t i g a b e l a s - kembali?

2.1K 326 65
                                    

Langkah pria berambut blonde itu sedikit memelan saat melihat kerumunan mahasiswa di mading kampus. Awalnya ia hanya melirik, tapi telinganya menangkap nama kekasihnya dan dirinya disebut.

"Lah Luke sama Lea?!"

"Sabar ya, Hailee."

"DEMI APA WOI?"

"Eh woi woi woi, itu ada Luke nya!"

Langkah Luke benar-benar terhenti. Semuanya memandangi Luke dengan tatapan tidak percaya dan sinis. Ada juga yang menatapnya terpesona, dan memutar bola mata malas. Ia berjalan mendekati mading melihat ada berita apa. Seketika matanya melebar.

"Sialan! Siapa nih yang masangin ini?!" Luke membentak semuanya, amarahnya muncul begitu. Ia segera mencopot fotonya dengan Arzaylea saat di pesta ulang tahun Arzaylea dua hari yang lalu. Hingga ia menyenggol wanita disampingnya membuat wanita itu terhuyung.

"Eh, ma—" Ucapan Luke terhenti saat ia melihat siapa wanita itu.

Hailee memegang foto cetakan yang tadi tertempel di mading. Ia meremasnya kasar lalu melempar ke wajah Luke dengan tepat sasaran.

"Tuh, selamat!" Hailee segera berjalan menjauh dari kerumunan.

Luke mencopoti lagi beberapa foto yang masih menempel lalu membuang foto itu dalam tong sampah. Ia berlari terburu-buru mengejar Hailee di depannya. Dengan langkah besar ia berjalan, hingga akhirnya tangan Hailee berhasil ia raih. Luke segera menarik Hailee ke taman kampus yang berada di dekat kantin. Tak ada rontakan dari Hailee, ia hanya terdiam dan mengikuti Luke yang terus menariknya.

Hingga sampai di taman, Luke menarik Hailee pelan untuk duduk. Luke mengusap wajahnya kasar, lagi-lagi rasa bersalah muncul menguap dalam dirinya.

"Lepas." Gumam Hailee.

"Liat aku dulu sini, sayang. Kamu salah paham."

Hailee tetap diam tidak mau menoleh pada Luke. Ia menarik paksa tangannya yang dipegang lalu mengusap matanya yang berair karena menangis. Bahkan hingga terlihat memerah.

Luke menghela nafas kasar, ia membalikkan tubuh Hailee menghadapnya. Tatapannya benar-benar menusuk mata hingga membuat Hailee kembali menangis dan menunduk. Luke mengangkat dagu Hailee, lalu menghapus air matanya.

"Udah dong, jangan nangis."

"Ngapain ngurusin gue? Urusin aja Arzaylea tuh! Baru juga putus udah cium orang lain aja." Bentak Hailee sambil menangis sesegukan.

"Kamu salah paham." Ujar Luke dengan terus mengusap rambut puncak kepala Hailee pelan.

Hailee tertawa sinis, "Oiya aku lupa, salah paham atau enggak, itu kan bukan urusan aku lagi, ya kan? Kita kan gak ada hubungan lagi."

"Kasih waktu aku buat jelasin semuanya."

Luke terdiam sejenak lalu meraih kedua tangan Hailee, di genggamnya erat nan hangat. Ia mengambil nafas panjang dan meluapkan isi hatinya.

"Aku sama dia gak ada apa-apa kok. Lagi pula, aku belum bisa lupain kamu. Sekuat apapun aku mau jauhin kamu dan cari cewe lain, justru semakin aku bohongin perasaan aku sendiri, Lee." Luke membuang nafas pelan, "Bisa gak kita balikan? Aku masih sayang kamu. Rasa buat ngejagain kamu makin kuat, aku gak bisa diem aja dan ngebiarin kamu berobat sendirian. Apapun itu pasti kamu butuh suport aku, ya kan?" Tambahnya.

"Basi omongan kamu! Buktinya kamu sama Arzaylea udah kayak gitu. Jangan kebanyakan omong kosong deh." Desis Hailee tajam.

Luke mengusap wajahnya lagi, "Demi Allah, enggak sayang. Percaya sama aku."

Hailee mendongak menatap mata Luke, mencari kebohongan disana. Tapi nyatanya nihil, Luke benar-benar mencintainya tulus. Bahkan ia sudah bodoh melepaskan Luke begitu saja beberapa waktu yang lalu.

"Tapi aku nyakitin kamu nantinya." Cicit Hailee pelan.

Luke merangkul pundak Hailee erat dan membiarkan suasana hening sejenak, otaknya masih menyusun kalimat agar Hailee tidak salah memahami arti ucapannya. Kali ini ia yakin bisa kembali dengan Hailee.

"Dengerin aku ya, kalo misalnya kamu nyuruh aku buat nyari cewek lain dan kita putus gitu aja, sama aja kamu nyakitin aku. Semuanya emang bakal balik ke Atas kok, aku yakin kamu sembuh. Aku disini buat semangatin kamu berobat, kemoterapi. Aku sayang kamu."

Tiba-tiba Hailee memeluk Luke erat hingga terdengar suara isakan. Luke tersenyum simpul, mengusap-usap punggung Hailee lembut seraya terus menenangkan Hailee. Sungguh, ia benar-benar mencintai Hailee layaknya Nabi Muhammad mencintai istri-istrinya.

"Jangan suka ngambil keputusan gitu aja ya? Aku gak suka. Dan tentang aku sama Arzaylea itu gak ada apa-apa. Foto itu aja aku gak tau kapan diambil, dia licik banget ternyata. Jadi jangan salah paham ya." Tambahnya.

Hailee melepas pelukannya lalu mengusap matanya, menatap manik-manik mata Luke hingga rasanya ia terhipnotis. "Tapi aku beneran takut buat nyakitin kamu nantinya, kamu tau kan umur aku gak panjang lagi? Rambut aku juga makin abis."

"Aku yakin semuanya udah diatur, aku cuma mau abisin waktu hidup aku bareng kamu. Jadi jangan minta aku buat cari cewe lain ya? Itu nyakitin."

"Huft, oke."

                                ***

Hailee berbaring dibangkar rumah sakit, sudah waktunya untuk kemoterapi lagi. Suasana kamarnya sangat sepi, tidak ada yang menemaninya. Peter dan Cheri sedang diruang dokter, entah apa yang dibicarakannya. Mungkin tentang vonis tanggal matinya? Huh.

Suara pintu berdecit membuat Hailee menoleh, rupanya Shaina dan Rava, kekasih kakaknya. Mereka berdua berjalan mendekat dan duduk disamping bangkar.

"Hai, Hailee." Sapa Rava sambil mengacak-acak rambut Hailee pelan. Ia tersenyum manis lalu memberikan satu buket bunga lili yang masih segar dan harum.

Hailee tersenyum senang, lalu menaruh bunga lili dipangkuannya.

"Nih kakak bawain mcflurry." Shaina menyodorkan kantung yang berisi es krim itu. Sontak Hailee bersorak senang dan bahagia, ia langsung menyambar es krim itu dan melahapnya. Shaina dan Rava tersenyum senang, secara tidak sadar jemarinya sudah berkaitan.

Pada saat Hailee sedang enak memakan es krim nya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi dan menampilkan caller ID nya.

"Luke?" Tanya Shaina.

Hailee mengangguk panik, ia tidak mengangkat telepon itu dan membiarkannya hingga sambungannya terputus. Seketika ponselnya penuh dengan notifikasi pesan Line dari Luke.

luke: sayang

luke: lagi dimana

luke: angkat telpon dong

luke: mo ngomong nih

Hailee hanya menatap ponselnya tanpa berniat membalas, lalu matanya menatap Shaina.

"Kak, lakuin syarat yang aku kasih ke kakak mulai dari sekarang. Tolong." Pintanya dengan wajah memelas.

Shaina mengangguk pasrah lalu menatap Rava dan Hailee bergantian. Sedangkan Rava mengerutkan keningnya. Perjanjian? Syarat?

sumpah gua sbnrnya gamau publish skg tp greget aja ngeliat ini ada di draft wkwl

btw gimana td uas nya? berhasil ga nyonteknya?

HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang