" Gue berangkat dulu" ucapku
"mhh.. hati hati" balasnya dengan wajah merona. dia kenapa?
" Lo sakit?" tanyaku. dia semakin menunduk menyembunyikan wajahnya.
" Ngak, hanya keknya cuaca panas banget" menggenggam kedua pipinya. ku alihkan pandanganku menatap langit. hari ini mendung bahkan matahari tertutupi oleh awan. Dia kenapa?
" Oh oke" ucapku tidak ingin memperpajang. ku nyalakan mesin mobilku dan membelah jalanan jakarta yang sudah mulai padat.
----------" Pagi pak Nathan"
" Pak Nathan cakep banget yah"
" Syukur banget yah istrinya itu"
" Ngak nyangka pak Nathan udah punya istri bagaimana dengan Virli?" dan ucapan lainnya menyambut kedatanganku.
baru 4 hari ku tinggalkan kantor ini dan semakin banyaknya juga gosip yang beredar. oh Virli dia dimana? ku langkahkan kakiku ke lantai atas ruanganku. sesampainya di atas ku lirik ruangan Virli yang masih kosong mungkin dia belum datang ucapku dalam hati. setelah mengecek ruangan Virili ku langkahkan kembali kaki ku keruanganku dan siap bergulat dengan kertas kertas yang bertumpuk di atas mejaku yang ku tinggalkan 4 hari yang lalu. mungkin hari ini gue bakal lembur." tok.. tok..tok"
" Masuk" ucapku setelah mendengar seseorang mengetok pintu ruanganku
" Hmm... ini berkas baru untuk bapak tanda tangani" ucap seorang perempuan yang ku kenal dengan jelas suaranya.Virli. ku alihkan pandanganku pada gadis itu. masih seperti biasa dia terlihat kalem dan anggun.
" Oh taruh di situ saja, terimah kasih" ucapku sembari tersenyum
" Saya keluar dulu" pamitnya.
" Vir tunggu" ucapku yang menghentikan langkahnya.
" Eh iya kenapa?" tanyanya.
" Kamu mau makan siang bareng saya?" tanyaku entah kenapa mulut ini berucap seperti itu.
" Eh istri bapak nanti-"
" Tidak dia pasti mengerti, lagian dia tidak ada di sini" ucapku.
" Hmm baiklah, saya permisi pak" ucapnya sembari tersenyum senyum yang begitu manis.
-----------
-Mili-
" Gue kenapa sih?" tanyaku pada diri sendiri dan menggenggam kedua pipiku yang memanas
" Gue udah kek cabe bakar aja" ucapku sembari membantingkan badan mungilku ke sofa.
" Sekarang gue mesti apa?" tanyaku menatap langit langit ruang santai.
lalu ku arahkan mataku ke arah dapur." Apa gue masak aja yah?" ucapku memperbaiki posisi dudukku. Setelah menimbang nimbang akhirnya ku langkahkan kaki ku ke arah dapur.
" Masak apa hari ini nyonya" ucapku pada diri sendiri sembari mengecek isi kulkas.
" Ayam, keju, daging, sayur, telur hmmm, oh oke masak itu aja" ucapku tersenyum. terbesit di fikiranku akan masakan mama yang ku rindukan akhirnya ku putuskan untuk membuat Ayam bakar keju keknya enak.
segera ku siapkan semua alat dan bahan tidak lupa mengenakan celemek biru baby milikku.
1 jam pun berlalu ku arahkan pandanganku ke arah jam yang ada di atas pintu dapur menunjukkan pukul 11:00 . sedikit lagi masakan ini jadi hufttt.
tepat pukul 11:30 oven pun berbunyi pertanda ayam panggang keju siap di sajikan . ku angkat ayam itu dari oven dan menaruhnya di atas piring ku pleting agar lebih cantik
" huahahhahaaa" tawaku setelah puas melihat masakan ku. kembali ku arahkan pandanganku pada jam itu yang menunjukkan pukul 11:48.
entah kenapa otak gue sekarang lagi mikirin orang itu. taulahh orangnya siapa, mau siapa lagi kalau bukan cowo nyebelin si NATHAN itu. terlintas di pikiranku untuk mengantarkan bekal makan siang untuk Nathan.
segera ku langkahkan kaki ku ke kamar lalu mengganti pakaianku dengan style casual tidak lupa polesan bedak tipis dan liptint orange ke sukaanku.
ku rapihkan semuanya dan ku kemas dalam kotak bekal. ini gue kenapa coba bisa bisanya gitu yah mikirin Nathan yang gue yakinin si Nathan ngak bakal mikirin gue.
ku lajukan mobilku membelah jalanan ibu kota yang padat itu. tepat pukul 13:05 gue tiba di kantor Nathan. segera ku langkahkan kaki ku ke dalam kantor itu. mumpung gue ngak tau ruangan Nathan gue memilih bertanya pada resepsionis.
" Mba permisi" ucapku
"Oh iya, ada yang bisa saya bantu" ucap perempuan itu tersenyum.
" Ruangan Nathan dimana yah? Nathan audryashyah tepatnya" ucapku pada mba resepsionis.
" Kalau boleh tau mba ini siapanya yah?" tanya pelayan itu
" Itu... saya istrinya" ucapku tertunduk.
" Oh silahkan nyonya saya antar ke ruangan pak Nathan" ucapnya sembari tersenyum dan mempersilahkan gue berjalan. ku ikuti langkah mba resepsionis itu hingga keluar dari lift mba resepsionis ini mendapatkan telfon
" Oh iya iya saya segera ke sana" ucap mba resepsionis
"Ibu maaf banget saya ngak bisa ngantar ibu sampe ke ruangan pak Nathan saya ada tugas mendadak" ucapnya dengan wajah bersalah
" Oh ngak papa santai aja, oh iya panggil saya Mili aja lebih enak keknya dari pada ibu ketuaan" ucapku tersenyum.
" Ok bu.. eh Mil, kalau gitu saya pamit" ucapnya. lalu berlalu di balik tembok itu.
----------" Ruangan Nathan yang mana sih" ucapku sambil melihat papan nama yang tertera di setiap pintu
" oh ini" ucapku setelah menemukan ruangan Nathan.
belum sempat gue ngebuka pintu itu, terdengar suara dari dalam, seperti suara Nathan dia memanggil seseorang yang bernama Virli yang gue yakinin pasti cewe yakali cowo." Kamu mau makan siang bareng saya?" tanya Nathan. semakin ku pertajam pendengaran ku itu.
" Eh istri bapak nanti-" kali ini giliran cewe itu yang berbicara.
"Tidak, dia pasti mengerti toh dia tidak ada di sini" Ucap Nathan entah mengapa perkataannya itu berhasil ngebuat gue jlebb nyungsep sedalam dalamnya. ku alihkan pandanganku ke kotak bekal yang berada di tangaku. kenapa mesti jauh jauh gue anterin ini apa pedulinya gue, ucapku dalam hati
tiba tiba ku rasakan ada seseorang yang menggenggam gang pintu secepat kilat gue lari sembunyi di balik tembok. ku intip perlahan dan menemukan seorang perempuan dengan rambut yang panjang perawakan yang tinggi dengan rok dan baju yang senada dia cantik dan elegan. setelah ku lihat perempuan itu sudah benar benar pergi ku langkahkan kaki ku secepat mungkin untuk meninggalkan kantor itu sebelum Nathan melihatku.
-------------tbc guys
sorry baru bisa update soalnya biasa kuota sekarat huahahha curhatan si mimin nak alim*dorrkeep vote n commentnya guys
love youuu muahh💋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Person
Teen FictionCinta itu ngak mudah di tebak kapan datangnya, tapi gue percaya sama kata orang yang bilang cinta itu tumbuh karna terbiasa, seperti apa yang sekarang gue rasain haha jatuh cinta sama cowo irit bicara itu adalah anugrah buat gue.. - Mili Bertingkah...