Sisa-sisa memar di bagian belakang tubuh Beby masih terlihat sangat jelas padahal sudah hampir 24 jam Tuan besarnya mengukir tanda itu. Beby mengusapnya pelan lalu mendesah. "Selalu saja, kapan dia bisa menurut padaku? Setidaknya tidak membuat masalah." gumamnya lalu memakai baju seragam sekolahnya.
Beby sudah berdiri di dekat mobil lengkap dengan hodie yang menutupi kepalanya. Ia selalu seperti ini karena ia harus membukakan pintu untuk Nona mudanya. Shania muncul dari balik pintu, lalu dengan cepat Beby mengambil tas Nona mudanya lalu membukakan pintu untuknya. Setelah mengitari mobil, Beby duduk di balik kemudi lalu menjalankan mobilnya menuju sekolah.
"Berhentiin gue disini!" ucap Shania. Beby menoleh sebentar lalu kembali menatap jalanan. Karena tidak mendapat jawaban dari Beby, Shania menatap Beby geram. "Heh! Denger gak? Turunin gue disini!"
Beby mendesah lalu menepikan mobilnya di pinggir jalan, tetapi dengan cepat ia memencet tombol lock untuk kaca dan pintu. "Lah? Kok di kunci? Buka gak?!"
"Maafkan saya Nona, saya tidak bisa." jawab Beby lalu kembali melajukan mobil menuju sekolah.
"Gue bilang berhenti, ya berhenti! Lo punya kuping gak sih?" teriak Shania lagi. Beby tidak menjawabnya. Karena kesal, Shania memukuli tubuh Beby. "Berhenti gak! Kalo gak berhenti gue bakal terus pukul lo!" ucap Shania terus memukuli tubuh Beby, Beby tidak merespon sedikitpun karena pukulan Shania tidak berarti apa-apa di kulitnya.
"Woy! Lo denger gak sih? Berhenti gak!" ucap Shania lagi.
Beby menginjak pedal rem secara mendadak.
Ciiiit
Bruuuk!
"Aw!" pekik Shania. "Lo bisa nyetir gak sih? Dasar pengawal gak becus! Balik aja sana lo kerumah!" ucap Shania tanpa sadar membuat hati Beby memanas. Beby menatap Shania tajam, lebih tajam dari tatapan-tatapan sebelumnya. Karena di tatap seperti itu, Shania menjauhkan tubuhnya. Takut. Ya, Beby tidak pernah menunjukkan tatapan itu pada siapapun. Ini pertama kalinya.
"Tugas saya menjaga Nona, tolong. Sekali saja. Menurutlah. Apa Nona tidak kasihan pada saya?" ucap Beby menatap Shania melembut. Shania yang tadi menahan nafasnya langsung kembali seperti semula. "Buat apa gue nurut sama lo pengawal? Yang ada lo yang nurut sama gue! Gak ada kamusnya majikan nurut sama bawahan. Ngerti?" jawab Shania.
"Saya tanya, Nona ingin turun karena apa?" tanya Beby dingin. "Gue gak betah disini. Oke?"
"Tuan akan marah besar pada saya jika saya tidak menjaga Nona." jawab Beby. "Gue gak peduli! Itu urusan lo. Bukan urusan gue."
"Saya melakukan ini demi keselamatan Nona, Nona tidak tahu bahwa bahaya disana sedang mengintai Nona. Nona tidak tahu akal busuk dari Farish grup. Oke?" jelas Beby. Tanpa menunggu jawaban Shania, Beby kembali menancap gas menuju sekolah.
Karena lelah bertengkar, akhirnya Shania memilih diam. Tanpa ada percakapan sama sekali di dalam mobil. Bahkan tidak ada alunan musik di dalam mobil. Hening.
Sesampai di sekolah, dengan cepat Beby keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Nona mudanya. Setelah mengkunci mobil dan mengambil tas Nona mudanya, Beby mengikuti Nona mudanya dari belakang. Dan tentu dengan jarak 10 meter dari Nona mudanya.
"Gue mau ke kantin." ucap Shania dingin. Beby mengikuti Shania dari belakang. Namun, langkahnya terhenti saat Shania berhenti dan berbicara dengan laki-laki yang tidak asing lagi di mata Beby. Itu...Mario. Orang yang mencium Shania beberapa hari yang lalu. Dengan cepat, Beby mendorong tubuh Mario untuk menjauh.
"Ada masalah apa lo?" tanya Mario menatap Beby kesal.
"Lo apa-apain sih?" ucap Shania menatap Beby tajam. "Maaf Nona, Nona tidak boleh dekat-dekat dengan pria ini. Perintah Tuan." jawab Beby.
YOU ARE READING
Your Protector [Completed]
Fiksi PenggemarDari awal dia tidak menerima kehadirannya di sini. Menurutnya, kehadiran seseorang yang sering disebut ayahnya Bodyguard itu membuat dirinya risih karena tidak nyaman, kemanapun ia pergi, sang bodyguard itu pun juga akan di belakang gadis itu. 29/12...