BAB VI : THE WEDDING

5.6K 429 10
                                    


"Jadi Bapak Ibu mertuamu merestui mereka?" tanya Malika sambil mengaduk-aduk cappucinonya.

"Tidak juga," jawab Niken, kemudian menyesap ekspressonya.

Minggu pagi ini, mereka bertiga ditambah Aga, suami Malika, berkumpul di "The Coffe", kedai kopi favorit mereka. Dan topiknya masih yang sama dalam bulan ini, Heri dan Iva, selingkuhannya.

"Lho, kog mereka akhirnya bisa menikah?" tanya Malika heran.

"Mereka tidak merestui juga tidak melarang, begitu ceritanya," Niken menjelaskan lebih detail lagi.

"Digantung?" tegas Malika penasaran.

"Begitulah," sahut Niken.

"Kasihan kalau digantung begitu," cetus Aga. Malika langsung mendaratkan cubitan ke pinggang suaminya.

"Apa sih, Sayang?" omel Aga sambil mengusap pinggangnya.

"Kog kasihan? Kan mereka kurang ajar sama Niken," protes Malika gemas.

"Lho, tidak direstui, artinya mertua Niken tidak memberikan doa yang baik kepada mereka. Apa enaknya menikah tanpa doa orang tua?" kata Aga memberikan argumentasinya.

"Lah biar aja, mereka memang salah kog!" seru Malika jengkel.

"Ya tapi kan calon anak yang di perut Iva nggak salah, kan? Kasihan anaknya kalau orang tuanya nggak direstui kakek neneknya," sahut Aga.

"Jadi mereka menikah hari ini?" tanya Rendy, menyela diskusi panas antara Malika dan suaminya itu.

"Ya," jawab Niken malas.

Lebih seru menikmati diskusi panas suami istri di depannya ketimbang harus mengingat kembali bahwa hari ini suaminya dan Malika akhirnya menikah.

"Anak-anak ikut menghadiri?" Rendy bertanya lagi, seolah-olah tidak mengetahui bahwa sahabatnya sedang malas membahas masalah ini.

Niken menggelengkan kepalanya. "Mereka di ajak mertuaku ngemall, mumpung lagi libur," lanjut perempuan berambut coklat itu.

"Lho, anak-anak belum dikasih tahu kalau akan ada ibu dan adik tiri dalam hidup mereka?" tanya Rendy terkejut.

"Itu urusan Mas Heri. Dan kayaknya dia belum bicara ke anak-anak," jawab Niken tak peduli.

"Bukannya kamu juga harusnya bicara ke anak-anak?" Rendy kembali mengejar Niken.

"Perjanjiannya, Mas Heri yang menjelaskan ke anak-anak tentang apa yang terjadi," Niken masih bersikukuh terhadap pendiriannya.

Rendy menghela napas. "Dia tetap ayahnya anak-anakmu, Nik. Jangan buat dia jadi sangat buruk di mata anak-anak," Rendy mencoba menjelaskan.

"Memang selama ini aku seperti apa, sih? Selalu menutupi setiap kealpaan yang dibuat olehnya di depan anak-anak! Apa itu kurang, Ren? Apa aku salah kalau sekarang aku sudah tidak mau lagi melakukannya?" histeris Niken mengatakan itu semua, suaranya menggema, cukup membuat kedai kopi yang lumayan ramai ini menjadi senyap sebentar.

Malika menyentuh tangan Niken pelan, menenangkan hati sahabatnya yang saat ini buruk lagi karena pernyataan Rendy.

Keempatnya senyap di sudut kedai kopi itu, membiarkan beberapa pengujung menatap mereka dengan penuh perhatian.

"Kalau mertuamu tidak merestui, lalu Heri ditemani siapa sekarang?" tanya Aga memecah kesunyian diantara mereka yang tercipta tadi.

Niken mengangkat bahunya. "Mas Pras cerita kalau dia dan Mbak Vira yang menemani Mas Heri melamar Iva ke orang tuanya. Mungkin juga sekarang mereka yang menemani," jawabnya.

Revenge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang