"Bagaimana kelanjutannya?" tanya Farish sambil meniup asap dari mulutnya.
"Baik Pa, tenang aja. Udah keperangkap si Shania sama aku." jawab Mario tersenyum sinis.
"Oh, ya?" tanya Farish tidak percaya. Mario mengangguk.
"Bodyguard-nya juga." sahut Elaine yang baru saja masuk ke dalam rumahnya. "Bodyguard? Ooh, dia." ucap Farish sambil mengangguk paham.
"Dengan begini, mereka semua akan lengah dan kita bobol perusahaan mereka lalu bangkrut. Dan kita akan kaya raya." ucap Farish tersenyum sombong.
"Dan ditambah satu penderitaan. Ve." sahut Melody dengan nampan berisikan cokelat panas. Farish tersenyum. "Ide bagus."
"Mar, lo gak serius suka sama Shania kan?" bisik Elaine.
"Eh tenang aja kali, gue sama sekali gak suka sama dia. Pacar gue kan Sonia." jawab Mario sambil tersenyum sinis. "Dan lo, bodyguard-nya kan cewek? Lo suka sama dia? Gila lo!"
"Dia menarik Mar haha." jawab Elaine yang langsung di toyor oleh Mario. "Eh, lo sama kakak kurang ajar ya!"
"Gue gak terima lo jadi lesbian. Oke?" ucap Mario. Elaine mengangguk. "Cuma buat mainin dan ngalihin perhatian mereka. Kan mungkin mereka udah tau siapa lo. Sedangkan Beby belom tau siapa gue sebenernya."
*****
"Mar, jemput aku."
"Dimana? Cafe deket sekolah ya Shan?"
"Oke."
Shania menggendong tas ranselnya lalu keluar dari kamarnya. Namun langkahnya langsung terhenti karena penwalnya sudah berada di depan kamarnya. "Pagi Nona, ayo berangkat." ucap Beby hendak mengambil tas ransel di punggung Shania namun Shania langsung menepak tangan Beby.
"Kenapa?"
"Lo gak usah anter gue hari ini. Gak ada penolakan!" ucap Shania lalu berjalan meninggalkan Beby yang masih diri mematung di depan kamar Shania.
"Lah? Kamu gak sekolah?" tanya Ve. "Shania mana?"
"Maaf Nyonya, Nona Shania tidak mau saya antar." jawab Beby menunduk.
"Apa? Kenapa?!" sahut Devan yang baru saja keluar dari kamarnya. "Kenapa kamu masih disini? Kejar dia!" perintah Devan. Beby mengangguk lalu segera mengejar Shania.
"Aku harap kamu gak terlalu kasar sama Beby." ucap Ve sambil mengusap lengan suaminya. Devan menatap Ve. "Kenapa?"
"Lupakan. Kamu kerja kan? Yuk, aku buatin sarapan." ucap Ve lalu menarik tangan Devan menuju ruang makan.
"Nona!" teriak Beby saat melihat punggung Shania. Shania menoleh lalu melotot. "Kenapa lo ngikutin gue sih? Dan kenapa lo pake motor? Motor siapa? Nyolong?" semprot Shania.
"Nona, naik."
"Gak mau! Gue bilang kan gak mau!" jawab Shania lalu kembali berjalan kaki. Karena geram, Beby menepikan motornya lalu mengejar Shania.
"Nona, berangkat sama saya." ucap Beby sambil menarik tangan Shania. "Hih! Napa lo pegang-pegang? Sana!" ucap Shania menghempas tangan Beby. "Denger ya, gak ada yang ngizinin lo megang tangan gue, oke?" ucap Shania sinis.
Beby menghela nafasnya. "Nona, ini perintah Tuan besar. Ayo, saya tidak ingin Nona kenapa-napa." jawab Beby dengan sabar.
"Gue akan baik-baik aja! Gue berangkat sama Mario! Udah sana lo berangkat aja."
Beby mengerutkan dahinya. "Tuan bilang kan semalam siapa Mario itu? Nona tidak takut Mario akan mencelakai Nona?"
"Denger ya my FUCKING protector, gue gak apa-apa! Mario baik. Udah sana!" ucap Shania sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
YOU ARE READING
Your Protector [Completed]
FanfictionDari awal dia tidak menerima kehadirannya di sini. Menurutnya, kehadiran seseorang yang sering disebut ayahnya Bodyguard itu membuat dirinya risih karena tidak nyaman, kemanapun ia pergi, sang bodyguard itu pun juga akan di belakang gadis itu. 29/12...