e p i l o g

2.5K 326 65
                                    

a/n
mau nanya, kalian mau gak kalo aku bikin character question? comment ya kl mau !!

---

[Satu minggu kemudian.]

Deruan angin yang berhembus membuat rambut pria blonde itu melambai-lambai. Suasana kali ini cukup membuatnya tenang dengan udara yang sejuk juga. Mungkin karena sekarang telah sore.

Ia berjalan menuju makan bersama sang bunda yang membawa payung. Keduanya berpakaian kemeja putih dan celana hitam. Kacamata hitam yang pas bertengger manis di hidung Luke, tujuannya untuk menutupi mata bengkakya. Sedangkan Liz memakai selendang yang menutupi bahu dan lengannya.

Luke dan Liz berjongkok. Mereka mencabuti rumput liar yang tumbuh di sekitar makam. Membuang dedaunan yang jatuh. Setelah bersih, makam Hailee di siram air kembang lalu di taburi bunga mawar. Kini makannya menjadi tambah segar dan harum.

"Doa dulu." Ujar Liz mengingatkan. Lalu keduanya berdoa masing-masing. Setelah selesai Liz bilang ia menunggu di mobil saja. Tubuhnya sedikit tidak enak karena kejadian ini.

Luke terdiam. Ia mendudukan diri di tepi makam lalu mengusap nisan dengan senyum tipis yang terpasang pada bibirnya. Ia menaruh satu toples kaca yang berisi seribu kertas karton dengan satu kata pada setiap kertasnya. Meskipun di bantu oleh Calum, tapi setiap kata itu murni dari dirinya. Ia hanya meminta Calum untuk menulisnya.

Luke tersenyum tipis.

"Sayang, aku udah isi kertasnya. Maaf ya telat kasih ke kamu, jadi kamu gak baca deh. Maaf juga ya kalo selama kita pacaran aku gak bisa jadi cowo yang baik buat kamu. Sekali lagi maaf ya.."

Luke terdiam sejenak mengambil nafas berusaha mengontrol emosi sedihnya. Ia tidak ingin menangis di depan Hailee.

"Aku udah ngerelain kamu kok, kamu yang tenang ya di sana. Aku janji aku gak akan sedih lagi, aku mau senyum buat kamu. Aku janji aku bakal cari cewe lain sesuai permintaan kamu. Tapi tenang aja, kamu tetep jadi orang yang paling aku sayang setelah Bunda dan Ayah."

Setelah di rasa cukup, Luke mengelus nisan itu lagi. Meskipun belum sepenuhnya ia merelakan tapi setidaknya ia sedang mencoba.

Luke mencium nisan itu lalu bangkit berdiri. Menepuk-nepuk celananya pelan. Sebelum ia pergi, ia sempat tersenyum pada makam Hailee.

Semoga ini langkah awal yang baik bagi Luke untuk menjalani hari-hari tanpa Hailee.

×××

"Bisa diem gak sih?" Luke menatap ketiga sahabatnya dengan kesal. Sedari tadi mereka terus saja berbicara saat Luke sedang menyaksikan video yang Hailee buat khusus untuk Luke sebelum ia pergi.

"Ya maap Luke."

"Yaudah diem."

Luke kembali menonton video melihat Hailee yang duduk di kursi roda. Rambutnya sudah benar-benar habis dan kulitnya pucat. Terlebih lagi bibirnya terlihat jelas kering dan tidak berwarna.

Luke menyenderkan tubuhnya pada dinding kasur sembari memeluk boneka yang dulu mereka beli bersama.

"Udah di nyalain?" Hailee bertanya pada seseorang yang berdiri di belakang kamera. Yang di tanya tertawa pelan lalu mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Hai Lucas. Kalo kamu nonton video ini berarti aku udah pergi ya. Aku mau ngomong sama kamu buat terakhir kalinya."

Hailee membenarkan kursi rodanya lalu mengeratkan sweater yang ia pakai.

"Aku mau bilang makasih buat semuanya. Makasih buat dua tahun ini yang bener-bener istimewa banget. Makasih kamu udah bisa sayang aku, nerima aku apa adanya, sayang sama keluarga aku juga. Makasih kamu selalu nurutin apa yang aku minta, walaupun tengah malem pasti kamu tetep aja lakuin demi aku. Makasih ya.

Setelah aku ngucapin makasih, aku mau bilang maaf. Maaf banget satu minggu kemarin aku bohongin kamu, yang kemarin bales line kamu bukan aku tapi Kak Shaina. Maaf juga kalo selama dua tahun ini aku sering bikin kamu kesel dan bikin kesabaran kamu abis terus hehehe. Maaf kalo aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu. Maaf buat semuanya ya.

Aku pergi dulu, jangan kangen ya hahaha. Semoga kamu dapet pengganti aku, aku doain siapapun itu adalah yang terbaik buat kamu.

Aku sayang kamu Luke. Thank you for everything Lucas. You're the best guy i've ever met.

Goodbye."

Luke mematikan teve dengan remot lalu membiarkan cd itu masih di dalamnya. Ia menatap ketiga sahabatnya dengan tatapan geli.

"Apaan sih? Lo pada kenapa?"

Calum mengusap matanya, "Sedih anjir."

Michael mengangguk setuju, ia juga menangis. Michael melempar bantal Spongebob ke arah Luke. "Gua gak nyangka sedih banget ternyata rasanya."

Luke memutar bola matanya.

"Jangan bilang lu juga nangis, Ash?"

Ashton menoleh ke belakang dengan bahu terguncang. "Gua nangis juga oi,"

"Astaga, pada kenapa sih? Udah deh gua pergi dulu, males sama lu pada."

Luke bangkit berdiri menyambar jaket levis dan kunci mobilnya meninggalkan ketiga sahabatnya yang masih menangis di kamarnya.

×××

Sekarang Luke berada di toko buku. Tepatnya di mall kawasan Jakarta Barat. Suatu momen yang jarang ia pergi ke toko buku, karena seumur hidupnya ia benci dengan membaca. Tapi kali ini ada sesuatu yang menggugah dirinya untuk mencari buku yang menarik.

Ia berkeliling melihat-lihat buku, tangannya menyusuri setiap rak. Matanya meneliti buku yang cukup tebal kurang lebih 400 halaman. Luke menggeleng enggan. "Ogah gua baca buku tebel gitu."

Lalu kakinya berpindah pada rak berikutnya. Ia melihat ada satu buku yang menonjol dari lainnya. Luke berjalan mengambil novel itu dan melihat-lihat isi novel secara cepat. Ia merasa buku ini yang tepat untuk di baca.

Luke berjalan menuju kasir lalu membayarnya. Sang kasir wanita bukannya membungkus buku justru menatap Luke terlebih dahulu.

"Mba, bungkusin novelnya. Bukan liatin saya."

Sang kasir langsung tergagap dan terdengar suara tawa dari temannya. Luke hanya menggelengkan kepalanya lalu berniat langsung pulang. Tubuhnya masih kurang enak. Perasaannya pun juga.

Setelah di bungkus dan membayar, ia berjalan ke pintu keluar. Tiba-tiba saja dari arah depan ia terdorong karena ada satpam yang berlari mengejar pria berjaket hitam sehingga Luke terhuyung ke belakang.

Ia mendorong gadis ke belakang tanpa sengaja hingga gadis itu menjerit pelan.

"Sorry sorry, sumpah gak sengaja."

Luke berdiri lalu mengulurkan tangannya pada gadis itu.

Saat gadis itu mengangkat wajahnya, tubuh Luke menegang keras saat melihat matanya mirip dengan dia.

"Hailee?"

Gadis itu menggeleng.

"Aku Elena, bukan Hailee."

THE END.

---

tamat !! Alhamdulillah selesai wkwk maap ya kalo epilog nya gajelas dan sengaja gua buat gantung. ini gak ada sequel ataupun bonchap jadi cuma sampe sini.

mau bilang makasih banget buat semuanya yang udah ngevote dan comment setiap chapternya! y'all amazing guys<3

makasih buat uni-cornflakes !! tengkyu len i lop yu tu the mun. ((gue jg gatau makasih knp tp tetep mkshya ayank !!))

makasih buat silent readers he he he:-)

intinya makasih !!<3333

HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang