"Oppa Im So Tears"

858 74 3
                                    

"Aaaa... kau sangat imut"'Deg....'
Jimin memeluk ku??,tolong, tolong aku. aku tak bisa bernafas sekarang.

"Opp-a"ujarku.

"Ah,m-mianhae,oppa tadi refleks ... ah iya refleks"jimin terlihat gugup. apa dia,ah fikiranku terlalu berlebihan.

.
.
.
.

Kami berdua sama sama diam dan suasana sangat hening hinga ketikan ponselku terdengar. Aku tiduran di ranjang rumah sakit sambil bermain ponsel,begitupun jimin yang nampak membaca novel yang tersedia. Tapi terkadang aku menangkapnya sedang bercuri curi pandang padaku.... oh apa dia mulai menyukaiku karna aegyo ku. ah, jika begitu aku akan memberinya aegyo setiap hari. Dan sekarang aku malah melamun dan memikirkan, jika aku berpacaran dengan jimin, dan aku melakukan aegyo dengan nya tapi itu mustahil,huh. Namun ku lihat appa dan eommaku mulai masuk ke ruangan ini.

"Appa, kenapa lama sekali?"tanyaku yang masih berusaha memperbaiki bayanganku tadi. Tapi appa dan eomma malah duduk di sofa dan melamun, dari wajahnya terlihat sekali aura kesedihan, apa yang dokter itu katakan pada mereka??,apa sakitku ini parah?

Lalu ku lihat jimin mulai mendekati mereka.
"Waegurae??"tanya jimin yang mulai ikut duduk di dekat mereka,aku merasa terpojokan sekarang.

"Appa,waeyo???"jimin bertanya lagi namun tetap tak ada jawaban sama sekali, mereka masih sibuk dalam lamunan nya masing masing.

"Waegurae?"tanya jimin pada eomma ,dan hasilnya sama saja ,mereka masih bungkam,ini membingungkan.

"WAEGURAE"bentak jimin, aku menatap itu tak percaya, karna dari awal hidupku aku tak pernah sekalipun melihat jimin membantah appa dan eomma apalagi membentak,oke ini mulai membosankan.

Appa menatap jimin sejenak lalu menyeretnya keluar, Ah! jimin akan di apakan,apa dibunuh? di pukuli? di buang? Ah fikiranku mulai gila sekarang. "Eomma?"ku coba bertanya pada eomma yang masih tinggal di ruangan ini.

Tapi eomma hanya menatapku kasihan ,ada apa ini?

"Waegurae"tanyaku.

"Aniyo,eomma hanya lelah"ujar eomma dengan nada yang di santai santaikan. "Tapi,kenapa-"

"jangan di fikirkan,istirahatlah saja"eomma mulai pergi meninggalkan ku,oke ini menyebalkan. Aku kembali tidur dan memikirkan jimin lagi.

"Apa yang appa lakukan pada jimin ya??"gumamku.

Aku mengambil ponsel dan mulai membuka galeri foto,aku tersenyum sendiri saat melihat foto jimin saat makan tteboki ,wajahnya terlihat sangat merah ... oh dan matanya sampai tak terlihat sama sekali terkena lengkungan pipinya ,sungguh menggemaskan. Aku mengesernya lalu melihat foto jimin yang sedang tertidur,perlu kalian tahu aku selalu mengambil foto jimin diam diam atau lebih tepatnya aku seorang penguntit ,maka dari itu aku selalu melarang jimin melihat barang barangku ,karna hampir semuanya ada kata jimin di dalamnya ,seperti bantal,buku,tempat pensil,lemari dan juga tentunya ponsel.

"Suatu saat aku ingin melihat ia bangun dari tidurnya dan melihatku sebagai orang pertama yang dia lihat setiap harinya dan selamanya,aku ingin selalu di sisimu oppa"aku mengelus foto jimin dan tersenyum sendiri. Aku kembali menggesernya lalu saat ini juga mataku terasa panas dan pipiku serasa basah.

"Choi sulli,betapa beruntungnya kau"aku mengusap usap foto sulli dalam poselku,di sana terpampang foto jimin dan sulli sedang duduk berdua di taman sambil meminum bubble tea ,entah mengapa aku sangat ingin menyimpan foto ini walau menyakitkan-bahkan sangat-.

Oh iya aku melupakan sulli,perlu kalian tahu sulli adalah tunangan jimin ,dia yeoja yang cantik bahkan sangat,cerdas,kaya,dewasa,dan dia seumuran dengan jimin lalu yang pasti tak ada hubungan darah antara mereka berbeda denganku yang notabene hanyalah adik kandung seorang park jimin.

"Sepertinya benar. Aku tak akan bisa memilikimu,Selamanya"aku mulai menahan isakan ku agar tak keluar tapi hasilnya nihil,karna isakanku terlalu memaksa ,hingga aku mulai menangis dengan kencang,tapi beruntungnya ruangan ini kedap suara ,hingga tak akan ada yang mendengarku kecuali tuhan.

"Semoga di kehidupan selanjutnya kita tak di lahirkan sebagai kakak adik"ujarku bergetar. Aku mendengar derap kaki seseorang yang sepertinya akan menuju ruangan ini,dengan segera aku menghapus kasar air mataku dan mulai pura pura tertidur.

"Joy-ah bertahanlah kita akan mengusahakan kesembuhanmu semampu kita"ujar jimin,aku yang hanya pura pura tidur dengan jelas mendengar itu.

"Gwenchana ,aku akan selalu ada di sisimu"jimin mulai mengelus lembut kepalaku dan pergi begitu saja.

*********

Aku masih terdiam sambil melamun,aku memfikirkan apa penyakit ku dan juga apa yang terjadi padaku saat ini,apa penyakitku parah? melihat wajah frustasi orang tuaku dan nada bicara jimin yang prihatin,membuatku berfikir keras apa penyakitku.

'Kriettttt'

Sontak aku menoleh ke arah pintu dan mendapati jimin yang sedang tersenyum manis padaku,ah aku serasa terbang. "Oppa"sambutku riang.

"Kau sudah bangun"jimin meletakan sebuah bungkusan pada meja di sebelah ranjangku. "Apa ini??"tanyaku antusias.

"Jeng, jeng, jeng"jimin mengeluarkan isi bungkusan nya.

"Whoa,daebak Red velvet dan whoa,choco velvet"aku menunjuk nunjuk kue yang di pengang jimin.

"Kau mau?"tanya jimin,pertanyaan macam apa itu??

"Tentu,memangnya kalau bukan untuk ku ,lalu itu untuk siapa?"aku mempoutkan bibir ku. "Jangan di poutkan nanti ku ciu-,eh i-ni untukmu"jimin malah meninggalkanku yang terpaku di ranjang,apa tadi? Dia bilang akan menciumku? yah meski kata katanya tak di lanjutkan tapi aku tahu maksudnya,memikirkan itu pipiku langsung terasa panas.

"Ah,cinta memang luar biasa"aku mulai memakan red velvetku dengan ceria ,juga tak lupa menggigit sedikit choco velvetku.

Aku memakan kue ku hingga gigitan terakhir yang terasa berkesan bagiku ,karna kue ini dari jimin ,pangeran cintaku yang telah dimiliki. "Haus"aku melangkahkan kakiku menuju luar ruangan berniat membeli minuman,namun langkahku tiba tiba terhenti kala melihat seorang yeoja sedang menangis tersendu sendu di pinggir koridor rumah sakit.

"Anyeonghaseo"ujarku pada yeoja itu,tapi dia malah menatapku datar,ah sombong sekali anak ini.

"Anyeong,Joy iminda"aku mengulurkan tangan tapi yeoja itu malah menengok ke kanan dan kiri. Aku mengarahkan tanganku tepat di depan wajahnya,namun dia malah tersenyum. "Mian ... aku buta,aku tak tahu dimana kau"Mwo,tapi yeoja ini terlalu cantik untuk jadi seorang tuna netra ,yeoja itu mulai menjabat tanganku,jujur aku mulai merasa tak enak padanya.

"Ah-mianhae,jeongmal ... mianhae,aku hanya ingin berkenalan"aku melihat dia mulai tersenyum tulus ...dan berfikir apakah yeoja ini punya dua kepribadian. "Siapa namamu?"tanyaku.

"Kyrstal iminda"dia membungkukan badanya.

Wah ... bahkan namanya sangat bagus,sepertinya dia berasal dari keluarga kaya.

"Ah,krystal-ssi. Joy iminda"aku mengoyangkan tanganya dan dia tersenyum,ah sungguh manis.

"Kau,sangat cantik"ucapku kagum dan kami pun duduk berdua di koridor.

"Heol! jinjja?"tanyanya.

"Iya bahkan kau lebih cantik dariku"jawabku.

"Ah,aku bahkan tak bisa melihat wajahku sendiri,tapi orang orang juga bilang kalau aku cantik dan aku yakin kau juga sangat cantik"krystal tersenyum tulus,sungguh sayang dia tak bisa menikmati wajah cantiknya.

"Hehehe,oh iya berapa umurmu??"tanyaku.

"17tahun,kalau kau?"ah,aku bahkan mengangapnya masih berusia 13tahun.

"17tahun,kita seumur"ujarku ceria.

"Ne,bisakah kita berteman?"tanya nya ragu ragu.

"Tentu"jawabku mantap.

"Akhirnya aku punya teman ... gomawo Joy,kau teman pertamaku"krystal tersenyum tulus padaku ,ah ralat dia menatap lurus seolah ada aku disana.

Tbc.

*Afteredit*

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang