Justin membuang nafasnya. Menatap sosok gadis di depannya dengan tatapan kesal luar biasa.
"Apa kau menerimanya?" gadis itu bergeming. Menatapnya dengan tatapan menerawang jauh, mencari titik kebenaran dari lensa Hazel yang menatapnya penuh amarah itu.Lensa itu masih sama.
Masih membuat dadanya berdesir.
Masih membuatnya merasa hangat ketika menatapnya walaupun kali ini sangat sakit dan sulit."Iya." mulutnya bergetar, menahan tangis yang sejak tadi ia tahan.
Ini adalah keputusan akhirku."Apakah jika ada orang yang mengatakan bahwa dia menyukaimu, kau akan menyukainya?" tanya Justin ketus. Gadis itu melepaskan tangan Justin yang mengengam pergelangan tangannya erat.
"Aku menghargai perasaannya, aku tak mungkin membuatnya menunggu selama itu. Aku tidak sepertimu." Tekannya telak. Matanya terus mengeluarkan cairan bening yang Justin benci.
"Kau munafik! Kau hanya menyukaiku, kau bahkan mencintaiku. Kau hanya boleh memandang kearahku!" teriak Justin marah. Gadis itu membuang pandangannya, jika melihat Justin lagi, dia pasti akan luluh. Tidak, tidak lagi.
"Cih. Dasar sialan! Apa kau sedang cemburu sekarang?!" balasnya setelah mencoba mengatur detak jantungnya yang hampir meledak karena gugup sekaligus kesal.
Justin mencibir.
"Apakah aku salah, katakan. Apakah kau sudah berhenti menyukaiku?" kali ini suaranya merendah, menandakan dia ingin memastikan masih ada rasa yang tersisa untuknya dari gadis dihadapannya ini.Mereka saling memandang. Lama, perasaan hangat itu kembali menguar bak bunga yang bermekaran.
"Kau-"
"Kau masih mencintaiku." justin menakan di setiap katanya. Mengungkapkan keseriusannya. Gadis itu memejamkan matanya.
"Kau tak akan bisa melepaskanku, Charisa. Tidak bisa." bisiknya semakin menjadi.
"Iya sialan! Iya aku masih menyukaimu, bahkan setiap kau berbicara jantungku akan meledak. Lalu, kau mau apa? Kau mau terus membuatku memgemis cintamu yang begitu mahal itu?"
"Aku tidak bermaksud seperti itu, Charisa." mengambil jeda, Justin mencoba menarik tangan Charisa namun gadis itu menepisnya cepat.
"Aku harus bagaimana? Aku hanya laki-laki 18 tahun yang baru jatuh cinta. Aku takut untuk memulai, aku takut untuk mengungkapkan perasaanku ini. Aku takut ini hanya perasaan sementara. Aku hanya laki-laki pengecut yang tak berani mengungkapkan perasaannya." jelas Justin perlahan.
Charisa menyusut air matanya.
"Kau bukan hanya pengecut, kau juga brengsek." ralat Charis cepat. Dia berbalik arah, hendak melangkah pergi.
"Tak bisakah kau tetap bersamaku?"
Langkah Charisa terhenti. Tanpa berbalik Charisa bertanya.
"Berikan aku satu alasan mengapa aku harus tetap bersamamu?" terdengar seperti gumaman. Tapi, Justin mendengarnya.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung Charisa, Justin menjawab.
"Karena aku mencintaimu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Childish Vs. Arrogant [END]
Romance"Aku menemukan sosok pria dingin yang aku idam-idamkan! bahkan hinaannya terdengar seperti pujian untukku, apakah aku gila mengatakan hal ini?" -Charisa "Gadis itu benar-benar gila. bagaimana mungkin dia berada di dekatku 24 jam menjagaku seperti se...