"Ugh!"
Luke menendang kasar benda-benda keras yang ada di dekatnya. Pikirannya kacau. Tiba-tiba saja Hailee memutuskannya hanya karena penyakitnya. Bahkan Luke tidak pernah memikirkan untuk meninggalkan Hailee, sedikitpun. Sunggu demi Tuhan, dia sangat sayang pada Hailee.
Luke berpikir bagaimana caranya bisa mengubah jalan pikir Hailee, tapi rasanya akan sulit. Ia mengacak rambutnya kasar lalu menghela nafas, dadanya sesak karena emosi. Bisa saja sebenarnya ia pergi ke rumah Hailee sekarang juga, tapi ia menghargai jam malam Hailee. Terpaksa, esok pagi-pagi buta ia harus pergi kesana.
Luke menghempaskan tubuhnya ke kasur lalu meraih ponselnya dari nakas, mencari tahu alasan lain kenapa Hailee memutuskannya hanya karena penyakitnya.
luke: chaa
chaca: apaa
luke: mo nanya
chaca: nanya ape
luke: si hailee kenapa si
chaca: kenapa apanya
luke: dia mutusin gue tb2
chaca: HAHHHHH?! DEMI APA KALIAN PUTUS?!????
luke: iyaaa panjang ceritanya
Luke : lu tau ga kenapa?
chaca: kenapa?
luke: ih maksud gue, gue tuh nanya ke lu
luke: bkn pengen ngasih tau lu
chaca: yeee eh tp kalian gimana? Masa putus sih?:(
luke: gatau doain aja yang terbaik
Chaca : okai hft
Read.
Luke lagi-lagi menghela nafas lalu berusaha melupakan hal itu sejenak, ia gagal mendapatkan informasi.
"Gue istirahat dulu aja deh." Ujarnya.
Ia memejamkan matanya perlahan lalu terlelap hingga terdengar dengkuran halus dan nafas teratur.
***
Gadis berambut coklat panjang sedang menyisir rambutnya di depan cermin. Rambutnya yang dulu sehat dan cukup lebat justru sekarang sangat menipis. Helai demi helai rambut yang rontok ditatapnya sedih. Bahkan secara tidak sadar ia menangis.
Tubuhnya pun lama kelamaan semakin kurus dan pucat. Ia yakin umurnya tidak akan lama lagi. Hailee menghela nafas pelan lalu menaruh sisir dan rambut rontoknya di meja rias.
"Hailee, kamu lagi apa?"
Hailee menoleh ke arah pintu, "Eh, Mamah. Aku cuma lagi nyisir aja kok. Kayaknya makin hari aku bisa botak nih hahaha." Hailee tertawa miris.
"Kamu gak lihat emangnya? Rambut Mamah juga tipis banget nih hahaha." Hibur Cheri.
"Turun yuk, ada yang nyariin kamu." Cheri menarik Hailee keluar kamar, yang jelas tidak menarik kasar.
Hailee mengernyitkan dahinya, siapa yang datang sepagi ini? Apa Luke yang dateng?
Setelah sampai di anak tangga terakhir, matanya melihat sosok pria yang ia putuskan sepihak semalam. Dengan enggan kakinya mendekati Luke. Hailee hanya bisa menatap ke arah lain, karena mata Luke menatapnya tajam dan sedih. Hailee tidak bisa.
"Ada apa?" Tanya Hailee tanpa melihat sedikitpun wajah Luke.
"Duduk sini." Ucap Luke sambil menepuk sisi sofa yang kosong. Dengan terpaksa Hailee duduk meskipun jarak yang jauh.
Luke menghela nafas kasar lalu mengubah posisi tubuhnya menghadap Hailee, menatapnya dengan sedih. "Kamu kenapa sih?" Tanya nya lembut.
"Kenapa apa nya? Aku ngerasa baik-baik aja. Kecuali soal penyakit, ya aku emang sakit." Jawabnya acuh.
"Lihat aku kalau lagi ngomong."
Hailee menoleh pada Luke dengan satu alis terangkat, lalu mendengus. "Pulang sana, kalau kamu mau bujukin aku buat gak putusin hubungan kita, aku gak iya-in soal itu. Jadi pulang mendingan, kamu cari cewek lain. Aku rela kok."
Luke mengepalkan kedua tangannya, dadanya terasa sesak karena emosi dan juga perkataan Hailee tadi. Seolah-olah disini hanya Luke yang berusaha mempertahakan hubungannya. "Kamu kenapa sih? Alasan kamu semalem gak cukup ya! Jelasin ke aku. Tolong."
Hailee menoleh dengan tatapan nanar, "Aku sakit. Kamu sehat. Kita beda. Aku pasti bakalan ninggalin kamu lebih dulu, dan pasti kamu bakalan terluka lebih dalam kalau masih sama aku sampe nanti." Hailee mengambil nafas sejenak, "Aku mau kamu cari cewek lain yang bisa bahagiain kamu lebih dari aku, yang sehat, cantik, setia, dan pengertian sama tingkah kamu."
"Gak! Gak bisa. Seharusnya kita sama-sama berjuang buat bikin kamu sembuh!" Ujar Luke, suaranya sudah hampir berteriak. Tapi masih bisa ia tahan.
"Jangan maksain semuanya, bisa gak sih? Jangan egois tolong. Aku tau disini aku gak cuma nyakitin diri aku sendiri, tapi kamu juga. Seenggaknya kamu coba buat cari pengganti aku dulu. Niat aku baik, aku gak mau bikin kamu nanti bakalan nge-stuck di aku. Oke?"
Hailee tersenyum. Senyum palsu. Matanya mengerjap beberapa kali menahan air mata yang mendesak keluar. Sedangkan Luke masih mengepalkan kedua tangannya. Bisa Hailee lihat dari samping kalau Luke juga menahan tangisnya.
Hailee membuang muka, menatap arah lain. Pagi nya telah rusak. Lalu ia harus buat apa? Menangis di dalam kamar? Atau justru kemo terus-terusan? Hah. Muak dengan kanker.
"Kamu pul—"
Ucapan Hailee terhenti saat tubuhnya dipeluk erat oleh Luke dari belakang. Luke menaruh kepala nya dipunggung Hailee. Perlakuan bodoh Luke semakin Hailee menangis dalam diam.
"Biarin aku meluk kayak gini, sebentar aja." Ujar Luke dengan suara pelan.
Hailee terdiam. Membiarkan Luke memeluknya seperti itu. Bukankah sangat menyedihkan? Saat rasa hangat tubuh Luke sangat terasa di kulitnya. Seakan tubuh Luke adalah tegangan listrik yang mampu membuat seseorang tersengat jika menyentuhnya. Dan menyedihkannya lagi saat semuanya justru harus berakhir.
Luke melepaskan pelukannya, dan berjongkok di depan Hailee. Menggenggam kedua jemarinya.
"Kalau kamu maunya gitu, aku bisa apa? Kamu kan keras kepala ya hehe," Luke tertawa miris."Aku janji, aku bakal cari cewek lain, demi kamu. Walaupun sulit juga, aku bakalan usaha. Tapi tolong ya, jangan usir aku dari hidup kamu. Cepet sembuh ya sayang." Luke mencium kedua punggung tangan Hailee bergantian, lalu kening Hailee.
"Aku pulang ya."
Luke melambaikan tangannya dengan raut wajah yang sedih, kecewa, dan marah menjadi satu. Hingga sosok Luke sepenuhnya tidak terlihat lagi, Hailee langsung menjerit dan menangis. Ia menangis bukan karena menyesali perbuatannya, tapi ucapan Luke tadi seakan menikam hatinya dalam. Perih rasanya. Hailee berteriak lagi, sepertinya hari ini akan menjadi tangisan sepenuhnya. Dan Cheri hanya bisa menatap Hailee dengan sedih dari belakang.
***
"Jika kamu bisa bahagia dengan orang lain, lalu kenapa harus memilih denganku?"-Hailee.
"Aku tidak pernah melihat kebahagiaan dimanapun. Tapi saat aku bersamamu, rasanya semua bebanku hilang. Meskipun tidak bahagia, setidaknya aku merasa tidak ada beban. Dan itu karena kamu."-Luke.
—
Maap ya pagi-pagi gue buat baper hahaha:-)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hemmings
Fanfiction"Aku memang tidak sesempurna lelaki lainnya. Tapi rasa sayangku lebih dari kata sempurna untuk membahagiakanmu." -Luke Hemmings.