"Iya Bu, iya...paham Ibu." jawab Shania malas-malasan.
Benar apa kata Beby semalam, ia tidak akan selamat hari ini kalau ia tidak belajar semalam. Dan ternyata benar, ia di panggil ke ruang guru dan di ceramahi oleh bu Nadila selaku guru Matematika.
"Kamu dengar apa yang saya ucapkan Shania? Hey, yang lain nilai di atas rata-rata, sedangkan kamu? Astaga...." bu Nadia mengusap wajahnya frustasi.
Bu Nadila menumpuk beberapa buku Matematika lalu membantingnya ke atas meja.
Brak!
"Ini semua, kamu kerjakan. Ibu tidak mau tau dan tidak ada alasan besok kamu harus bawa!" perintah bu Nadila.
Shania mendengus kesal. "Sebanyak ini Bu? Saya mana bisa."
"Be la jar! Paham? Kembali ke kelas!" perintah bu Nadila.
Shania menghela nafasnya lalu membawa beberapa tumpukan buku Matematika yang di berikan oleh Bu Nadila tadi secara malas-malasan. Sesampai di luar pintu seketika tangan Shania kosong. Ia menatap kedepan, ternyata Beby sudah mengambil alih tumpukan-tumpukan buku yang ada di tangannya.
"Bu Nadila, bilang apa?" tanya Beby mengikuti langkah Shania dari belakang.
"Gak tau." jawab Shania singkat.
"Saya serius Nona, lalu, buku-buku ini untuk apa?" tanya Beby.
Shania memutar tubuhnya, Beby langsung menghentikan langkahnya. "Bisa diem gak? Itu buku gue di suruh kerjain. Jadi, di ambil alih sama lo. Oke? Lo kerjain, besok lo bawa. Gak ada tapi-tapian dan gak ada penolakan!" ucap Shania panjang lebar.
Beby menggeleng. "Tidak bisa Nona, saya sudah berjanji pada Nyonya tidak akan mengerjakan tugas-tugas Nona lagi, saya akan mengajari Nona pulang sekolah nanti." jawab Beby tenang.
Shania mendengus lalu melanjutkan langkahnya untuk kembali ke kelas. Ia tidak peduli. Mood-nya sedang berantakan.
Sesampainya di kelaspun juga begitu, ia hanya menelungkupkan wajahnya di tangannya lalu memejamkan matanya. Shania sama sekali tidak peduli dengan penjelasan yang di berikan oleh guru Bahasa Indonesia, pak Angelo.
Brak!
"Shania! Ini kelas, bukan rumah Nenek!" teriak pak Angelo sambil menggebrak meja Shania.
Nabilah yang duduk di sampingnya hanya bisa mencolek bahu Shania yang sedari tadi tidak bangun meskipun sudah di gebrak mejanya oleh pak Angelo.
"Shania!" teriak pak Angelo.
"Ck, apa sih? Berisik banget. Gue ngantuk. Sakit perut. Serius deh, kalo mau bercanda nanti aja." jawab Shania masih dengan mata terpejam.
Pak Angelo berkacak pinggang lalu dengan satu tangan mengangkat air mineral yang ia ambil dari meja sbelah Shania tadi lalu menuangnya ke kepala Shania. "Bangun! Ini sekolah!"
Shania melonjak kaget saat merasakan ada air yang menetes di tubuhnya. "Huaaaa basah!!"
"Kamu, ke ruang saya nanti pulang sekolah!" ucap pak Angelo tegas lalu ia kembali melanjutkan materinya.
Nabilah yang di sebelah Shania hanya bisa cekikikan. "Napa lo tawa-tawa? Seneng liat gue basah gini? Bukannya di bangunin!" ucap Shania sambil menginjak kaki Nabilah.
"Lo tadi udah gue colek-colek Shan, lo gak bangun-bangun. Emang kenapa sih lo kayanya lesu banget?" tanya Nabilah dengan dahi berkerut.
"Lagi datang bulan Bil, bawaannya males. Sakit perut. Pusing pula." jawab Shania lalu kembali menelungkupkan wajahnya di tangan.
YOU ARE READING
Your Protector [Completed]
FanfictionDari awal dia tidak menerima kehadirannya di sini. Menurutnya, kehadiran seseorang yang sering disebut ayahnya Bodyguard itu membuat dirinya risih karena tidak nyaman, kemanapun ia pergi, sang bodyguard itu pun juga akan di belakang gadis itu. 29/12...