"Buruan sih! Lelet banget! Telat lo gue gantung di tiang bendera." Shania menggerutu sambil menatap jam tangan yang melingkar di lengan kirinya.
Beby mendesah. "Nona mintanya macem-macem."
"Gue cuma minta sphagetti doang. Macem-macem apaan sih? Kalo ada mama di rumah juga gue gak bakal minta bikinin sama lo." jawab Shania sambil cemberut.
Beby membukakan pintu untuk Shania. "Nona jangan galak-galak terus."
Shania mencibir Beby. "Emang lo siapa? Pengen banget gue baikin."
"Nggak. Abis Nona minta aneh-aneh." jawab Beby sambil menjalankan mobilnya keluar dari rumah.
"Sphagetti lo bilang aneh? Hih, bikin begituan aja nggak bisa." cibir Shania.
"Dengar ya Nona, tugas saya menjaga Nona, bukan menjadi tukang masak Nona." jawab Beby sabar.
"Denger ya my fucking protector, tugas lo itu jaga gue dan ngikutin semua permintaan gue. Karena itu perintah dan perintah dari gue gak bisa di bantah. Ngerti?" Shania menekankan kata perintah pada Beby mau tidak mau Beby mengangguk. "Ya lagi lo aneh, cewek gak bisa masak." gumam Shania pelan.
"Saya dilatih untuk melawan orang. Bukan masak." jawab Beby santai.
"Ya seenggaknya masak begituan aja bisa."
"Ya yang penting sudah jadi kan sphagetti-nya?"
"Ya tapi lo masak begituan aja satu jam. Kalo gue yang masak, paling cuma 10 menit."
"Kalau begitu kenapa tidak Nona saya yang masak?"
Shania memincingkan matanya. "Kok lo ngomong gitu? Gak ikhlas?" Shania mengambil tas ranselnya lalu mengambil kotak makannya. "Buka lock kacanya!"
"Mau apa?"
"Buka!"
Beby menekan tombol lock kaca. Shania siap membuang tempat makan itu, namun Beby segera mencegahnya. "Eh, mau di apain?"
"Gue mau buang! Gue gak napsu."
Beby menarik tangan Shania. "Gak bisa!"
"Emang kenapa? Gue yang makan, gue gak napsu sama yang beginian." Shania tetap saja mau melempar tempat makannya.
"Tapi kan Nona, saya buatnya susah-susah."
"Tapi lo gak ikhlas!"
"Saya ikhlas Nona."
"Lepas!"
"Tidak."
Shania melotot. "Lo mau lepas tangan gue, atau gue lompat ke luar?"
"Silahkan."
Shania menggeram. "LEPAS ATAU SERIUSAN GUE LOMPAT SEKARANG!"
Beby mengangkat bahu acuh lalu melepas tangan Shania. Ia kembali fokus ke jalanan karena sedari tadi banyak sekali yang mengklaksoni mobilnya di belakang.
"Kok di tutup kacanya?! Buka gak!"
"Tidak bisa Nona."
Shania mengacak-acak rambutnya frustasi lalu hendak menusuk Beby dengan garpu. "Ish! Kalo lo bukan suruhan papa, udah gue tusuk mata lo sekarang juga!!!!!"
Beby tersenyum. "Tusuk aja."
Shania memukul-mukul dashboard geregetan. "Sebel! Sebel! Argh! Kenapa sih gue ketemu sama orang kaya lo? Ya Tuhan, salah apa hamba?!!!"
"Salahnya kamu terlalu galak." jawab Beby.
Shania menoleh lalu mengetuk kepalanya dengan sendok. "Lo sok tau! Nyebelin! Kampret! Argh! Gue pengen makan lo sekarang!" Beby hendak menjawab namun Shania keburu memotongnya. "Jangan jawab! Sekali lo berani jawab, jangan harap lo bisa liat senja!" ancam Shania. Beby menelan ludahnya susah payah lalu melirik Shania yang wajahnya sudah memerah karena menahan amarah. Bibirnya maju beberapa senti serta rambutnya acak-acakan karena ia hancurkan tadi. Entah mengapa Beby malah tersenyum melihat keadaan majikannya seperti ini.
YOU ARE READING
Your Protector [Completed]
FanfictionDari awal dia tidak menerima kehadirannya di sini. Menurutnya, kehadiran seseorang yang sering disebut ayahnya Bodyguard itu membuat dirinya risih karena tidak nyaman, kemanapun ia pergi, sang bodyguard itu pun juga akan di belakang gadis itu. 29/12...