"What the...." ucapan Shania terputus karena melihat pemandangan yang ada di depannya. Begitupun dengan Mario. Ia sama seperti Shania, kaget dengan pemandangan yang ada di depannya. "Len, lo gak serius kan?" batin Mario.
Shania yang melihat pemandangan itu langsung menggebrak pintu. Beby menoleh dan betapa kagetnya saat melihat Nona mudanya menatapnya dengan penuh kebencian. "Lo apa-apaan sih? Lo memalukan tau gak!"
Beby mematung lalu menatap Elaine tajam. "Maksud lo apa?" ucap Beby setenang mungkin.
"Lo!" Shania menarik baju Beby kasar lalu menatapnya tajam. "Itu apa? Apa maksud lo sialan? Lo tau gak? Lo mempermalukan gue sama keluarga gue!"
"Nona, ini tidak seperti yang Nona lihat. Saya dan d-"
"Gue gak nyuruh lo jawab! Gue bakal laporin ini semua ke papa. Jangan harap lo bisa di ampuni sama papa kali ini." ucap Shania tersenyum sinis lalu meninggalkan Beby dan Elaine.
Beby menatap Elaine tajam. "Maksud lo apa? Lo tau gak lo mengancam pekerjaan gue! Sial!" umpat Beby lalu meninggalkan Elaine yang sedang tersenyum sinis. Mario mendekat lalu menggenggam lengan Elaine. "Maksud lo apa sialan? Kenapa lo cium dia? Kan lo tau, dia itu-"
"Perempuan? Haha, Mario lo bodoh ya? Gue ngelakuin itu buat ya itu, cewek bodoh itu bakal ngadu ke bokapnya, bokapnya mecat Beby. Dan keamanan keluarga mereka terancam. Cemerlang kan ide gue?" jelas Elaine sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Tapi gak gitu juga! Lo bikin gue shock setengah mati tau gak?!" jawab Mario sambil mengusap wajahnya frustasi.
"Nona!" panggil Beby saat melihat punggung Shania. Ia mempercepat langkahnya lalu menahan bahunya. Shania menoleh lalu mendelik.
"Apa? Mau apa lo? Minta pengampunan? Denger ya my fucking protector, gue bakal laporin semua ini ke papa dan lo bakal di pecat. Lo tau? Hidup gue bakal damai setelah kepergian lo."
Beby menghela nafasnya. "Nona, ini tidak seperti yang Nona lihat. Percayalah."
"Buat apa gue percaya sama lo? Gue gak peduli. Mau sengaja atau gak di sengaja, gue gak peduli. Intinya gue bakal laporin semua ini ke papa." jawab Shania lalu kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
"Tuh muka nape di tekuk kek baju?" tabya Nabilah saat Shania masuk ke kelasnya.
"Bad mood gue." jawab Shania dingin.
"Bad mood kenapa? Eh, itu Beby." ucap Gaby sambil melirik Beby yang sedang berjalan mendekat ke arah Shania.
Beby langsung berlutut di depan Shania. Seketika pandangan tertuju pada Shania dan Beby. Begitu juga dengan Jeje, Nabilah dan Gaby. Mereka menatap Shani dan Beby bingung.
"Nona, saya mohon. Jangan laporkan semua ini ke Tuan besar. Saya mohon." ucap Beby sambul menunduk. Shania menatap punggung Beby tidak peduli. Karena tidak ada jawaban, Beby kembali memohon sampai Shania menggebrak meja dan menatapnya lekat-lekat.
"Denger ya, lo mau mohon sama gue kaya gimana pun gue gak bakal cabut kata-kata gue. Gue bakal tetep laporin lo ke papa."
"Nona, saya mohon. Jangan. Saya tidak mau membuat Tuan besar marah. Saya tidak mau mengecewakan Tuan besar."
"Gue mau. Terus gue harus apa?" jawab Shania acuh.
"Ada apa ini ramai-ramai?" tanya seorang guru yang bernama bu Uty. Seketika gerombolan yang memperhatikan adegan antara Shania dan Beby bubar. Begitu juga dengan Beby, ia kembali ke tempat duduknya.
"Shan, kamu itu seperti ombak. Kamu dekat, namun sulit untuk digapai." gumam Beby.
*****
"Bebyyyy!" panggil Elaine lalu melingkarkan tangannya di lengan Beby. Beby berhenti melangkah lalu menghempaskan tangan Elaine kuat-kuat.
YOU ARE READING
Your Protector [Completed]
FanfictionDari awal dia tidak menerima kehadirannya di sini. Menurutnya, kehadiran seseorang yang sering disebut ayahnya Bodyguard itu membuat dirinya risih karena tidak nyaman, kemanapun ia pergi, sang bodyguard itu pun juga akan di belakang gadis itu. 29/12...