Wafa POV
Ini hari ke19 tanpa faris sudah lebih dari dua minggu aku tak melihatnya, rindu mulai menyerang dan rasa cinta semakin kuat memasuki hati ku.
Aku mulai bosan menunggu faris aku bahkan mulai berpikir untuk melupakan faris aku mulai berpikir untuk membenci faris dia saja bisa melupakan ku mengacuhkan ku kenapa aku tidak? Tapi lagi lagi cinta ku menguat sayang ku semakin besar aku tidak bisa melupakannya aku menyerah jika ditantang untuk melupakan faris.
Aku tau sekarang faris sedang kuliah tapi setidaknya kabari aku, aku merindukan nya bukankah sekarang zaman modern ada telepon setidaknya hubungi aku beritau aku jika dia baik baik saja.
******
Aku tidak membencinya tapi aku kesal selalu diikuti olehnya aku tidak menyukainya aku tau dia melamarku tapi bukan kah sudah ku tolak dia dengan baik baik aku kesal dia selalu memburuk burukkan faris didepankuDan lagi lagi aku bertemu dengannya pagi ini.
*******
"Assalamualaikum wafa"
"Wa'alikumsalam al"
"Apa kabar wafa baik?"
"Alhamdulillah, maaf al aku sedang buru buru kelas akan dimulai 10menit lagi aku takut terlambat"
"Tunggu wafa aku hanya ingin memberikan ini"
"Simpan saja bunga itu al aku alergi bunga aku pergi dulu assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam" ucap ali dengan nada lemah semua usahanya hanya sia sia wafa terlalu mencintai faris.
Ali hanya bisa berdiri didepan pintu hati wafa mengetuk dan menunggu tapi tidak akan pernah bisa masuk karena hati wafa sudah terisi peduh oleh faris. Yaahh hanya faris dan tidak akan pernah ada ali.
Orang berpikir mungkin ali bodoh menunggu seseorang yang bahkan tidak pernah akan berbalik untuknya, berbalik? Menoleh saja tidak, wafa tidak pernah perhatian dengannya bahkan wafa terlihat menjauh jika bertemu ali waf seakan tertekan jika berbicara dengan ali, ada sirat kebencian dimata wafa terhadap ali.
Ali memang salah mengharap seseorang yang tidak pernah ada tempat dihatinya untuk ali.
Ali sudah berusaha apapun yang bisa dia lakukan sudah dia lakukan tapi wafa tetap pada tembatnya tidak melihatnya tidak menoleh kearahnya wafa tetap menunggu faris faris dan faris.
********
Pagi ini wafa berniat untuk pulang karena wafa tidak ada kegiatan apapun dipesantren beberapa hari kedepan dan tidak ikut lomba apapun, yahh beberapa hari kedepan akan diadakan lomba akhir sekolah, kegiatan rutin yang diadakan setiap tahun menjelang kenaikan kelas.
saat wafa ingin mengemasi barang barangnya pintu kamarnya diketuk dan berdirilah Putri kaka tingkatnya.
"Assalamualaikum wafa"
"Wa'alikumsalam, kak putri ada apa?"
"Begini fa besok kan ada acara pembukaan lomba tahunan kita nah ketua panitia lomba meminta kamu yang akan menjadi qoriahnya "
"Wafa kak? Apa gak salah?"
"Bener fa kamu, gak mungkin Kakak salah"
"Apa gak ada yang lain kak? Wafa gak bisa"
"Ketua panitia yang meminta kamu fa kakak gak bisa memutuskan kakak hanya menyampaikan lagian qori pasangan kamu setuju kok"
"Pasangan? Siapa?"
"Kakak juga tidak tau fa. Begini saja fa nanti malam akan diadakan rapat kepanitiaan dan kamu bisa datang"
"Baiklah ka nanti malam aku akan datang, terimakasih"
"Samasama fa, yaudah kaka mau balik kekama dulu fa assalamualaikum"
"Wa'alakumsalam"
Kenapa harus aku kata wafa membatin bukankah banyak santri lain yang bahkan lebih pandai darinya?
Ahhh tunggu dulu bukankah kak putri tadi bilang dia hanya menyambaikan dan ketua panitia yang memutus, ketua panitia? Siapa? Faris? Bukankah dia tidak ada disini dan pasangan dia siapa? Ali? Yah ali kan qori nasional bisa saja itu ali. Aku akan menolaknya jika itu benar.
*******
Seharian wafa hanya memikirkan perihal itu wafa masih terlihat binggung siapa yang menjadi ketua panitia itu.Sedang asik melamun wafa tidak sadar azan magrib sudah selesai berkumandang tidak ada waktu lagi untuk wafa bisa sholat dimesjid pesantren.
Wafa bergegas mengambil mukena dan ketika dia membuka pintu kamarnya suara Takbir imam dimesjid pesantren itu mengejutkan wafa.
"Bang faris? " ucapnya bergetar
Walaupun suara itu tidak terdengar jelas wafa yakin itu faris yahh itu faris yang ditunggu wafa untuk pulang.
Surah al-fatihah terdengar mengalun lembut wafa sudah terduduk bersimpuh didepan pintu bibirnya berhetar matanya membulat sempurna dan dipipinya sudah terbentuk sungai sungai kecil.
Sebelum aku benar benar mendengar suara itu aku tau itu suara bang faris aku tau itu karena sebelum suara itu terdengar jelas jantung ku berdetak tak karuan tubuh ku melemah dan mata ku memanas, sensasi yang tidak pernah berubah tidak akan pernah selamanya ujar wafa membatin.
"Bang faris pulang?"
*********
Maafkan kesalahan dalam pengetikkan dan tanda baca yabg kurang

KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku
SpiritualPerkenalan beberapa hari bisa begitu melekat bahkan hingga berminggu minggu, meskipun aku tau mustahil memilikinya. Dia penyemangatku, sesuai namanya Faris. -Wafa Ayla dara Wajahnya tidak cantik bahkan biasa saja tapi cahaya itu tidak pernah redup...