Cahaya remang-remang, volume suara teve yang sedang, dan sepiring nasi goreng hangat menjadi temannya malam ini. Hailee terus melahap sesendok demi sendok berikutnya. Ternyata kekasihnya memiliki bakat memasak, ia bahkan baru tahu hal itu.
Hailee menggigit bibir bawahnya menahan isakan agar tidak lolos dari bibirnya. Matanya kini terasa perih, ia yakin air mata telah mengumpul di pelupuk matanya. Tak mampu ia tahan isakannya akhirnya Hailee menangis membuat Luke yang tertidur di sebelahnya terbangun dan panik.
"Kamu kenapa?"
Hailee menggeleng pelan masih menggigit sendoknya, lalu menyuap lagi nasi goreng. Punggung tangannya yang masih tertancap infus itu meraih remot dvd untuk memperbesar suaranya. Malam ini ia sedang menonton film The Fault In Our Stars. Film yang mengisahkan dua insan manusia yang sedang jatuh cinta. Keduanya bertemu di yayasan kanker, jadi bisa disimpulkan bahwa mereka juga salah satu dari orang yang terkena penyakit itu.
Lalu menit demi menit berlanjut film itu mempersembahkan kisah cinta mereka yang begitu dalam, di mulai dari godaan kecil yang membuat si wanita merona. Sampai suatu saat, mereka sedang duduk di ayunan kecil. Terdapat dua bangku disana, mereka duduk dengan obrolan kecil dan hangat.
Si wanita bilang kalau ia adalah bom yang akan meledakkan semuannya. Artinya, pada saat dia pergi karena penyakit makan semua orang akan tersakiti. Maka begitu juga dengan hati si pria, ia takut akan semuanya. Tapi dugaan wanita itu salah, saat di akhir cerita justru pria itulah yang meninggalkannya. Bahkan sebelum meninggal pria itu sudah meminta untuk latihan upacara pemakaman dan meminta si wanita dan sahabatnya membacakan pidato untuknya.
Hailee menaruh piringnya di nakas lalu menenggak air putih hingga tenggorokkannya tak terasa kering lagi. Hailee mencabut pelan jarum infus itu, rintihan keluar dari bibirnya. Tiba-tiba saja ia memeluk Luke erat bahkan sanga erat.
"Kamu kenapa, sayang?"
Hailee terus memeluk Luke erat dan menangis di dadanya. Yang Luke lakukan saat ini adalah mengelus punggung Hailee dan berusaha menenangkannya dengan kalimat-kalimat lembut. Setelah di rasa Hailee sudah tenang, Luke melepaskan pelukannya lalu mengusap mata Hailee. Mulai dari kening yang basah karena keringat, anak-anam rambut yang masih halus menjadi basah karenanya. Dan matanya yang memerah karena menangis. Luke memeluk Hailee lagi dan di goyangkannya ke kanan dan ke kiri. Ia jadi merasa seperti sedang menidurkan bayi.
"Kenapa sih? Cerita sama aku." Tanya Luke saat mereka sudah melepaskan pelukan. Hailee mengerang pelan lalu menunjuk gelas air putihnya, ia haus lagi.
"Sekarang cerita, kamu kenapa?"
"Gapapa."
Luke mengernyitkan keningnya, tidak mengerti dengan tingkah Hailee. "Kenapa sih? Baper gara-gara nonton kaset?"
"Iya."
Luke langsung tertawa bebas dan mendapat pukulan di bahunya dari Hailee.
"Iya-iya ampun. Lagian cengeng banget sih. Mending tidur dari pada nonton kaset gak jelas gitu."
Hailee mengusap matanya pelan dan tidak menyahuti ucapan Luke. Ia berjalan menuju lemari teve untuk mengambil toples dengan seribu lipatan kertas. Setelah ia ambil itu, Hailee kembali berjalan ke ranjang dan menyodorkannya pada Luke.
"Apaan nih?" Luke membulak-balikkan toples itu berusaha melihat sesuatu di dalamnya.
Hailee membenarkan duduknya lalu menarik selimut hingga sebatas pinggang. Di jadikannya dada Luke sebagai pengganti bantal. "Itu ada seribu kertas polos. Aku mau kamu isi itu ya."
Luke mengernyitkan keningnya lagi, "ngisi apaan? buay apa juga?"
"Aku mau kamu isi kertas itu. Kamu jelasin tentang perasaan kamu ke aku. Tentang sifat aku. Tentang hubungan kita atau apapun yang kamu suka."
"Males ah, kebanyakan kertasnya."
"Ih!" Hailee mengerang kesal lalu memukul dada Luke pelan.
"Aduh! Iya deh iya. Yaudah sekarang mending tidur, gak usah baper lagi sama kaset!"
Hailee menarik rambut Luke kencang hingga ia merintih. Lalu kepalanya berpindah pada bantal dan memunggungi Luke. Sedangkan Luke hanya tertawa dan di akhir oleh senyum senang. Ia menaruh toples di nakas lalu ikut terlelap juga.
Masing-masing sudah masuk dalam alam mimpinya sendiri, tapi tanpa sepengetahuan Luke ternyata mata Hailee justru menangis dengan mata terpejam.
×
×
×
[2 days later]luke : lum
calum hood : wat wat
luke : bantuin gua dong
calum hood : bantuin apaan?
calum hood : jangan2 minta bantuin bikin anak yak?!?
luke : idih ngapa ego lu ya kg lah
luke : lu dtg aja dulu sini ke rmh gua
luke : bantuin cepetann
calum hood : mo ngapain si
luke : ngisi kertas anjir disuruh sama hailee banyak bener ada serebu
calum hood : LHA GEMPOR TANGAN GUA ENTAR
calum hood : ogah ah
luke : yaelah gitu banget
luke : itu nama nya sahabat?? pas dibutuhin gaada
luke : ha ha ha
calum hood : ebuset serem mas
calum hood : yaude ntr mlm aja ya gua ke sono nya
calum hood : gua skg mau jalan dulu
luke : waila sama siapa si?
calum hood : k3p0
luke : ye si curut
luke : yauda ntar mlm kerumah yak
calum hood : okd !!
calum hood : siapin makanan
calum hood : okai okai okai
luke : bantuin aja dulu baru urusan makanan
calum hood : makanan dulu br krj ah
luke : bac0t
calum hood : beb yak
calum hood : *brb yak
luke : iye
read.
"Meeting you was like listening to a song for the first time and knowing it would be my favorite."
---
ini apaan si ga danta bgt anjeng:-(( maap ya jan ngeluh pendek lg sumpabtw masi ada yang blm tidur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemmings
Fanfic"Aku memang tidak sesempurna lelaki lainnya. Tapi rasa sayangku lebih dari kata sempurna untuk membahagiakanmu." -Luke Hemmings.