"Beb...." panggil Shania.
Beby yang sedang sibuk dengan resep yang ada di depannya menoleh sebentar lalu kembali mengamati resep yang ada di ponselnya. Ya, mereka berdua berencana untuk membuat kue. Walaupun Beby merasa akan gagal.
Shania geram lalu mengambil secarapaksa ponsel dari tangan Beby. "Lo tuh ya. Nganggap gue nggak ada ya? Kan ada gue. Gue bisa kok bikin kue." ucap Shania ketus.
Beby menggaruk belakang kepalanya lalu menggulung lengan kemejanya sampai siku. "Yaudah. Kalau begitu, di mulai saja sekarang Non- eh Shania."
Shania melotot lalu melepas kancing-kancing kemejanya. Beby yang melihat itu langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ia mencoba untuk tidak melirik ke arah Shania. "Shania bodoh! Kenapa harus...rrr...." batin Beby frustasi.
Sedangkan Shania hanya tertawa melihat wajah Beby yang langsung menegang saat Shania membuka satu persatu kancing kemejanya. Shania melepas kemejanya yang hanya meninggalkan kaos putih polosnya lalu mengikatnya di pinggang. Ia memutar ke belakang snapbacknya. "Yuk! Kita bikin kue."
Beby menoleh ke arah Shania. Beby langsung speechless melihat style dari Shania. Keren, pikir Beby. Ia tersenyum. Walaupun Shania berpenampilan tomboy seperti itu, Shania tetap terlihat cantik.
"Mm, yuk."
Mereka mulai menyibukan dirinya dengan resep-resep serta bahan-bahan kue yang sudah mereka siapkan dari rumah. Sesekali Shania memarahi Beby karena salah menuang bahan. Shania meminta gula halus, bukan gula pasir. Dan berakhir Shania mencoret wajah Beby dengan tepung. Awalnya Beby hendak membalas Shania, namun mendapat tatapan tajam dari Shania,Beby mengurungkan niatnya.
Beby berhenti sejenak sambil memandangi punggung Shania yangmenurutnya indah untuk di pandang. Ingin sekali ia mendekap Shania dari belakang dan melindunginya dari segala bahaya yang datang. Namun, Beby tidak mau mengambil resiko. Lebih baik diam daripada Shania menjauh dari hidupnya. Ia menarik sudut bibirnya secara berlawanan. Beby membayangkan kalau suatu hari nanti ia bangun pagi dan akan mendapat pemandangan seperti ini. Beby menggelengkan kepalanya.
Shania yang melihat Beby hanya diam di belakangnya mendekat lalu mencolek tepung dan menempelkannya ke pipi Beby.
"Shan?!" geram Beby.
Shania hanya mengangkat bahu acuh. "Ya abis lo bengong aja. Gak mau bantuin?"
Beby mengangguk lalu kembali membantu Shania. Darah Beby berdesir saat tangan Shania menyentuh tangannya untuk mengajarinya bagaimana cara mengaduk adonan dengan benar. Mendadak, pandangan Beby tidak fokus. Ia menahan nafasnya karena wajahnya dan wajah Shania sangat dekat. Sampai-sampai Beby bisa merasakan hembusan nafas hangat Shania. Mata Beby tertuju pada bibir Shania dan ia langsung menelan ludahnya susah payah.
"Jangan. Jangan gila." batin Beby.
Shania mengangkat kepalanya dan pandangan mereka saling terkunci. Mendadak jantung Shania berdetak sangat cepat. Kakinya melemas sertapipinya memanas. Mata hitam pekat Beby yang menurutnya indah benar-benar menghipnotis Shania. Ingin mengalihkan pandangannya, tetapi Shania tidak sanggup. Perlahan, Beby mendekatkan wajahnya ke arah Shania.
Deg
Deg
Deg
"Jantung sialaan!!!" batin Shania.
Beby mulai memejamkan matanya. Reflek, Shania ikut memejamkan matanya dan menunggu akan terjadinya sesuatu.
1 detik....
2 detik....
5 detik....
Shania merasakan sentuhan di pipinya. "Kotor. Ada cokelatnya." bisik Beby. Shania membuka matanya dan entah mengapa Shania merasa kecewa. Beby kembali sibuk dengan adonan yang sudah di buat Shania tadi. Namun, Shania masih diam memikirkan kenapa ia harus kecewa. Memangnya ia berharap apa tadi saat Beby mendekatkan wajahnya?
YOU ARE READING
Your Protector [Completed]
FanfictionDari awal dia tidak menerima kehadirannya di sini. Menurutnya, kehadiran seseorang yang sering disebut ayahnya Bodyguard itu membuat dirinya risih karena tidak nyaman, kemanapun ia pergi, sang bodyguard itu pun juga akan di belakang gadis itu. 29/12...