Hailee menjerit keras saat kepalanya lagi-lagi pusing dan sakit. Bahkan ia tidak kuat lagi, hidungnya mengeluarkan cairan kental berwarna merah atau yang disebut darah itu sangat banyak. Efek obat kimia dari kemoterapi pun keluar lewat mulutnya. Lengkap sudah penderitaannya. Jiwa dan raga tersakiti.
***
"Luke yang bener dong! Besok kan kita manggung." Ujar Ashton kesal.
Luke menghela nafas lalu menaruh gitarnya, duduk lantai dan bersandar pada tembok studio.
"Gue gak fokus, sorry ya."
Calum mengernyitkan keningnya, "Ah biasa juga lo gak fokus gara-gara mikirin film bokep! Ya, kan?"
"Sialan lo!" Elak Luke.
Siang ini mereka sebenarnya sedang latihan di studio untuk manggung esok hari. Tapi Luke terus saja membuat kesalahan pada setiap lagu. Entah dari lirik maupun nada, hingga membuat Calum, Michael, dan Ashton geram.
Michael duduk disebelah Luke. "Lo kenapa sih? Ada masalah?"
"Enggak."
"Bohong lu, ler!" Tuduh Calum sambil menunjuk wajah Luke dengan stik drum milik Ashton.
"Bacot, diem kek. Sebenernya, gue putus sama Hailee. Makanya sekarang gue rada gak fokus."
Semuanya melongo, wajah mereka bahkan bisa disamakan seperti orang yang 'idiot'. Semuanya terkesiap, terlebih lagi Ashton. Ia yang dulu mengenalkan Hailee dan Luke hingga bisa berpacaran. Tapi justru hubungan mereka selesai.
"Putus? Beneran putus?" Tanyanya masih tidak percaya.
"Iya, gue putus. Lo budek ya lama-lama?"
Ashton menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Ashton segera mengeluarkan ponselnya dari saku lalu memperlihatkan foto wanita pada Luke. "Mau sama dia gak?"
Luke mengernyit jijik, "ogah. Mukanya tua banget, ntar berasa pacaran sama tante-tante."
Ashton tertawa lebar. "Anjir, semuanya ngira gitu ya. Eh tapi kita di undang ke ultah dia besok, dateng ya?"
"Gue sama Michael sih mau-mau aja. Tapi Luke nya?" Tanya Calum lalu memandang Luke.
Luke menggedikkan bahunya acuh, rasa malas untuk menjawab pertanyaan teman-temannya. "Gak tau. Gue males dateng, kalian aja deh."
"Yah, gak seru nih! Ayolah, dateng aja. Kali aja disana ada cewek cantik? Ya gak?" Tawar Michael sembari menaik-naikkan kedua alisnya lalu tersenyum miring.
Luke menghela nafasnya pelan. "Yaudah iya."
***
Setelah tadi siang mereka manggung di kampus daerah Jakarta, mereka segera pergi ke pesta ulang tahun Arzaylea yang berada di hotel kawasan kemang. Semuanya tampak tampan dengan dress code black. Terutama Luke, ia mengenakan kemeja hitam. Dada bidangnya tercetak jelas, siapapun yang melihatnya dipastikan bisa jatuh dalam pesonanya.
Jauh berbeda dengan raut wajahnya, terlihat sangat kusut. Bisa dipastikan ia masih memikirkan Hailee dan hubungannya. Rasa rindu pada Hailee bahkan sudah memuncak, ia rindu membelikan Hailee martabak dan Mcflurry. Bahkan ia rindu mengendus-endus ketiak harum milik Hailee. Ia rindu saat Hailee mengeluh manja dan marah. Luke rindu semuanya.
Calum menyenggol siku Luke pelan. "Kenapa sih? Masih mikirin Hailee ya?"
"Hah? Enggak kok, cuma gue sedikit pusing aja. Capek biasa." Jawab Luke berbohong.
Setelah itu ia terdiam lagi, hanya sekedar memainkan ponselnya. Hingga tak terasa sudah sampai di lokasi. Ke empatnya berjalan beriringan dengan senyum sumringah, kecuali Luke sih. Ia memasang wajah datar.
Mereka masuk ke dalam hotel, terdengar jelas dentuman musik yang menggema di ruangan. Nada musik yang cepat dan volume yang besar membuat Luke menyesal datang kesini. Lampu disko itu juga membuatnya pusing, bahkan pemandangan disini juga sangat tidak bagus. Orang berciuman dimana-mana seolah tidak tahu malu. Luke mendengus masam lalu mendekati meja bar.
"Vodka satu cangkir." Pintanya.
Sang bartender kembali dan memberikan satu cangkir vodka dan langsung ditengguk habis oleh Luke. Rasa panas langsung membakar tenggorokannya, sudah lama ia tidak minum minuman beralkohol. Matanya menyipit sebentar, "Tambah lagi."
Sang bartender tertawa pelan. "Gak berniat buat nemuin pemilik pesta ini dulu?"
Luke menoleh pada sang bartender dengan tatapan meminta. "Bawel, minumannya dulu aja sih."
Sang bartender tertawa lagi, "Ini dia satu cangkir vodka untuk yang ke dua kalinya."
"Tambah."
"Tambah."
"Tambah."
Itulah yang Luke terus katakan pada sang bartender hingga membuat kepalanya pening. Berat. Dan ia kehilangan kendali. Bahkan hanya untuk sekedar berjalan ia oleng. Ia berusaha mencari sang pemilik pesta ulang tahun ini dan berniat pulang. Rasanya ia langsung ingin beristirahat dan memuntahkan kembali isi perutnya.
Matanya memicing, meyakinkan bahwa wanita yang sedang tertawa dengan pakaian yang mewah itu adalah pemilik pesta ini. Dengan pelan Luke mendekati Arzaylea sambil sesekali ia memijat pelipisnya.
"Lo... Lea?" Tanya Luke.
"Loh, ada lo, Luke?" Tanya Arzaylea tidak percaya. Atau mungkin seolah tidak percaya? Hah. Queen of drama.
"Kok lo mirip Hailee sih? Apa gue yang.. Ah hahaha, Hailee sayang di sini rupanya." Kicau Luke mengigau. Ia salah ucap. Sangat.
Arzaylea tersenyum miring lalu mendekati Luke, tangannya meraba dada Luke hingga membuat pria itu melenguh. Tangannya mengelus rahang keras itu dengan jemarinya. Dan Luke terus mendesah, dalam otaknya yang di depannya sekarang adalah Hailee.
Tiba-tiba saja sebuah ide muncul di benak Arzaylea. Ia mengambil kamera sejenak lalu meminta kepada temannya untuk mengambil gambar dirinya dengan Luke.
Jepret!
Berhasil sudah foto itu dia punya. Gaya dengan seolah-olah Arzaylea menciumnya dan tangan Luke yang sedang memegang segelas minum. Mata keduanya terpejam seolah-olah menikmati. Hingga tak sadar bahwa Luke telah terperangkap. Beberapa saat Luke hampir terhuyung jatuh, tapi akhirnya ia jatuh lalu pingsan.
"Tolong!"
—
Mampus gua bikin apaan:-( jangan serbu ue yha:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemmings
Fanfiction"Aku memang tidak sesempurna lelaki lainnya. Tapi rasa sayangku lebih dari kata sempurna untuk membahagiakanmu." -Luke Hemmings.