"Ayah datang!" seru Nay kemudian berlari ingin membuka pintu ruang tamu, begitu mendengar suara mobil ayahnya berhenti di depan rumah.
Niken yang masih sibuk dengan cucian piringnya, segera menyelesaikan pekerjaannya dan membilas tangannya. Tidak dipungkiri, hatinya pun berdebar menunggu kedatangan suaminya. Dia pun bergegas menyusul anak-anaknya yang sudah terlebih dahulu menyambut Heri.
Belum sampai dia menuju ruang tamu, didengarnya ada kehebohan.
"Kog Ayah sama Tante Iva?" tanya May heran. Usia sulungnya yang beranjak remaja tentu mulai memahami, ada yang salah dengan kehadiran teman ibunya itu bersama ayahnya.
"Tante Iva ngapain ikut Ayah ke rumah?" Nay mengekor kakaknya, bertanya kritis.
Setengah berlari Niken mendapati mereka yang masih berdiri di teras. Di sana Iva berdiri sambil menautkan lengannya ke lengan Heri mesra, jelas anak-anak bertanya-tanya. May berdiri, seperti siaga, wajahnya menampakkan kemarahan yang dia tahan, sedangkan Nay yang berdiri di sampingnya menatap Ayahnya dan istri barunya itu dengan mata yang melebar keheranan.
"Ayo masuk dulu! Anak-anak, ajak Ayah masuk dulu!" seru Niken berusaha mengatasi keadaan. Dia melirik Heri yang berdiri goyah, bingung menghadapi pertanyaan anak-anaknya.
Aneh! Kalau bingung menghadapi anak-anak, ngapain dibawa perempuan pembawa masalah itu ke sini? Geram Niken dalam hati.
Mereka kemudian masuk ke rumah, Iva masih saja menggelendot kepada Heri. Nay langsung menghalangi keduanya. Dia menyambar lengan ayahnya tersebut, memaksa Iva melepaskan pegangannya. Sedang May menyambar lengan ayahnya yang satu lagi, dan istri keduanya Heri itu pun tersingkir. Melihat itu langsung membuat senyum simpul Niken mengembang di wajahnya.
Saat duduk di ruang tamu pun, Heri langsung diapit oleh kedua putrinya itu. Lagi-lagi Iva harus mengalah, duduk di kursi yang berbeda.
Niken duduk berseberangan dari Heri dan anak-anaknya. Dan suasana pun senyap, hanya Nay dan May yang sibuk menggelendot di lengan ayahnya.
Niken menikmati detik-detik kesenyapan di ruangan ini. Melihat wajah Heri yang tidak tenang dan Iva yang tidak tenang duduknya, ada kepuasan tersendiri dalam hatinya.
"Ayah, kog bareng sama Tante Iva?" gugat Nay lagi.
Heri menatap wajah Niken, seperti meminta pertolongan. Tetapi istrinya itu hanya mengangkat bahunya.
Iva sepertinya geram dengan sikap Heri yang ragu-ragu menjelaskan kepada kedua putrinya. Tetapi dia juga tidak berani mendahului suaminya untuk menghadapi May dan Nay yang sudah menuntut jawaban.
"Mas," panggil Iva dengan suara yang lebih dalam.
Niken tersenyum, tidak mau sedikitpun membantu. Dia hanya menikmati setiap momen yang dirasakan makin menyusahkan Heri dan Iva. Sedikit lupa dengan reaksi anak-anaknya nanti.
Heri menghela napas panjang, dia menyadari harus segera menyelesaikan masalah ini dan tidak bisa mengharapkan bantuan dari istri pertamanya itu.
Heri kemudian bersimpuh dihadapan May dan Nay, memegang kedua tangan putrinya.
"Kakak, Adik," panggil Heri kepada kedua anaknya dengan suara pelan.
"Ya, Ayah," jawab keduanya serempak.
"Tante Iva sekarang sudah jadi istrinya Ayah, karena itu kalian harus memanggil Mama ke Tante Iva,' kata Heri panjang lebar dan dalam satu tarikan nafas. Kemudian terangah-engah karena bicara dengan terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Of Love
Любовные романыBagaimana perasaanmu ketika suamimu meminta ijin untuk menikah lagi? Marah? Benci kepada suami? Ingin membunuhnya? Niken dipaksa untuk menerima keinginan suaminya, Heri yang ingin menikahi Iva, teman semasa dia sekolah. Demi anak-anak, Niken memili...