CHAPTER 17

413 25 1
                                    

Seperti biasanya pagi ini Seung Yeon membantu Han ahjumma melakukan pekerjaannya, Seung Yeon menatap Han ahjumma sambil menghela nafas panjangnya berkali-kali.

"Ada yang ingin agashi tanyakan pada saya?"

Han ahjumma seperti membaca pikiran Seung Yeon yang dari tadi memang ingin bertanya padanya tapi dia enggan bertanya karena takut menyinggung perasaan Han ahjumma.

"Ehm, ne geundae...ahjumma jangan marah ya?"

"Aigoo memang mau bertanya apa hem?"

"Igo...ahjumma sudah berapa tahun bekerja dengan Kyuhyun?"

Han ahjumma menyunggingkan senyumnya mendengar pertanyaan Seung Yeon, "Saya sudah bekerja dengan tuan muda hampir 10 tahun agashi. Saya bekerja karena tuan besar mencari seorang pembantu untuk mengurus semua keperluan tuan muda."

"10 tahun? Apa ahjumma...pernah bertemu dengan orang tua Kyuhyun?"

Han ahjumma menggeleng pelan, "Saya tidak pernah bertemu dengan mereka, tuan besar memberitahu saya kalau tuan muda di tinggalkan oleh orang tuanya sejak kecil dan tuan besarlah yang merawatnya."

Seung Yeon terdiam mendengar penuturan Han ahjumma, kenapa pamannya Frank mengatakan kalau orang tuanya meninggalkan dia sejak kecil. Padahal Seung Yeon jelas-jelas tau kalau Frank di besarkan dengan baik sampai dia lulus SMA. Seung Yeon merasa janggal dengan semua ini terutama pria yang mengaku-ngaku sebagai pamannya itu, jika memang dia pamannya seharusnya dia tidak membohongi Frank.

"Ada yang mau di tanyakan lagi agashi?" tanya Han ahjumma saat melihat majikannya termenung.

"Ah, ani ahjumma," ujar Seung Yeon sambil memaksakan senyum pada Han ahjumma.

"Seung Yeon, kenapa kau tidak ke kamarku. Cepat ikatkan dasiku!" perintahnya tiba-tiba yang entah sejak kapan sudah berada di dapur dengan dasi yang masih belum terikat di lehernya.

Dengan enggan Seung Yeon mendekati Frank dan berdiri di depannya, karena kebodohannya kemarin sekarang dia harus melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang istri. Tanpa Seung Yeon ketahui Frank terus memperhatikannya yang sedang fokus mengikatkan dasi, entah kenapa ada perasaan senang di dalam hatinya.

"Sudah." Ucap Seung Yeon membuyarkan lamunan Frank.

"Ehm, sarapannya sudah siap?" tanyanya sambil duduk di kursinya.

"Sudah tuan muda, jja ini bulgogi dan sup tahunya."

Frank mengerutkan dahinya karena sudah dua hari ini dia tidak menemukan sepiring roti dengan di olesi slai coklat dan secangkir americano di meja saat sarapan.

"Ahjumma apa rotinya sudah habis?"

"Ani tuan muda masih ada, wae?"

"Mwo? Lalu kenapa tidak menghidangkannya di meja makan?"

"Ishh, kalau sarapan itu harus makanan sehat. Memangnya kau tidak lapar di kantor hanya dengan sarapan sepiring roti hem?" ucap Seung Yeon ikut menimpali.

Dengan refleks Seung Yeon menyuapi Frank dengan nasi dan bulgoginya saat melihat Frank yang siap melontarkan bantahan padanya.

"Mani mokko sajangnim," ujar Seung Yeon sambil duduk dan mulai sarapan.

Han ahjumma terkekeh melihat tuan mudanya tidak berkutik pada Seung Yeon, dengan berat hati Frank menuruti Seung Yeon dan sarapan dengan terdiam membuat Seung Yeon tersenyum puas menatapnya.

"Ahjumma, aku berangkat dulu." Teriak Seung Yeon setelah mengambil tasnya di kamar dan hendak pergi keluar tapi sebuah tangan tiba-tiba mencegahnya. "Aakkhh, waeyo? Aku sudah terlambat." Protes Seung Yeon.

Fall, Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang