t u j u h - berita buruk

2.6K 400 85
                                    

Pagi ini cuaca cukup dingin, awan pun menggelap. Meskipun sebentar lagi turun hujan, tapi itu bukan alasan yang bisa membatalkan niat Luke untuk menjenguk kekasihnya. Sejujurnya, ia takut kalau mendengar Hailee kenapa-kenapa. Bahkan melihat foto darah Hailee semalam membuat Luke sangat khawatir.

Ia berjalan dengan tergesa-gesa menuju kamar Hailee. Bahkan ia lupa jika tadi datang bersama bundanya, Liz Hemmings. Luke beberapa kali memanggil nama Hailee, tapi tidak ada jawaban. Ini semakin membuatnya khawatir.

"Hailee?" Panggilnya sembari mengetuk-ngetuk pintu. "Sayang, kamu gak apa-apa kan di dalem?"

Tak ada jawaban lagi. Ini semakin membuat firasatnya semakin buruk. Luke mencoba membuka pintu kamar Hailee, tapi tidak bisa. Pintu itu dikunci dari dalam.

Luke berlari ke lantai satu lagi dengan wajah pucat, matanya mencari sosok Cheri dirumah ini.

"Hailee nya mana?" Tanya Liz.

"Bun, liat Mamah gak?" Tanya Luke balik.

"Enggak, kayaknya dia ke butik deh. Coba kamu ke belakang tanya Mbok Tia."

Luke segera pergi ke dapur dan mendapati Mbok Tia sedang mencuci piring. Tanpa memberi aba-aba Luke menganggetkan Mbok Tia, hampir saja piringnya lepas dari tangannya.

"Aduh, 'Den! Jangan ngagetin atuh, kenapa?" Tanya Mbok Tia sembari mengelap tangannya dengan lap bersih.

"Mamah kemana?"

"Ibu ke butik, memangnya kenapa 'Den?" Tanya Mbok Tia heran. "Gapapa."

Luke segera naik kembali ke lantai dua, dengan terpaksa ia mendobrak pintu kamar Hailee.

Bug!

Masih belum terbuka.

Bug!

Yang kedua ini cukup sakit, tapi tetap saja belum terbuka.

BUG!

Kali ini ia mendobrak lebih keras dan menyebabkan punggung tangannya dan lengannya nyeri. Tapi hatinya lebih nyeri saat matanya menangkap sosok yang ia sayangi jatuh dilantai dengan keadaan menyeramkan.

"Hailee!"

                          ***

"Kamu tenang dulu, Hailee baik-baik aja kok. Berdoa aja ya."

Luke menundukan kepalanya, pikirannya berkecamuk saat ini. Pikiran-pikiran negatif membayangkan kalau Hailee sebentar lagi akan meninggalkannya. Benarkah? Ugh, otaknya benar-benar runyam tidak bisa berpikir positif. Hingga bunyi decitan pintu IGD, dan dokter berjas putih keluar dari sana dengan wajah serius.

"Bisa saya bicara dengan keluarga Hailee?"

"Saya dok! Saya. Apa yang mau dibicarakan?" Jawab Luke dengan cepat, terdengar jelas pada nada bicaranya bahwa sekarang ia panik.

"Ikut keruangan saya."

Luke mengangguk beberapa kali dan memberikan kode pada Liz untuk menunggu disitu saja. Luke mengikuti dokter dari belakang hingga sampai, ruangan yang serba putih dan bau obat-obatan yang sangat tercium. Salah satu hal yang membuat Luke benci rumah sakit.

"Silahkan duduk." Ujar sang dokter.

"Jadi bagaimana, dok? Hailee gapapa kan?"

Dokter itu menghela nafas, lebih tepatnya dokter itu bernama Dokter Farrel. Matanya menatap lurus pada Luke, seakan memberitahukan berita kesedihan lewat sana.

"Jadi begini, Mas..."

Luke mendengarkan dengan jelas, dan sangat fokus. Pikirannya hanya terkunci pada Hailee. Hingga kalimat Dokter Farrel yang terakhir membuat dadanya nyeri dan meringis. Bukan, ini bukan karena ia dipukul maupun dihantam benda keras. Melainkan dipukul oleh kenyataan yang menyedihkan.

"Pasien naik stadium, menjadi stadium 3."

                           ****

"By, kata dokter aku kenapa?" Tanya Hailee saat mereka sudah sampai kamar Hailee. Sebenarnya Hailee harus menjalani kemo dan juga obat-obatan herbal. Tapi tetap saja ia menolak, berat hati Luke mengiyakan itu semua.

Luke tersenyum tipis, "Gapapa kok. Kamu istirahat ya, aku nginep di sini kok."

"Sini kamunya." Hailee menepuk-nepuk kasurnya yang masih terdapat ruang kosong. Luke merangkak naik ke kasur lalu bersandar pada kepala kasur. Tubuhnya dipeluk erat oleh Hailee. Awalnya Hailee hanya memejamkan mati, tapi lama kelamaan ia mulai terbawa mimpi dan tertidur nyenyak.

Luke menatap Hailee sedih.
"Kenapa harus kamu yang kena? Kenapa gak aku aja? Huft... Berjuang ya.”

                              —

"Semuanya adalah milikNya. Kapan pun ia ingin ambil, saat itu juga kita harus siap kehilangan. Semuanya tidak ada yang kekal maupun abadi. Kamu hanya bisa mengabadikan kenangan dan cinta dalam dirimu."

****

A/n

Pakabar? Bapa sehat? Gimana sama status? Masih jomblo?

HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang