"KillJoy"

674 56 0
                                    

"Joy! Kemarilah" jimin memanggil Joy yang tengah berada di dapur,membuat coklat panas untuk nya dan Sulli.

"Ne,sebentar" Teriak Joy.

Jimin menatap gaun putih itu dengan bangga,ia membayangkan bagaimana cantiknya jika Joy menggunakan gaun ini.
Joy tiba tiba berada di hadapan Jimin dan Sulli dengan membawa Nampan yang berisi tiga buah Cokelat panas.

Joy membagi rata gelas cokelat itu dan menggambil posisi duduk di samping Jimin. Dalam posisi ini,Joy menyadari jika ia berada pada posisi yang paling menyakitkan. Dimana dia yang mencintai Jimin,namun Jimin malah mencintai Sulli,semua berjalan beriringan layaknya sebuah takdir yang terus berputar. Tak ada guna lagi bagi Joy untuk berharap bahwa suatu saat Jimin akan memilihnya.

"Kau sudah minum obatmu?" Tanya Jimin menggagetkan lamunan Joy. Joy hanya mengganguk lemah. Toh.. tidak akan ada efek apapun jika dia meminum obat itu, cepat ataupun lambat ia juga akan mati. Jadi... ia sama sekali tak meminum obat itu.

"Oh ya,cobalah ini" jimin memberikan gaun putih itu pada Joy.

"Untuk apa?" Joy menggangkat alisnya binggung.

"Itu gaun untukmu,tadinya itu adalah gaun pilihan Sulli. Tapi karna itu kebesaran dan ukuran nya terlalu pendek untuk ukuran seorang pengantin. Jadi.. gaun itu untukmu" Jimin menyerahkan gaun itu pada Joy. Yeoja itu hanya menerimanya dan memberi sebuah tatapan pada Sulli yang tengah menatapnya dengan tatapan penuh arti. Joy tidak ingin kalah kali ini.

"Baiklah aku akan mencobanya" Joy bangkit dari posisinya,menuju kamarnya berniat segera mencoba gaun cantik itu.

********

Malam ini,Joy tengah berkutat dengan buku gambarnya. Ia nampak sedang menggambar sesuatu. Rasanya lama sekali dia tak menjamahi buku gambar ini. Sebuah buku gambar yang menjadi sebuah harapan yang tak akan terwujud. Sebuah buku gambar yang mampu membuat seorang Park Joy,mampu berhayal apapun tentang ia dan Jimin. Menghayalkan sebuah hal yang teramat salah jika di bayangkan oleh Joy. Dan sekali lagi,Joy tahu betul jika hal itu Salah. Namun jangan terlalu menyalahkan Joy dalam hal ini,Jimin pun ikut turut andil dalam permasalahan ini,dimana ia selalu memberi perhatian lebih pada Joy,ia selalu mengutamakan Joy dalam hal apapun,dan selebihnya. Jadi tak heran jika benih benih Cinta itu mulai tumbuh di hati Joy. Dan mengikis sebuah kepercayaan.

Joy terus menggerak kan tangan nya seiring irama dari otak nya yang sedang menyarankan nya untuk menggambar sebuah sketsa tentang Dirinya yang sedang duduk berdua dengan jimin di sebuah bangku taman yang di penuhi oleh bunga Tulip berwarna hijau. Entahlah,mungkin itu sebuah fantasi terpendam darinya. Ia sangat ingin duduk berdua saja dengan jimin di taman itu. Ia sangat ingin Jimin menyatakan perasaan nya saat itu. Ia sangat ingin agar ia bisa bersama dengan jimin saat itu. Dan dia ingin....

...... berhenti mencintai Jimin saat ini.

'Tes'

'Tes'

'Tes'

Joy memejamkan matanya erat erat. Membiarkan buliran demi buliran itu terus mengucur pada pipinya,dan membasahi sketsanya yang masih belum selesai sepenuhnya.

Joy membuka lacinya dan menggambil sebuah kotak disana. Ia mulai membukanya,dan nampaklah berpuluh puluh obat yang tengah berjajar rapi pada tempar itu. Memang,sedari ia mengetahui jika sebenarnya ia mengidap penyakit itu,Joy memang tak pernah sekalipun meminum obatnya. Entah karna apa,namun Joy sangat ingin tahu sampai mana dia bisa bertahan tanpa apapun dengan kedua penyakit gila ini.

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang