Mili memasuki mobil Nathan lalu menatap Nathan dengan intens.
" Lo tadi ngomong apa?" tanya Mili tidak percaya
" Ngomong apa?" tanya Nathan balik. lalu menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan parkiran restoran itu.
" Lo bilang gue istri lo? bisa-bisanya yahh" kata Mili sambil menggelengkan kepalanya.
" Kenyataan kan?" jawab nathan cuek
" Gue belum jadi istri sah lo, lo belum pantas manggil gue istri lo" kata Mili.
" Tetap aja lo bakal jadi istri gue, emang salah?" kata Nathan masih focus dengan jalanan di depannya.
" Tapi kann.. arghtt lupakan" kata Mili frustasi.
Langit sudah mulai kekuningan mengingat waktu telah menunjukkan pukul 17:00. dan jam jam seperti inilah yang di takuti oleh orang orang MACET hufttt.
Mili yang kelelahan dalam perjalan itu pun tertidur.
------------
" Bangun!" kata Nathan membangunkan Mili, Mili pun membuka matanya sedikit demi sedikit menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam korneanya.
" Udah nyampe?" Kata Mili lalu melihat ke arah luar kaca mobil. Mili pun turun tanpa mengucapkan apapun.
" Cewe ngak tau terimah kasih" keluh Nathan lalu menancap gas mobilnya membelah jalanan ibu kota pada malam hari.
--------------
- Wedding Party's-2 hari berlalu setelah kejadian itu. Mili dan Nathan tidak pernah bertemu sama sekali. Mili memutuskan untuk tinggal di rumah sampai hari H itu tiba.
Dan tiba saatnya dimana mereka akan di persatukan oleh ikatan pernikahan yang akan di saksikan oleh direktur-direktur perusahaan ternama di jakarta. Mili merasa deg degan setengah mati menahan keringat dingin yang sekarang membasahi tubuhnya. Mili saling menautkan tangannya dan meremas tangannya hingga pucat. Mili telah selesai di make over oleh penata rias ternama di jakarta. dia begitu cantik dengan gaun impiannya.
" Gimana kalau Nathan salah nyebut nama gue?" tanya Mili pada dirinya sendiri. sambil berjalan mondar mandir di ruangan pengantin itu.
" Gue harus gimana? senyum kek gini?" kata Mili sambil tersenyum paksa di depan cermin.
" Ngak ngakk, itu terlihat mengerikan ohhh my godd gue mesti gimana?!!" teriak Mili frustasi dia menggigit jarinya sangking khawatirnya.
Pernikahan ini sangat mendadak dan terlalu cepat untuk Mili. Mili menepuk pipinya yang terbalut oleh make up itu
" Gue pasti bisa oke, lakuin seperti tokoh di novel novel yang biasa gue baca" kata Mili lagi sambil menggambil nafas
" Iniii bukannn novel Mili wake up ini dunia nyata!!!" kata mili lagi lalu duduk di salah satu kursi di ruangan itu. Tiba- tiba sahabatnya yang bukan lain adalah Bian mengagetkannya
" Woy mak mak" kata Bian menepuk bahu Mili
"Astagfirullahh lo mau bikin gue mati sebelum ijab kabul heh?" kata Mili sambil mengelus dadanya
" Sory sory, Gue udah liat calon suami lo sumpah dia cakep banget ngak salah lo nikah sama dia" Kata Bian bersemangat.
" Emang gue pernah bilang di jelek? emang cakep Bian tapi gue ngak suka" Kata Mili.
" Udah udah lo jalanin aja dulu, gue yakin ada saatnya lo bakal buka hati buat dia" Kata Bian sambil tersenyum kepada Mili
" Gue harap, tapii sumpah gue deg degan banget ini ya ampunn" Kata Mili kembali berjalan mondar mandir
" Lo tenang aja oke, serahin semuanya ke Nathan" Kata bian, lalu di balas deheman oleh Mili
" Ya udah gue keluar dulu yah, byee" Kata Bian lalu keluar dari ruangan itu meninggalkan Mili sendiri. Tiba tiba mama masuk.
" Kamu udah siap sayang?" Tanya mama sambil mengelus pucuk kepala putrinya.
" Mhh Mili takut" kata Mili
" Ngak perlu takut sayang,ini bakal cepat oke?" Kata mama . Mili pun menarik nafas panjang.
" Sudah?" tanya mama, yang di balas anggukan oleh Mili.
-----------
Saat Mili keluar dari ruangan itu dia melihat banyak orang yang sama sekali tidak ia kenal hanya beberapa sahabat ayah dan mamanya. Mili merasa asing. Mili telah di tunggu sang ayah, Ayahnya pun menggandeng tangan Mili dan membawanya ke samping Nathan. Mili di sambut oleh uluran tangan Nathan yang dingin,Mili ragu untuk menggenggam tangan itu. tapi dia memberanikan dirinya untuk menggenggam tangan itu. hangatt dan nyaman itu yang dia rasakan saat Nathan menggenggam tangan mungilnya.
Setelah upacara pernikahan itu selesai akhirnya tradisi menyambut tamu pun di laksanakan. Sudah banyak tamu yang memberi mereka selamat dan bersalaman, tapi tamu tamu itu semakin banyak dan tidak ada habisnya berdatangan. Mili merasa kakinya ingin patah, sudah 2 jam setengah dia berdiri menyambut salaman dari para tamu. Mili juga merasa rahangnya sakit karena kelelahan tersenyum. Mili menatap Nathan yang berada di sebelahnya, Nathan tidak terlihat capek sama sekali bahkan dia memberikan senyum tulus kepada tamu yang datang. Mili menyiku lengan kekar Nathan.
" Lo ngak capek?" Tanya Mili berbisik pada Nathan
" Lo sendiri?" tanya Nathan balik.
" Gue capek" Kata Mili jujur.
" Yah duduk" kata Nathan cuek, masih sambil tersenyum dan menjabat tangan para tamu.
" Ngak enak" kata Mili
" Duduk aja" Perintah Nathan
" Tapi...." ucapan Mili terpotong. Nathan langsung memegang bahu Mili dan menyuruhnya duduk di kursi pengantin itu.
" Duduk dan diam!" perintah Nathan lalu kembali bersalaman pada para tamu undangan. Mili hanya bengong menatap Natham yang sangat cuek tapi kadang perhatian.
3 jam berlalu acara sudah benar-benar selesai. Mili dan Nathan pun pulang ke rumah mereka yang sudah di siapkan oleh orang tua mereka. Mulai sekarang Mili dan Nathan resmi menjadi sepasang suami istri dan tinggal dalam 1 atap bersama.
Sesampainya di rumah itu Mili segera memasuki kamar utama dan membanting dirinya di ranjang king size itu dan memejamkan matanya. Dia tidak melihat keadaan kamar itu dan apa yang ada di atas tempat tidur itu.
-----------
" Ahhh capekkk" kata Mili lalu menghelah nafas dalam dalam.
Nathan yang masuk ke kamar itu tidak menyangka apa yang di lihatnya itu nyata. Tempat tidur itu di penuhi oleh kelopak bunga mawar merah. Nathan berjalan ke arah tempat tidur itu dan duduk di sisi ranjang dan mengambil kelopak bunga mawar itu. Mili yang merasa ada sesuatu yang bergerak segera membuka matanya.
" Apa yang mereka pikirkan?" Tanya nathan.
Mili pun bangun dan memperbaiki posisinya menjadi duduk. Mili tidak kalah kagetnya dengan Nathan yang melihat kelopak mawar itu di tempat tidurnya.
" Lahh ini kelopak bunga asalnya dari mana cobak?" tanya Mili.
" Pasti ini ide mama" kata Nathan pasti.
" Mereka kira kita apaan,ngak sekalian bunga kamboja biar di kira mayat?!" Kata Mili lalu mengambil kelopak bunga itu dan melemparnya ke udara.
" Berhenti ngak lo" Kata Nathan dingin
" Kenapa? gue pengen main, salah?" tanya Mili lalu melempar kelopak itu lagi.
" Lo tidur di sini gue tidur di kamar sebelah" Kata Nathan lalu menaruh koper di samping lemari dan berjalan meninggalkan Mili. Mili hanya terdiam dan menatap punggung Nathan yang menghilang di balik pintu itu.
-------------
Tbc, mimin minta partisipasinya buat nge vote n comment. Mimin ngelanjutin apa berhenti sampe di sini?. percuma mimin ngelanjutin kalau ngak ada yang mau baca hiks. jadi pliss mimin perlu pendapat kalian terimah kasih love yahhh💋💋💋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Person
Teen FictionCinta itu ngak mudah di tebak kapan datangnya, tapi gue percaya sama kata orang yang bilang cinta itu tumbuh karna terbiasa, seperti apa yang sekarang gue rasain haha jatuh cinta sama cowo irit bicara itu adalah anugrah buat gue.. - Mili Bertingkah...