BAB VII : INTERFERENCE

5.4K 401 4
                                    


Dua minggu setelah pernikahan, Heri belum juga kembali dari bulan madunya bersama Iva. May dan Nay sudah gelisah mempertanyakan kehadiran ayah mereka. Memang suami Niken sering tidak ada di rumah, tetapi tidak sampai dua minggu berturut-turut seperti ini, biasanya hanya dua atau tiga hari kemudian ada di rumah sepanjang minggu, baru pergi lagi dua tiga hari.

"Bunda, Ayah kog belum pulang?" tanya Nay, si bungsu ketika ibunya sedang asyik menguleni kulit pie untuk Apple pie. Setelah beberapa hari memberikan kue-kue hasil masakannya kepada kedua sahabatnya plus Aga, banyak teman kantor mereka yang order kue kepadanya.

Niken menghela napas. Rasa kesalnya kembali merayapi hatinya. Berkali-kali dia kirim pesan WA dan BBM kepada suaminya itu untuk paling tidak menelpon anak-anak mereka, dan sejauh ini tidak ada tanggapan. Dan kiri apa yang dia takutkan terjadi, anak-anak mulai mempertanyakan ketidakhadiran bapaknya.

"Mungkin Ayah masih sibuk kerja," jawab Niken pada akhirnya. Tidak tahu harus memberi jawaban seperti apa.

"Masak sampai lama begini belum juga pulang," keluh Nay.

"Kenapa Nay nggak coba telpon Ayah?" saran Niken akhirnya.

"Ayah nggak ngangkat," Nay menjawab seraya menundukkan kepalanya.

"Oh ya? Mungkin saat itu Ayah sedang kerja," jawab Niken menghibur.

Dasar menyebalkan! Apa sih susahnya menelpon anak-anaknya? Memang bulan madu macam apa sampai tidak sempat membalas telepon anaknya? Gerutu Niken dalam hati.

"Mungkin," sahut Nay lesu.

"Nanti malam ya, coba kita telpon Ayah lagi," kata Niken mencoba membesarkan hati putri bungsunya itu.

"Óke, Bunda!" seru Nay sedikit terhibur.

"Sekarang, siap-siap buat latihan berenang, ya! Mana kakak?" Niken kembali bicara, kali ini mengingatkan jadwal latihan kedua anaknya.

"Aku cari dulu!" seru Nay sambil berlari menuju kamar May.

Niken menghela napas, prihatin dengan keadaan anak-anak yang saat ini kesulitan menghubungi ayahnya.

Tangannya mengurusi adonan kulit dan isi Apple Pie sambil memikirkan bagaimana caranya bisa menghubungi dan bicara dengan suaminya itu.

Lima belas menit kemudian May dan Nay berlarian ke arahnya.

"Sudah siap, Bun! Ayo berangkat!" seru May.

May dan Nay sudah mengenakan baju renang panjang yang ditutup dengan jaket klub yang mereka ikuti. Di punggung mereka masing-masing sudah memanggul sebuah tas yang berisi peralatan berenang dan baju ganti.

"Oh iya, sebentar!"

Niken segera memasukkan adonan kulit pai yang sudah kalis ke dalam plastick warping, kemudian memasukkannya ke dalama kulkas. Adonan perlu didinginkan minimal lima belas menit sebelum dicetak dan dioven.

Apel hijau yang jadi bahan isian dia biarkan terendam di sebuah baskom besar.

"Ayo, Bunda antar kalian!"

Mereka bertiga bergegas keluar dari rumah kemudian masuk dalam mobil. Niken membawanya membelah jalan. Jarak dari rumah ke kolam renang klub yang diikuti oleh anak-anak hanya butuh waktu lima belas menit dengan mengendarai mobil atau motor.

"Kak, kapan kalian O2SN?" tanya Niken mengingatkan yang dulu pernah dibahas oleh anak-anaknya. Dan itu hampir dilupakan oleh si ibu gara-gara pikirannya lebih tercurah kepada perselingkuhan suaminya dan pernikahan mendadak yang tidak mereka inginkan itu.

Revenge Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang