Malam minggu. Kali ini May dan Nay dibawa Malika dan Aga, suami Malika, untuk menginap ke rumah mereka. Setelah dijanjikan hari Minggu mau diajak ke Playground, mereka langsung bergegas mengiyakan tawaran menginap Mama Malika mereka.
Satu jam kemudian, Iva datang bersama Heri.
"Maaf terlambat, kami tadi ke dokter dulu, memeriksakan kehamilanku," kata Iva tanpa ditanya, ketika mereka baru saja masuk.
Niken hanya menatap sekilas. "Silahkan duduk," katanya mempersilahkan Iva.
"Bagimana hasilnya?" Niken menoleh ke Heri untuk menanyakan hasil pemeriksaan dokter tadi.
"Iya, Dek Iva hamil sudah dua bulan perkiraannya," Heri menjawab pertanyaan Niken dengan suara pelan.
Niken menghela napas.
"Sebenarnya, sudah berapa lama kalian berselingkuh?" pertanyaan yang terlontar begitu saja keluar dari bibirnya. Entahlah, mungkin dia hanya KEPO saja.
"Kog selingkuh?" protes Iva kesal.
Niken menoleh dan memeloti Iva dengan kejam.
"Lalu apa namanya, dong? Menjalin hubungan dengan suami orang secara diam-diam," ledeknya.
"Bu...bukan begitu maksudku," gemetar Iva bingung menjawabnya.
"Jadi, sudah berapa lama?" ulang Niken.
"Empat tahun," jawab Iva.
"Wow," Cuma itu reaksi yang tampak dari Niken.
Diam-diam dia mengagumi dirinya sendiri yang masih bisa menahan diri untuk tidak meluapkan emosinya kepada kedua manusia di depannya, dengan melempar golok tepat ke leher mereka, misalnya.
"Empat tahun ya? Lama juga," renung Niken.
"Jadi, apa keputusanku kepada kami?" tanya Iva tidak sabar. Dia gemas dengan sikap santai Niken.
Kami? Niken mengerenyitkan dahinya.
"Wow, sekarang bilang kami? Memang kalian ini pasangan resmi?" tanya Niken penuh sarkasme.
"Bunda, sudahlah!" sergah Heri jengah. Wajahnya begitu keruh, mungkin sekarang hatinya dilanda kepanikan tingkat dewa mengingat sekarang harus menghadapi dua orang perempuan, bukan lagi satu.
Niken menghela napas. Baiklah, dia harus bicara serius kali ini.
"Tadinya, aku menentang, aku ingin paksa mas Heri buat memutuskan hubungan kalian. Toh itu hubungan tanpa status, tidak ada perjanjian dan jelas menyalahi aturan," ucap Niken memberi pembukaan dari pidatonya malam ini.
Iva hampir protes, tetapi ditahan oleh Heri untuk diam.
"Tetapi mengingat kamu sudah hamil, dan aku kasihan sama anak yang kamu kandung, maka kuijinkan kalian menikah," kata Niken melanjutkan.
Heri menatap Niken dengan pandangan tak percaya, sedang wajah Iva langsung berseri-seri.
"Benarkah Bunda? Bunda ikhlas?" tanya Heri menegaskan.
Niken menganggukkan kepalanya tegas. "Tetapi dengan syarat, banyak syarat," tegas Niken.
"Maksudmu?" punggung Iva langsung tegak, waspada.
"Banyak syaratnya, dan harus kita tanda tangani di depan notaris," Niken memberi keterangannya lagi.
"Masak sampai begitu, Bunda?" gugat Heri merasa tidak nyaman dengan sikap Niken.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Of Love
Roman d'amourBagaimana perasaanmu ketika suamimu meminta ijin untuk menikah lagi? Marah? Benci kepada suami? Ingin membunuhnya? Niken dipaksa untuk menerima keinginan suaminya, Heri yang ingin menikahi Iva, teman semasa dia sekolah. Demi anak-anak, Niken memili...