[Part 10] Lyubovnaya pesnya ~ Tembang Cinta

7.5K 663 52
                                    

В тиши и мраке таинственной ночи

Я вижу блеск приветливый и милый,

И в звездном хоре знакомые очи

Горят в степи над забытой могилой.


In the darkness and still of a mysterious night

I see a fond and welcoming spark,

From the chorus of spheres, familiar eyes

Shine upon a grave forgotten in the steppe.

---

"Apakah Gusti Putri seorang indigo?" Medinna memandangi Ardiningrum dan sang putri tersenyum kecil. Mereka tengah keluar sejenak dari pendopo setelah Aidan tergesa mengambil Anastasia untuk diajaknya bermain.

"Lebih tepatnya aku memiliki bakat spiritual yang dirasa cukup tinggi dan pengasuhku mampu memberikan pelatihan yang sangat baik untuk memanfaatkannya. Kita sama-sama tahu, Tuhan tidak hanya menciptakan manusia tetapi juga ada alam gaib dan aku diberikan olehNya kesempatan untuk sedikit mengintip apa yang ada di luar garis kewajaran. Setiap makhluk memiliki atma dan setiap kisah yang belum berakhir terkadang meminta penyelesaian. Untuk orang-orang sepertiku, fungsi kami hanya membantu menempatkan apa yang seharusnya berada di tempatnya tetapi sekali lagi, kami tidak mampu mencampuri takdir karena itu adalah hak mutlak Tuhan."

"Anda bisa melihat hantu?"

"Lebih tepatnya jin, sebenarnya tidak bisa dikatakan 'melihat' karena yang kupakai untuk melihat mereka bukanlah mata yang berada di kepala tetapi mata yang berada di batin. Kenapa kau tertarik dengan hal ini, Dinna?"

Medinna begidik.

"Hanya penasaran saja, sebelum memeluk Pangeran Anom tadi, saya mendengar anda berteriak dan tangan Gusti Putri bergerak seolah mencegah sesuatu mendekati Pangeran, apakah saya salah?"

"Tadi kau melihat sesuatu pula?"

Medinna menggeleng.

"Tidak melihat, hanya merasakan saja, ada sesuatu tetapi saya tidak tahu apa, sama seperti saat bermalam di Dalem Utama keluarga Dewangga, seolah ada sesuatu yang mengawasi. Kadang saya pikir saya hanya berhalusinasi saja, saya tidak ingin mempercayai adanya hantu di kediaman Dewangga."

"Dalam agama kita, mempercayai sesuatu yang gaib bukanlah suatu dosa Dinna, malaikat juga sesuatu yang gaib, bukan? Sejak kecil, aku sering bermain sendirian, ibuku melihatku bicara sendiri padahal aku merasa bermain-main dengan seorang anak, menginjak remaja aku menyadari ada hal yang salah, tapi karena sudah terbiasa sejak kecil, aku tidak takut lagi dengan berbagai bentuk yang mereka perlihatkan. Sebenarnya tidak semua dari mereka jahat, para jin itu memiliki umur ratusan bahkan ribuan tahun, ada banyak kebijakan yang mereka miliki tetapi tentu pemikiran mereka berbeda dengan kita. hanya saja jika kita memperhalus batin kita, kenapa mereka mencoba menakuti kita atau melarang kita mendekati tempat tertentu terkadang itu untuk kebaikan kita sendiri."

"Maksud Gusti Putri?"

Ningrum menunjuk pohon-pohon besar di halaman istana.

"Kalau kau pernah berkunjung ke Bali, Dinna...maka kau melihat orang-orang di sana tampak 'memuja' pepohonan. Tetapi sebenarnya, melestarikan pohon-pohon itu untuk tetap ada, tetap hidup, sama artinya kita melindungi kehidupan kita dan keturunan kita. jika pohon besar tetap lestari, air di dalam tanah akan cukup untuk kehidupan di masa yang akan datang. Manusia kadang hanya datang untuk merusak dengan congkak, tidak lagi menghargai jika alam sebenarnya adalah 'ibu' dan kebanyakan makhluk yang kukenal ini, hanya ingin melindungi alam saja. Walau kuakui terkadang cara yang mereka lakukan salah di mata kita. Dulu ada emban yang kesurupan, ternyata setelah ditelusuri karena dia membuang sampah sembarangan atau ada yang demam dan sakit karena menebang pohon tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Aku juga sedang banyak belajar tentang hal ini, yang baik kita gunakan untuk mengasah kebijaksanaan, yang buruk kita tinggalkan. Memang sulit jika tradisi dibenturkan dengan agama, bukan?"

US - The Lost CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang