Beby meregangkan tubuhnya yang terasa sangat sakit apalagi bagian punggungnya. Benar saja, semalam ia mendapat hukuman dari Tuan besar. Cambuk. Ya, cambuk adalah makanan sehari-hari Beby, Beby sudah biasa dengan semua itu.
Tok...tok...tok
Beby menoleh ke arah pintu lalu beranjak dari kasur menuju pintu lalu membukanya. "Ada apa Nyonya?" tanya Beby sambil membungkukkan tubuhnya.
"Shania gak ada dikamarnya." jawab Ve menatap Beby cemas, mengerti akan tatapan itu Beby mengangguk paham. "Baik Nyonya, akan saya cari sekarang juga."
Beby mengganti pakaiannya setelah Ve meninggalkan kamarnya. Setelah Beby dicambuk oleh Tuan besar, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan tidur. Ia tidak tau kemana perginya Nona mudanya itu. Ia langsung melihat jam digital yang ada disamping kasurnya lalu mengusap wajahnya frustasi.
"Kemana dia?" gerutu Beby sambil menatap layar ponselnya. "Sial! GPSnya mati, lalu aku bertanya pada siapa? Shit!" umpat Beby sambil memukul stir kasar.
Beby berpikir sejenak lalu langsung menacap gasnya menuju rumah seseorang.
Sedangkan ditempat lain, Shania sedang menikmati dunia malamnya dengan teman laki-lakinya yang bernama Mario, entah Shania kenal lelaki itu darimana, yang jelas mereka sangat dekat. Bisa di bilang layaknya seorang kekasih. Bagaimana tidak? Sekarang posisi Mario dan Shania sedang berada di lantai dansa dengan posisi tangan Mario berada disekeliling pinggang Shania dan kedua tangan Shania melingkar di leher Mario.
"Kamu cantik," puji Mario sambil tersenyum lebar. Shania menunduk malu mendapatkan pujian seperti itu. Mario mengangkat dagu Shania menggunakan telunjuknya lalu mendekatkan wajahnya kepada Shania.
"Berengsek!" umpat Beby saat melihat dengan kurang ajarnya laki-laki asing itu sedang mencium mesra bibir Nona mudanya. Dengan penuh emosi, Beby menarik tangan Shania untuk menjauh dari laki-laki itu.
"Lep-lepasin! Lepasin sialan!" ucap Shania berusaha melepas cengkraman Beby. "Ish, lepasin!"
Beby menarik Shania keluar dari club lalu menuju parkiran. "Pengawal berengsek! Lepasin!" ucap Shania. Beby menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Shania tajam. "Apa? Kenapa? Lo mau marah kalo gue bilang lo berengsek? Emang bener kan? Buat apa lo dateng? Bikin gue risih tau gak!" semprot Shania menatap Beby penuh benci.
"Gak." jawab Beby dingin lalu melanjutkan langkahnya tanpa melepas cengkraman di tangan Shania. "Pengawal sialan! Kalo lo ga lepas, gue bakal teriak lo apa-apain gue!" teriak Shania.
Beby menghela nafasnya lalu kembali berbalik menatap Shania dengan mata hitamnya. "Sekali aja, nurut sama saya."
Shania menaikan sebelah alisnya. "Denger ya pengawal ga berguna, disini siapa majikan? Hah? Gue kan? Kenapa gue harus nurut sama lo? Peduli apa gue?" jawab Shania sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
Beby menggeram menahan amarahnya. Di tatap balik Nona mudanya dengan tatapan lebih tajam dari sebelumnya. "Saya tau saya cuma pengawal Anda, saya cuma ingin Anda menuruti perintah saya, ini perintah Nyonya." jawab Beby. Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Beby ucapkan langsung kepada Shania.
"Ngadu apa lo ke mama hah? Ngadu apa?! Sampe lo ngomong macem-macem sama mama, lo kena!" ucap Shania sambil menunjuk Beby dengan telunjuknya. "Dan gue peringatin sekali lagi, jangan pernah ganggu hidup gue! Gue ga butuh pengawal gak berguna kaya lo, paham?" ucapan Shania membuat Beby berapi-api. Ia menarik nafasnya siap untuk mengeluarkan semua uneg-unegnya.
"Sekali lagi Anda bilang saya tidak berguna, saya tidak segan-segan akan mencelakai Anda." ucap Beby dingin.
"Oh, lo berani celakain gue? Berani hah?" tantang Shania. "Dan gue bilang panggil gue Nona! Berani lo celakain gue, jangan harap lo bisa ngeliat pagi lagi."
Beby menghela nafasnya lalu melepas cengkraman di tangan Shania. "Nona, saya mohon, sekali saja. Apa Nona tega setiap Nona berulah saya yang kena imbasnya?"
"Gue gak peduli!" jawab Shania dingin.
"Benar-benar tidak punya hati." batin Beby. Ia menghela nafasnya. "Kita harus pulang sekarang, Nyonya sudah menunggu dirumah."
"Gak! Gue masih mau disini. Apa? Lo mau marah? Gue ga takut dengan ancaman lo!" jawab Shania hendak kembali ke dalam Club. Namun gerak Beby lebih cepat, ia langsung menggendong tubuh Shania layaknya karung beras. "Sialan! Turunin gue!" teriak Shania sambil mendendang tubuh Beby asal-asalan.
"Pengawal sialan! Turunin gue!" teriak Shania sampai-sampai pengunjung Club menatap mereka dengan tatapan aneh.
"Maaf Nona, saya tidak bisa." jawab Beby terus menggendong Shania ke arah mobil.
"Pengawal sialan! Kampret! Turunin gue sekarang atau lo gue aduin ke Papa!" ancaman kali ini tidak ampuh untuk Beby. Ia akan lebih mendapat hukuman jika tidak membawa pulang putri semata wayang Tuan besarnya. Lebih baik ia kena cambuk daripada mendapatkan hal yang lebih parah dari cambuk.
"Nggak."
"Turunin!"
"Nggak."
"Turunin sialan!"
"Maaf Nona, tidak bisa."
"PENGAWAL KAMPRET!!!!!!!!!!!"
*****
"Shania darimana saja kamu? Kenapa pakaian kamu seperti ini?" tanya Devan saat anak perempuannya masuk ke rumahnya.
"Ga penting. Dan pa, pengawal itu ganggu Shania! Shania ga perlu di kawal kemana-mana. Shania bukan anak kecil lagi," ucap Shania sambil bersedekap dada. "Dan pengawal kesayangan papa itu udah kurang ajar sama aku."
"Kurang ajar kenapa? Beby?" tanya Devan menoleh ke arah Beby. Beby menunduk. "M-maaf Tuan."
"Apa yang kamu lakukan ke anak saya? Jawab!" bentak Devan. Devan mendekat ke arah Beby lalu mengangkat dagunya untuk menatap matanya. "Jawab saya! Saya tidak menuyuruh Anda diam."
"Saya mengancamnya Tuan." ucap Beby pelan. Devan hendak menampar pipi Beby, namun gerakan Ve lebih cepat. Ve menahan tangan suaminya lalu menarik tangannya untuk menjauh. "Sudah, jangan. Lebih baik kita tanyakan kebenarannya dulu pada Beby." ucap Ve lalu menatap Beby. "Kenapa kamu mengancam Shania?"
"Maaf Nyonya, saya mengancamnya karena saya selalu dibilang tidak berguna oleh Nona." jawab Beby tidak berani mengangkat kepalanya.
"Bukan cuma sekedar ngancem aja Pa, dia juga dengan kurang ajar gendong aku!" ucap Shania membuat Devan kembali berapi-api. "Apa maksudmu melakukan itu?"
"Maaf Tuan, Nona Shania hendak kembali ke dalam Club, saya tidak mau kejadian itu terulang dua kali." jawab Beby, Shania melotot. "Club? Kejadian? Apa maksudnya?" geram Devan.
"Maaf Tuan, saya melihat Nona Shania berciuman dengan pria." jawab Beby. Shania hendak mendekat ke arah Beby namun langkahnya terhenti karena tangannya dicekal oleh Devan. "Apa itu benar?" Shania mengatur nafasnya lalu mengangguk pelan.
Devan menatap Beby kembali lalu mendekat kearahnya. "Kemana saja kau? Kenapa Shania bisa pergi ke Club sementara kau dirumah?" tanya Devan tajam. Walaupun ini salah Shania, namun masalah ini akan menjadi boomerang untuk Beby. Selalu Beby yang disalahkan. "Maaf tuan."
"Keruangan saya. Sekarang." ucap Devan dingin lalu menuju ruangannya. Dan Beby tau, ia akan mendapat hukuman itu untuk kedua kalinya hari ini. Saat Beby berjalan di depan Shania, Shania membisikkan sesuatu. "Jangan pernah main-main dengan ancaman gue."
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/55806842-288-k101264.jpg)
YOU ARE READING
Your Protector [Completed]
FanficDari awal dia tidak menerima kehadirannya di sini. Menurutnya, kehadiran seseorang yang sering disebut ayahnya Bodyguard itu membuat dirinya risih karena tidak nyaman, kemanapun ia pergi, sang bodyguard itu pun juga akan di belakang gadis itu. 29/12...