d u a p u l u h e m p a t

2K 316 161
                                    

DOUBLEEEE UPDATE

**

Semua wajah orang-orang di ruangan ini terlihat sangat khawatir. Bahkan sang bunda sudah menangis, lututnya lemas tidak mampu menopang tubuhnya. Kakak dan bundanya menangis kejar dan berteriak memintanya untuk kembali saat suara monitor jantung hanya berbunyi lurus.

Ia sudah pergi.

×××

[Hailee's Birthday]

luke: otw skg yaa bilang ke ash sm mikee

calum: okok

Setelah mengirim pesan pada Calum, Luke memasukan ponselnya pada kantung celananya. Ia membenarkan rambutnya, memberikan sedikit pomade. Ia acak-acak sedikit lalu di susunnya dengan rapih. Harum tubuhnya bahkan sangat tercium dari jarak dua meter.

Degup jantungnya berpacu lebih cepat kali ini. Ia tidak sabar untuk memberi kejutan pada Hailee dan melamarnya menjadi tunangannya. Semua impian sudah tergambar di otak, bahkan ia hampir seperti orang tidak waras karena terlalu banyak tersenyum.

Sekali lagi, Luke merapihkan tuxedo yang ia pakai lalu masuk ke dalam mobil.

Dengan perasaan senang ia mengendarai mobilnya dengan tenang. Bahkan ia sudah lupa dengan kejadian kemarin malam. Tentang Pak Amin yang melarangnya masuk. Ia sudah lupa itu semua, yang ia ingat adalah Hailee berpakaian dress yang ia berikan dan berjalan membaca clue yang nanti akan dia taruh.

"Anjir pasti cantik banget cewe gua." Gumamnya sendiri.

Getar ponselnya menariknya kembali dari alam imajinasinya. Pesan line dari Calum yang mengatakan ia sedang terkena macet di jalan.

calum: eh luke

calum: disini macet ada kecelakaann gmn dong

luke: yaudah gua kesana dulu deh ngecek

calum: okeoke

Ponselnya ia masukan kembali ke dalam kantung celana. Berusaha mati-matian menahan degup jantung yang begitu cepat berdetak. Tiba-tiba saja ia merasa gugup. Luke menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan dan melakukan itu berulang kali untuk mengulangi rasa gugupnya.

Setelah sampai, ia memarkirkannya tidak tepat di depan rumah Hailee melainkan di sampingnya. Luke memegang satu buket bunga mawar putih dan merah yang telah terbungkus besar pada tangan kirinya. Dan tangan kanannya memegang kotak cincin. Meskipun hanya cincin perak, tapi setidaknya ia membeli itu dengan uang hasil jerih payahnya sendiri. Murni dari kerja manggung band nya.

Luke memasang senyum termanis yang belum pernah ia pasang. Berjalan tegap menuju pagar rumah. Saat ia mengangkat wajahnya, ia memberhentikan langkahnya. Tidak. Ia tidak bisa lagi berjalan tegap. Ia langsung berlari ke dalam.

Apa-apaan ini!? Kenapa ada bendera kuning dan tulisan berduka cita?!

Luke berlari kencang dan langsung menerobos orang yang sedang duduk. Matanya memanas ketika membaca nama duka itu adalah kekasihnya. Ini pasti mimpi bukan?!

Hingga ia sampai pada ruang tamu, tubuhnya benar-benar lemas. Tubuhnya merosot dan matanya mulai menangis. Satu buket bunga itu jatuh beriringan dengan jatuhnya kotak cincin yang entah kemana. Ia tidak perduli lagi dengan rencananya!

Luke berjalan lemas menuju Hailee. Semua mata pelayat menuju padanya. Menatapnya sedih dan iba.

"Ini bukan kamu kan?" Tanya Luke dengan nada getir. Wajahnya sudah banjir dengan air mata.

Tubuh Hailee yang terbungkus kain kafan lalu di selimuti lagi dengan kain coklat. Wajahnya terlihat pucat dan kulitnya terasa dingin. Tidak ada lagi karbondioksida yang keluar dari hidungnya. Tubuhnya rata tidak ada tanda-tanda ia bernafas.

"Bangun! Kamu gak boleh ninggalin aku!"

Luke memeluk tubuh Hailee dengan erat. Nafasnya tersenggal-senggal karena menangis hebat. Ia mengguncangkan tubuh Hailee, lalu memeluknya lagi.

Luke menghampiri Cheri dengan mata memerah. Tangannya meremas jemari Cheri dengan kuat.

"Mah jelasin ke aku, Hailee gak kenapa-kenapa kan? Ini bohongan kan?!"

Cheri menangis diam, ia tidak tega menjelaskannya pada Luke. Butuh beberapa menit Cheri untuk terdiam dan menangis hingga akhirnya ia membuka mulutnya.

"Hailee sudah gak ada nak, ikhlasin dia."

Luke tertegun. Tubuhnya menegang keras sekali. Bahkan wajahnya terdiam seperti ia kehilangan rohnya yang entah pergi kemana. Air mata mulai menjalar lagi di pipinya. Perlahan hanya beberapa tetes, tapi tidak lama kemudian ia benar-benar menangis.

Menangis hebat hingga pundaknya terguncang. Hancur sudah impiannya! Impian melihat Hailee memakai dress dan menggunakan make up yang membuatnya semakin terlihat cantik. Impian untuk melamar Hailee menjadi tunangannya. Impian melihat air mata bahagia Hailee karena kejutan yang ia rancang berhasil. Impian suatu saat nanti ia bisa terus bersama dengan Hailee.

Tapi itu hanya impian. Semuanya sudah hancur. Luke memeluk Cheri erat dan menangis di pundak Cheri. Tersedu-sedu layaknya anak kecil yang kehilangan ibunya. Luke benar-benar tidak menyangka ini akan cepat terjadi. Bahkan semalam ia ingat kalau mereka bertemu. Dalam mimpi Luke.

Cheri melepas pelukannya lalu mengusap mata Luke. Memegang kedua bahu Luke. "Kamu harus terima, dia udah bahagia di sana. Lepasin dia ya sayang."

Luke menggeleng tidak terima lalu berjalan kembali menuju Hailee. Matanya memperhatikan setiap inci wajah Hailee yang pucat. Matanya telah terpejam dan sudut bibirnya sedikit terangkat layaknya ia tersenyum tipis.

Luke mendekatkan wajahnya pada Hailee lalu mencium bibirnya. Merasakannya untuk yang terakhir kali. Rasanya hambar dan sedikit kering. Tidak ada lagi rasa manis strowberry yang melekat pada bibir Hailee.

Luke menghisap pelan bibir Hailee. Hailee tidak membalas ciumannya. Lagi-lagi ia seperti orang tidak waras. Luke melepaskan bibirnya lalu menatap Hailee getir.

"Kenapa kamu diem aja? Kenapa!" Luke berteriak keras hingga membuat pelayat memberhentikan aktifitas membaca yaasinnya itu.

"Luke kamu harus tenang.." Rava mengusap punggung Luke dari belakang.

"Gak kak! Dia gak beneran pergi kan! Hailee cuma bercanda kan?!" Luke berteriak lagi lalu mengepalkan tangannya. "Jawab kak!"

Rava menampar Luke kencang. "Sadar Luke! Dia udah pergi! Biarin dia tenang."

"Gak dia gak pergi, kalian semua pasti bercanda ya kan?!"

"Luke!" Calum, Michael, dan Ashton menghampiri Luke yang sedang berteriak seperti orang gila.

"Guys, mereka bohong kan? Mereka pasti bercanda kan? Hailee pasti ada kan? Rencana yang kita susun pasti bakal berhasil kan?" Luke bertanya pada ketiga sahabatnya yang tertunduk dan terdiam. Menatap satu persatu dan meminta jawaban.

"JAWAB!" pinta Luke.

Ashton mengangkat wajahnya, matanya pun ikut menangis melihat Luke seperti ini.

"Sorry Luke tapi dia udah gak ada."

Bug!

Punggung Luke di pukul kencang membuatnya jatuh di dekat Hailee. Kepalanya berdenyut kencang, tangannya berusaha menggapai Hailee. Tak lama kemudian ia jatuh pingsan. Dan hal yang terakhir ia lihat adalah jemarinya dan jemari Hailee sedang berkaitan.

Selamat jalan Hailee.

----
bodo amat ini alay apa engga tp yang jelas gua ngetik ini nangis. :"-----))

HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang