[ Prologue]

9K 736 28
                                    

Ваши величества, дети были найдены

Их кости, все обугленные

Не лежал очень глубоко

Над ними дрожали травинки

Достижение небе

Your majesties, the childern were found

Their bones, all charred

Did not lie very deep

Above them, blades of grass shivered

Reaching to heavens

---

"Alexei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alexei..."

Bocah lelaki yang baru beranjak remaja itu menatap purnama yang begitu indah di bulan Juli. Setiap tahun, ayah dan ibunya selalu mengajaknya menginap di dacca keluarga Ivanovic yang terletak di Yekaterinburg. Walaupun ini musim panas, tetapi kadang hujan turun di malam hari dan bocah itu merasa ini malam yang istimewa, tak ada guyuran hujan tapi bintang mulai berpendar dengan indah di langit.

"Alexei..."

Mendengar namanya dipanggil, bocah tampan itu bergumam kesal dan mendekati sumber suara. Kenapa gadis itu tak membiarkannya menikmati keindahan arboretum dengan tenang.

"Nastya, lihatlah bintang di langit dengan tenang, duduklah di sampingku, hmm...sudah berapa kali kubilang, aku tidak suka dipanggil dengan sebutan itu, namaku..."

Gadis yang sejak tadi berlarian dengan lincah di sekitaran kolam taman kini berhenti berlari dan berdiri dengan tenang dan anggun, sorot matanya yang misterius seolah menyimpan ribuan kepedihan.

"Oh ayolah, aku lebih suka memanggilmu Alexei...karena memang itulah namamu..."

Bocah lelaki itu membuka kotak bekal di sampingnya dan mengeluarkan pelmeni dan khinkali buatan neneknya, dia selalu menyukai taburan cilantro dan daging cincang di dalamnya. Tak lupa dia juga mengambil sebuah wadah berisi morozhenoe dengan rasa cokelat untuk melepas dahaga.

"Aku memasukkan banyak makanan di keranjang piknik nenek. Dia selalu bertanya kenapa kau tak mau berkunjung ke rumah kami, Nastya. Kenapa aku yang harus menemuimu? Curang!"

Gadis cantik itu hanya tersenyum dan tak berkata-kata, dia malah menari-nari dengan lincah di bawah purnama dan kemudian menghilang di balik pohon.

Karena cukup lama temannya tak muncul, bocah lelaki itu turun dari gundukan rumput dan mencari si gadis.

"Kenapa kau suka berlari dan menghilang? Ke mana lagi kau akan membawaku? Kau ini teman yang aneh, tapi aku menyukaimu..." perlahan ditelusurinya taman dan mendekati pepohonan yang rimbun. Mata bocah itu terpaku pada sebuah gereja berkubah emas di hadapannya, apakah temannya bersembunyi di sana?

"Nastya.." bocah itu menatap ke sekelilingnya, suasana cukup gelap tetapi dia masih bisa melihat jika gerbang tak terkunci dan dengan tenang bocah itu memasuki gereja. Sahabat karibnya itu memang unik dan misterius, selalu mengajaknya ke tempat yang aneh dan unik, tetapi permainan hide and seek seperti ini selalu disukainya.

"Aku akan menemukanmu, seperti biasanya.." bocah itu menyusuri setiap ruangan dalam Ipatiev dan dengan penasaran menyusuri lorong bawah tangga yang terbuka. Terdengar suara-suara samar tetapi di bawah sana sepertinya ada beberapa orang berkumpul, dengan penasaran bocah lelaki itu menapakkan kakinya menuruni tangga menuju ke ruangan yang terasa sangat dingin. Tempat penyimpanan anggur kah? Bagaimana bisa ada ruang untuk menyimpan anggur di bawah gereja? Bocah itu memasuki ruangan dengan heran, ada beberapa orang di sana tetapi kenapa seolah-olah mereka tak melihatnya?

Terlihat seorang wanita duduk di dinding dekat jendela, di dekat pilar hitam, tak jauh darinya seorang pria bercambang terlihat duduk dengan wajah yang begitu tenang, memangku bocah laki-laki kecil. Di dekat sang wanita berjejer tiga gadis yang sangat cantik, wajahnya mirip dengan sahabatnya. Apakah mereka bersaudara?

Tatapan mata bocah itu mencari-cari gadis yang dikenalnya. Dimana Nastya? Bocah itu mencari-cari diantara pelayan yang hilir mudik dan menemukan gadis itu berdiri di sudut ruangan, di sebelah pelayan wanita yang bertubuh tinggi besar. Dahi bocah lelaki itu mengernyit, sejak kapan Nastya berganti pakaian? Dengan gaun putih dan segala perhiasan yang menghiasi leher dan dadanya itu? Bibir bocah itu nyaris menyapa sang gadis tetapi tatapan mata Natsya yang tertuju padanya membuatnya tertegun, sorot mata tajam yang menghujam itu seolah sarat dengan kepedihan.

"...proshcay..."

Otaknya baru akan mencerna kata yang barusan diucapkan Natsya, tetiba dari balik pintu muncul belasan orang berseragam hitam masuk. Salah satu diantara mereka berkata dengan suara dingin menusuk.

"Karena keluarga anda terus menyerang Uni Soviet, Penguasa Bolshevik telah memerintahkan untuk eksekusi..."

Dan di detik itu juga terdengar tembakan beruntun sehingga ruangan kecil itu dipenuhi dengan asap berbau mesiu. Si bocah lelaki berteriak shock dan menutupi telinganya. Perlahan asap mulai menipis dan sirna...tubuh tubuh berlumuran darah mulai terlihat dan lantai mulai dipenuhi cairan merah. Ini bukanlah anggur yang tertumpah tetapi darah...darah yang mulai mengalir dan mencapai kakinya.

Terlihat dari bibir Natsya percikan darah dan erangan kesakitan terdengar menyedihkan, seorang lelaki berseragam hitam dengan lambang Bolshevik di lengan kiri mengacungkan bayonet yang terarah di dada Natsya, tepat di jantungnya.

"Net! Ne delay etogo!!" bocah lelaki itu berteriak tetapi bayonet tetap ditusukkan ke sasaran, jeritan seorang wanita yang menghadapi maut memecah malam. Para lelaki berseragam hitam menatap si bocah.

"Dia...dia juga berdarah Romanov, tangkap dia!!" teriak lelaki yang memerintah eksekusi. Bocah itu menatap si pria penuh kebencian dan dengan sigap berlari keluar ruangan, menaiki tangga dan menghindari para penyerangnya yang mulai memuntahkan peluru.

"Kejar dia dan pastikan Dinasti Romanov tamat! Semuanya!"

Sekuat tenaga bocah itu berlari hingga paru-parunya terasa sesak dan nyaris terasa meledak. Desingan peluru dan suara suara sepatu bot yang teredam masih terdengar, karena kelelahan, bocah itu berlutut di dekat pohon walnut. Pohon kesayangan Nastya-nya.

"Tidak...tidak..." bocah itu masih bergumam tak percaya akan apa yang dilihatnya dan karena lelah sekaligus shock, pada akhirnya dia terkulai pingsan di bawah pohon walnut yang rindang.

---

US - The Lost CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang