil membuang nafasnya kasar, duduk seorang diri bagai alien di tempat favoritnya.

"Kenapa tidak masuk? Di sini dingin, kau bisa sakit besok."

Park Haneul memperhatikan putrinya, menyampirkan syal abu - abu yang sengaja dibawanya saat melihat mobil putrinya sudah terparkir dihalaman rumahnya. Beranjak duduk di lahan kursi kosong tepat disebelah putrinya, memperhatikan wajah putri satu - satunya yang tampak tidak seperti biasanya. Park Hye Rin tidak pernah seperti ini sebelumnya, diam dan menghela nafasnya berulang kali.

Eternal SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang